Kereta telah berhenti yang menandakan bahwa mereka telah tiba. Sesaat setelah gerbong berhenti, pintu gerbong yang membawa mereka terbuka, sesosok pria dengan pakaian rapinya menundukan kepala sebagai tanpa penghormatan. Alice yang saat ini telah memangku Sean yang telah pingsan, tidak bisa menggerakan kakinya sama sekali. Dia mencoba untuk turun, tapi karena gaunnya yang panjang, dia hampir saja jatuh. Beruntung sebuah tangan melingkar diantara perutnya, membuat dia tidak terjatuh. Alice memutar kepalanya hendak mengatakan terimakasihnya namun, mengapa wajah pria ini sangat dekat. Hal itu kembali membuat dia terkejut dan hampir kembali terjatuh, dan lagi tangan pria itu meraih tubuhnya dengan erat hingga tubuh mereka saling bersentuhan.
Alice terkejut begitu merasakan sentuhan yang tidak biasa ini. Jantungnya berdetak sangat kencang, dia dapat merasakan deruan napas diatas kepalanya, dia juga dapat mencium aroma pria yang dipadu dengan aroma nikotin yang kuat. Pipinya memerah, ini adalah pertamakalinya dia sedekat ini dengan seorang pria, sekalipun dia pernah bertunangan sebelumnya, dia bahkan tidak pernah melakukan pelukan dengan tunangannya.
Pelukan di perutnya melonggar, dia kembali tersadar. Pria tersebut mengambil anak yang berada dipelukannya kemudian langsung turun dari kereta tanpa mengatakan apa-apa. Alice masih memiliki wajah yang memerah bahkan detak jantungnyapun berdetak sangat cepat. dia melihat punggung pria tersebut yang telah menjauh, diapun kemudian melangkah turun dari gerbong tersebut.
Cuaca telah gelap tapi dia dapat melihat dengan jelas betapa besarnya mansion didepannya. untuk dapat memasuki mansion, dia harus melalui jalan besar dimana disamping kiri dan kanannya dipenuhi pohon-pohon besar dan lampu-lampu yang berjejer disepanjang jalan. Ketika dia hendak berjalan, sebuah tangan kecil memegang tangannya. Dia menundukan kepalanya melihat pria kecil yang juga mengadahkan kepalanya untuk melihatnya.
"Samuel mari kita masuk" ucap Alice sembari tersenyum
Pria kecil tersebut mengangguk dengan cepat. Kemudian merekapun berjalan menuju pintu mansion. Tiba di pintu mansion, berdiri sesosok pria tua dengan pakaian yang rapi tersenyum dengan ramah. Pria tersebut menundukan kepalanya dengan hormat.
"Selamat datang Duchess dan tuan muda. Nama saya Thomas , saya adalah kepala pelayan dirumah ini" ucap Thomas seraya membuka pintu mempersilahkan kami masuk.
Alice membalas salam Thomas dengan sopan " Terimakasih sir-"
"Panggil saja saya Thomas Duchess"
"Ba-iklah, Terimakasih Thomas. Nama saya Alice " Thomas memberikan senyuman ramahnya
Sekalipun Alice tidak memberitahukannya namanya, Thomas sudah mengetahuinya. Tidak hanya nama, bahkan asal usul dari gadis didepannya dia sangat tahu.
Alice melihat sekelilingnya dengan mata berbinar. Ternyata tidak hanya diluar terlihat bagus, didalamnyapun sangat luar biasa. Ditengah-tengah ruangan terdapat lampu besar dengan liontin-liontin yang menggantung disekelilingnya, disana juga ada sebuah sofa besar dan sebuah meja kaca yang dihiasi taplak meja yang serupa warnanya dengan sofa. Didekat perapian terdapat kursi kayu single dan meja kecil yang terdapat buku-buku. Sementara di pojok ruangan bar dimana terdapat rak besar yang berisikan berbagai macam jenis minuman alkohan, dan didepannya terletak gelas-gelas kaca yang tergantung rapi . Rumah ini sangat rapi, itulah yang dapat dikatakan Alice menurut pandangannya.
"Duchess sebelah sini" Panggilan Thomas menyadarkan Alice. Diapun mengikutin Thomas yang telah berada disatu anak tangga. Ketika dia naik dia melihat satu buah pintu yang terbuat dari kayu berwarna coklat kehitaman. Thomas tersenyum begitu aku menatapnya, seakan mengatakan padaku bahwa ini adalah kamarnya.
"Tuan muda, saya akan menghantarkan anda kekamar anda" ucap Thomas kemudian.
Samuel yang sedari tadi diam menoleh melihat Alice yang juga menatapnya, diapun melepaskan genggamannya kemudian meraih tangan Thomas. Sembari melambai-lambaikan tangannya, dia berjalan pergi. Pada akhirnya hanya Alice yang tersisa, dia meneguk salivanya sebelum mengetuk pintu didepannya.
Beberapa detik menunggu, pintu tidak terbuka juga, dia kembali mengetuknya dan tidak ada juga yang membukanya. Apakah pria itu tidak ada dikamar? Alice menghela napas penuh syukur lalu membuka pintu tersebut. Dia melihat sekelilingnya, tidak ada tanda-tanda seseorang dikamarnya, diapun melangkahkan kakinya untuk masuk lebih dalam.
Disana terdapat sebuah kasur yang berukuran besar dan dua buah lampu yang berada disamping kiri dan kanan, disana juga terdapat sebuah balkon yang ditutupi oleh pintu kaca, sangat bagus untuk menghirup udara segar. Hal pertama yang dilakukan Alice adalah mengunci pintu kamar setelah itu membuka stoking yang digunakannya dan meletakannya dengan rapi disebuah sofa. Tubuhnya sangat lelah, dia ingin segera tidur tapi sebelum itu dia akan mandi terlebih dahulu. dia melihat ada empat pintu di kamar, pintu pertama tempat dia masuk kekamar ini, pintu kedua merupakan pintu kaca untuk pergi ke balkon, dan kedua pintu yang lain dia tidak tahu apa didalamnya, tapi dia yakin salah satunya adalah kamar mandi.
Alice berjalan menuju pintu dan kemudian membukanya, ini bukan kamar mandi tapi sebuah ruangan pakaian, dia kembali menutupnya kemudian pergi ke pintu sebelahnya dan benar saja ini adalah tempat yang dia cari. dia mencari saklar lampunya, ketika menemukannya dia menyalakannya. Dia melihat sebuah bak mandi yang cukup besar, dia menyalakan kerannya untuk mengisi air, dia mengambil sebuah botol yang berisi cairan putih, ketika dia menciumnya dia menumkan bahwa ini adalah sabun, wanginya mirip dengan pria itu. Memikirkan hal itu membuat pipinya kembali memerah, dengan cepat dia menuangkan sabun tersebut kedalam bak mandi dan segerombolan busa langsung memenuhi bak mandi tersebut.
Melihat air mulai membanyak, diapun kemudian kembali ke kamar pakaian mencari sebuah pakian yang dapat dia gunakan. Dia mengambil sebuah kaos berwarna putih dengan kain yang cukup lembut untuk dikenakan, dia melihat kembali sebuah celana tapi celana pasti akan kebesaran baginya. jadi dia memutuskan hanya memakai kaos yang terlihat sangat besar hingga dapat menutupi lututnya.
'aku rasa ini adalah hal yang terbaik' gumamnya sembari melihat kaos berwana hitam.
Alicepun kembali ke kamar mandi dan melihat air hampir membanjiri lantai, dengan cepat diapun mematikannya. Dia kembali menuju pintu kemudian menguncinya. Sekarang dia aman untuk melepaskan pakaiannya. dia kemudian membuka gaunnya yang sangat besar, dengan susah payah dan pada akhirnya dia berhasil membuka reseleting yang berada di bagian belakang. Setelah itu dia langsung masuk kedalam bak mandi, merasakan air dingin membuat matanya terbelak kaget.
"air disini lebih dingin dari pada yang aku pikirkan" dia kemudian langsung duduk didalam bak mandi, setelah lama duduk diam akhirnya dia mulai terbiasa dengan air dingin
Dia menutup matanya sembari berendam tapi dia merasa bahwa seseorang sedang memperhatikannya, diapun membuka matanya dan benar saja ketika dia melihat di ujung ruangan terdapat sesosok pria yang sedang memegang alat cukur yang juga sedang menatapnya dengan pandangan aneh
Dengan panik Alice langsung menenggelamkan tubuhnya lebih dalam di bak mandinya.
"Kena-pa kau berada di-sini?" ucapnya kaget
Pria itu tidak menjawab, dia meletakan alat cukurnya, mencuci mukanya dengan kasar lalu berjalan mendekat dan semakin dekat. Jantung Alice semakin cepat begitu pria itu mendekat.
'apa yang sedang dia lakukan'
***
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DUCHESS
RomancePria itu mengatakan pada Kepala Pelayan disampingnya "Aku membenci anak-anak, Jadi jangan bertanya tentang keturunan lagi padaku, karena aku akan menjadi keturunan terakhir di keluargaku" ucap pria itu dengan suara beratnya * Setelah Bertemu dengan...