Part 3: Darah

2.3K 296 3
                                    

"Apa yang sudah kau dapat" perintah seorang pria dengan raut dinginnya

"Tu-tuan muda da-tang" ucap pria paruh baya tersebut dengan gugup

Mata berwarna biru tersebut menatap pria tua itu dengan tajam "untuk apa? Apakah keluarga Pedron membuangnya?" Ucap pria itu dengan mata setajam elang

"Bu-bukan... dia.."

"Saya memerlukan bantuan anda"

Tiba-tiba saja sesosok pria kecil yang memiliki rambut putih dan mata berwarna biru menerobos masuk kedalam ruangan tersebut

Matanya yang sebiru laut penuh dengan kebencian dan kemarahan. Darah yang mulai menetes didahinya dilupakan begitu saja olehnya. Baju dan celananya telah terkoyak-koyak dan berlumuran darah namun seperti kesatria yang kuat dia berdiri dengan tegak sembari menatap pria yang memakai piyama hitam diseberang meja kerja.

"Ada apa denganmu!" Tanyanya mengerutkan dahi begitu melihat sosok yang hampir tidak dikenalnya. Jika tidak dengan rambut putih keperakan itu dan mata birunya yang terang, dia pasti tidak akan mengenal bocah kecil tersebut

"Mereka telah membunuhnya" ucapnya dengan suara tercekat namun sedetik kemudian amarah melanda wajah kecil tersebut

Keheningan itu sangat mencekat, pria paruh baya yang menggunakan kacamata tersebut menundukkan kepalanya dengan perasaan sedih dan juga kecewa.

"Kapan dan bagaimana?"

"..."

Anak itu mengusap darah di keningnya kemudian melihat darah merah ditangannya. Ingatannya menjadi segar kembali begitu melihat darah kental ditangannya dan kesedihan tiadatara menghancurkan seluruh hatinya, namun amarah dan benci lebih kental dibandingkan darah yang berada ditangannya

"Satu minggu yang lalu dan sekarang mereka berencana untuk..." anak itu menundukkan kepalanya berusaha untuk tidak menangis. Beberapa menit kemudian dia mengangkat kepalanya menatap kembali pria yang duduk dengan tenang dibalik meja besar tersebut seolah mengatakan 'tolong aku'

"Bagaimana kau bisa sampai disini?" Tanya pria itu yang sudah meletakkan kembali gelas anggurnya dimeja.

Dia cukup tau, perjalanan dari keluarga Perdon ke wilayah kekuasaannya cukup dikatakan sangat jauh jika menggendarai dengan kuda maka dapat sampai selama 9 jam.

"Saya berjalan" jawab anak itu dengan tenang

"Berjalan? Tuan muda, sebaiknya kita istirahat terlebih dahulu" ucap pria tua itu dengan panik.

Berjalan sampai kesini, berapa hari yang dia habiskan? Sehari? Dua hari? Bagaimana bisa keluarga Perdon melakukan hal ini pada seorang anak yang bahkan belum genap berumur tujuh tahun

"Dimana saudaramu?" Tanya pria itu lagi tanpa peduli dengan kelelahan dari anak tersebut

"Sebastian berada tidak jauh dari sini" ucapnya kemudian. Memikirkan adiknya yang menangis tanpa bersuara membuat dia mengeratkan tinjunya.

Tiga hari yang lalu, adalah saat-saat kehidupan seakaan menjatuhkan mereka kedalam jurang yang sangat dalam.

"Celo.." panggil pria itu dengan suara tenangnya

Seorang pria muda masuk kedalam ruangan itu.

"Obati dia!"

"Tidak" ucap anak itu dengan menggeram  "itu tidak perlu, tolong selamatkan adikku" ucapnya sembari melangkah maju dengan tegas

Hening

"Dimana?" Tanya pria itu kemudian yang langsung bangkit berdiri

Pria itu memiliki tinggi diatas rata-rata ditambah tatapan tajamnya yang mencekam cukup membuat beberapa orang diruangan tersebut menunduk ketakutan namun tidak dengan anak laki-laki tersebut

THE DUCHESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang