"Saya mengandung anaknya" suara wanita itu lembut dan halus namun entah mengapa terdengar seperti guntur di telinga Alice
"Albert adalah ayahnya, kehamilan ini sudah berjalan sekitar 3 minggu " ucap wanita itu lagi sembari mengelus perutnya yang belum terlihat
Mata wanita itu terlihat cerah, sampai-sampai Alice tidak mengerti apakah dia datang padanya untuk memberikan kabar bahagia atau kabar duka. Tapi yang dia tau wanita itu tidak merasakan bersalah sedikitpun
Alice sering membaca sebuh cerita. Cerita tentang seorang kekasih yang menghianati pasangannya dan berselingkuh dengan saudaranya_saudaranya . Dia tidak pernah membayangkan kalau pada hari ini dia akan merasakan cerita nyata di kehidupannya.
"Jadi... saya mohon padamu untuk membatalkan pertunangan kalian. Albert juga sudah membicarakan ini pada ayah" wanita itu kembali membawa suaranya masuk ke alam ketidaksadaran Alice
"Aku tau ini salah, tapi cinta tidak bisa disalahkan Alice. Kita sudah cukup dewasa, jadi jangan terlalu egois" ceramah wanita itu lagi
Alice terdiam, dia masih tidak bisa berpikir dengan benar saat ini. Sebenarnya siapa disini yang salah? Apakah dirinya? Siapa yang selingkuh? Apakah dia juga?. Alice tertawa tanda sadar.
"Kenapa kau tertawa? Apa ini sangat lucu?" Ucap wanita itu lagi dengan kerutan yang jelas diwajahnya
Alice berhenti tertawa. Ekspresinya datar, tidak tau apa yang dia rasakan saat ini. Bila dikatakan sedih, dia sangat sedih, bila dikatakan marah dia sangat marah, bila dikatakan dia kecewa dia sangat kecewa tapi jauh didalam lubuk hatinya ada suara kecil yang berteriak mengatakan 'Alice hidupmu memang tidak akan pernah bahagia jadi bersyukurlah setidaknya kau pernah merasakan kebahagian walau hanya sementara'
"Baiklah, saya akan mengatakan pada ayah. Lagipula bukankah tanpa kau katakan ayah juga akan tetap menyetujuinya dengan cepat. Kau kan anak kesayangannya" ucap Alice kemudian dengan wajah tersenyumnya
Wanita berambut coklat terang itu terdiam lalu kemudian berkata "aku tau kau marah, tapi kami melakukan ini atas nama cinta dan itu salahmu karena tidak bisa menjaga pas-"
"Iya baiklah. Apa hanya ini yang kau katakan, jika tidak saya akan pergi, aku banyak urusan"ucap Alice dengan suara datarnya lalu berbalik pergi meninggalkan wanita cantik tersebut
Namun baru beberapa langkah dia berjalan wanita itu kembali membuka mulutnya "kami juga akan melangsungkan pernikahan dalam waktu 2 minggu kedepan, aku harap kau tidak mengacaukannya"
"Baik" jawab Alice kemudian pergi tanpa menunda waktu lagi
***
Hari ini adalah hari istimewa setidaknya bukan harinya. Hari ini hari pernikahan antara sang kakak dan sang mantan tunangannya. Wajah kedua mempelai yang berada di atas panggung tersebut sangat bahagia, gaun putih yang berkilau itu juga sangat cantik dan cincin yang terlihat mengkilat itu juga terlihat mewah. Semuanya terlihat luar biasa bahagia tapi dia...
Alice mengambil gelas yang berisi anggur begitu sang pelayan menawarkan minuman. Dia meminumnya dengan sekali teguk lalu mulai berjalan menjauh dari pemandangan tersebut. Ini sudah nasibnya, ayahnya tidak menyayanginya, ibunya selalu memarahinya, kakaknya menikahi pacarnya dan adik perempuannya...
"Well.. senang melihat kakak akhirnya bisa menikah dengan seorang pengusaha sukses seperti Albert. Mereka terlihat serasi, ditambah pesona kakak lebih baik disandingkan dengan Albert ketimbang seseorang yang aku kenal " ucap seorang wanita yang berparas cantik
Alice memandang wanita bertubuh tinggi dan langsing tersebut dengan mengehela napas. Adiknya yang selalu meremehkannya. Betapa sialnya dia lahir dikeluarga ini. Dulu dia bertanya-tanya kenapa hampir seluruh keluarganya tidak menyukainya, lalu suatu hari saat dia berumur 12 tahun ibunya mengatakan hal yang mengerikan padanya
"Kau bukan anakku"
"Jadi kau harus sadar diri, setidaknya saya tidak menyiksamu. Ibumu adalah seorang pelacur yang kebetulan membawa benih keluarga Steharf"
"Apa kau mengerti sekarang!!!. Jadi jangan pernah mengeluh, dan harus selalu mengalah pada kakak dan adikmu. Semua yang kau miliki adalah milik mereka namun tidak sebaliknya karena kau sudah diberikan berkah lahir dan tumbuh dikeluarga ini. Jika keluarga ini tidak menampungmu mungkin saja kau sudah mengikuti jejak ibumu yang seorang jalang itu "
Dari saat itulah dia mulai memaklumi apapun yang telah mereka lakukan padanya. Mereka memang tidak pernah memberikan perlakuan kasar secara fisik namun secara mental mereka sudah sering melakukannya.
Alice tersenyum miris sembari menundukkan kepalanya dan kemudian berjalan dengan langkah pelan. Dia lelah, jika dia diberikan satu kesempatan dia hanya ingin terbebas dari semua hal ini. Tapi... apakah kesempan itu ada?
Dia menghela napasnya panjang lalu melihat kembali sekelilingnya. Pesta ini cukup ramai setidaknya ada sekitar ratusan orang yang berada ditempat ini . Gaun-gaun yang cantik, perhiasan yang mahal, tingkah laku yang profesional layaknya sang bangsawan dan senyum anggun dengan tata krama yang terdidik.
'Mereka memang bangsawan' gumamnya
Dia kembali meneguk anggurnya lalu meletakkannya dimeja yang dekat dengannya namun saat dia melakukan hal itu dia menemukan sesuatu yang aneh dibawah meja yang tertutupi kain berwarna merah tersebut. Begitu dia membuka kain yang menjadi alas penutup meja tersebut dia melihat seorang anak laki-laki berambut putih dan bermata biru sedang duduk dengan wajah penuh dengan ketakutan.
"Ha-lo.." ucap Alice dengan heran saat dia menatap pria kecil itu dengan cermat
Laki-laki kecil itu menatap Alice dengan mata biru langitnya yang besar. Tubuhnya kembali bergetar begitu melihat sosok orang lain.
"Eh.. ja-jangan takut. Sa-ya tidak akan menyakitin anda " ucap Alice yang kemudian berjongkok menyamai ketinggiannya pada pria kecil tersebut
Suara permainan musik baru saja dimulai dan beberapa wanita bangsawan mulai berdansa bersama pasangannya. Hal itu menyebabkan keberadaan wanita muda yang berjongkok di bawah meja tidak menjadi pemandangan yang aneh disana karna semua orang sedang pada sibuk dengan tarian mereka sehingga tidak ada yang memperhatikan hal itu.
"Apa yang ka-u lakukan disini" ucap Alice sembari menatap lekat pria kecil itu
"Apakah kau bersama orangtuamu?" Tanya Alice kembali karna tidak mendapatkan jawaban dari anak tersebut
"Apa kau takut keramaian?" Tanyanya kembali dan pertanyaan itu mendapatkan respon dari pria kecil tersebut
"Apakah ada yang mengganggumu?"
Pria itu masih terdiam namun rasa gugupnya telah berkurang
"Siapa namamu?" Tanyanya kembali
Namun masih tidak ada balasan dari pria keci tersebut. Cukup lama dia berjongkok, dan kakinya mulai merasakan keram diapun hendak bangkit berdiri namun saat itu sebuah tangan kecil menarik gaunnya. Alice melihat kebawah, pria kecil itu menatapnya dengan mata seperti binatang kecil yang imut. Setengah tubuhnya telah keluar dari bawah meja, sehingga menampakkan wajah putihnya yang bersih. Bahkan matanya yang berwarna biru terlihat sangat mencolok saat disandingkan dengan kulit dan rambutnya.
Alice tersenyum pada pria kecil tersebut lalu menggenggam tangannya sembari membantunya untuk berdiri.
"Apa kau ingin kue?" Ucap Alice yang kemudian mengambil piring kecil yang berisikan kue berwarna warni
Pria kecil itu mengangguk kecil. Hal itu membuat Alice tersenyum senang, dia tidak pernah melihat anak kecil seimut ini dan hal itu membuatnya tidak tahan untuk mengusap rambut putihnya
Pria itu kaget namun kali ini dia tidak menghindarinya. Dia meraih kue berwarna warni itu lalu mencicipinya dengan pelan.
"Apakah enak?" Tanya Alice kembali.
Pria kecil itu mengangguk kembali sembari menikmati rasa manis yang ada dilidahnya namun tiba-tiba saja sebuah suara membuat pria kecil itu langsung bersembunyi dibelakangnya dengan ketakutan.
***
Vote and comment. Thank you 💜
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DUCHESS
RomantizmPria itu mengatakan pada Kepala Pelayan disampingnya "Aku membenci anak-anak, Jadi jangan bertanya tentang keturunan lagi padaku, karena aku akan menjadi keturunan terakhir di keluargaku" ucap pria itu dengan suara beratnya * Setelah Bertemu dengan...