Crash
"Arggggghghhhh..." teriakan kesakitan itu membuat seratus lebih pasang mata terdiam.
Ruangan itu dalam seketika langsung sunyi, musik berhenti, dan ketakutan menyebar didalam ruangan tersebut
"Apa yang kau lakukan brengsek-" wanita itu berteriak penuh amarah dan juga kesakitan
Namun saat pandangannya menatap pria tinggi bermata elang, dia membelakkan matanya ketakutan.
Sebastian yang awalnya digenggaman wanita itu kini terbebas dan tangan yang terpotong tersebut terjatuh di karpet merah bersatu pada karpet tersebut.
Sebastian gemetar saat melihat sepotong tangan dilantai, dia mundur selangkah dan saat dia akan jatuh, tangan kurus dan lembut menopang tubuhnya
"Apa kau baik-baik saja?" Tanya Alice
Dia juga sangat kaget bahkan cipratan darah mengenai sebagian dari gaunnya. Tubuhnyapun membeku waktu melihat pemandangan tersebut, namun saat melihat seorang anak laki-laki yang hampir jatuh dia menguatkan dirinya.
Alice mengangkat kepalanya, melihat sosok tinggi yang tak jauh dari hadapannya. Pria itu sangat mengerikan bahkan saat melakukan itu dia masih sangat tenang.
"jadi kau.." ucap pria itu yang kembali menancapkan ujung pedangnya di antara leher dari wanita yang menangis kesakitan
"Berani sekali" katanya lagi saat melirik tangan kecil Sebastian yang memiliki bekas kemerahan
"Tu-an Duk-e.." ucap wanita itu panik. Rasa sakit ditangannya yang telah putus masih dapat dia tahan namun, saat pandangannya berada pada mata biru itu dia seperti sudah jatuh kedalam jurang
"Keluarga Pedron huh.." dengusnya kemudian menatapnya dengan merendahkan
"Ti..tidak tuan Duke, sa-saya ke-keluarga yang sangat ja-uh sa-ya tidak ada hubungannya de-ngan kel-uarga Pe-dron. Sa-ya hanya da-pat perintah un-tuk..." wanita itu terdiam beberapa saat
"Un-tuk ah... membawa mere-ka ke ke de-sa" wanita itu mengangguk frustasi seakan menyakinkan dirinya
Bau darah mulai mengeruak diruangan itu. Namun tak satupun dari orang-orang yang berada diruangan itu untuk menolong wanita yang sudah kehabisan darah tersebut
Pria bermata biru laut itu tertawa namun jenis tawanya bukan jenis yang membahagiakan, ini lebih kepada menyeramkan. Dia kemudian mengangkat pedangnya yang telah ternodai darah wanita yang saat ini sedang berlutut kesakitan.
"kau telah menodai pedangku" pria itupun kemudian mengacungkan pedangnya kembali diantara lehernya
"Maka dari itu kau harus menebusnya"
Crash crash crash
Semua orang yang melihat hal itu menutup mulut mereka tercekat. Saat ini seseorang bangsawan telah melakukan pembunuhan secara terang-terangan tanpa sedikitpun takut.
"Argggggggghhhhhh" sesaat setelah hal itu terjadi seorang berteriaak histeris dan saat itu juga keributan menjadi sangat kacau
"Ini gila!!!"
"Ayo kita pergi dari tempat ini"
Ratusan orang yang tadinya menikmati berbincang-bincang dan berdansa kini berlari ketakutan keluar dari ruangan megah tersebut. Sudah bisa dipastikan dalam waktu beberapa menit sebuah kabar tentang pembunuhan secara terang-terangan akan tersebar.
Namun
Sebelum para bangsawan tersebut melangkahkan kakinya keluar beberapa puluh penjaga menghangi pintu keluar tersebut
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DUCHESS
RomansaPria itu mengatakan pada Kepala Pelayan disampingnya "Aku membenci anak-anak, Jadi jangan bertanya tentang keturunan lagi padaku, karena aku akan menjadi keturunan terakhir di keluargaku" ucap pria itu dengan suara beratnya * Setelah Bertemu dengan...