"Sebastian..." seorang wanita dengan gaun berwarna kuning gelap melangkah mendekati kedua sosok didepannya
Kerutan terlihat jelas diwajahnya begitu melihat pria kecil itu menyembunyikan dirinya pada wanita berambut merah kecokelatan didepannya
"Sebastian, dari mana saja kamu... saya sudah mencarimu kemana-mana dan dimana Samuel? Kenapa dia tidak bersamamu?" Wanita itu sibuk mencari kesekelilingnya namun tidak menemukan sosok yang dia cari
Setelah melihat sekelilingnya dan tidak menemukan orang yang dicarinya, dia berdecak kesal. Dia kemudian kembali menatap pria kecil tersebut. "Ayo kita pulang, aku mendapat kabar ayahmu akan segera pulang" ucap wanita itu kemudian
Namun pria kecil itu tidak bergeming, malah dia semakin menyembunyikan dirinya dibelakang tubuh Alice
Melihat itu, wanita itu memaki dalam hatinya namun wajahnya yang lembut tersenyum hangat pada pria kecil tersebut. kemudian mengalihkan pandangannya pada wanita dewasa didepannya
"Ah maafkan saya nona, perkenalkan saya Lerasya dari keluarga Pedrom, saya merupakan bibi dari anak ini" ucap wanita itu dengan suara sopannya
"Oh maafkan saya juga nona Pedrom, saya Alice dari keluarga mempelai. Saya tidak tau kalau anak laki-laki ini keponakan anda, saya baru saja melihatnya diam dibawah meja tersebut." Ucap Alice tak kalah sopan
Lerasya tersenyum lembut "saya terlalu asik dengan obrolan saya sehingga melupakan keponakan saya. Dia memang seperti itu, dia memiliki... sedikit gangguan " ucap wanita itu setengah berbisik setelah mengatakan perkataan terakhir
Alice mengerutkan keningnya setelah mendengar hal itu namun dia tidak mengatakan apa-apa
"Baiklah Sebastian, mari kita pulang" ucap Lerasya yang langsung mengubah mimiknya begitu melihat pria kecil bernama Sebastian
Lerasya menggerutu dalam hati, seharusnya bukan seperti ini hal yang diharapkan. Lagi-lagi rencananya gagal. Diapun menatap penuh kebencian pada anak laki-laki itu lalu menarik tangannya dengan kasar.
Alice menatap tangan yang digenggam wanita itu. Dia kembali mengerutkan dahinya. Mengapa dia merasakan bahwa wanita didepannya ini orang jahat.
"Tunggu sebentar" teriak Alice begitu melihat wanita itu yang hendak pergi
Wanita bernama Lerasya itu berbalik dengan wajah penuh senyuman "ada apa miss Alice?" Tanyanya pelan
"Anda mengatakan anda dari keluarga Pedron benarkan?" Tanyanya kembali memastikan
Dia tau keluarga Pedron. Keluarga itu cukup terkenal akhir-akhir ini dan merupakan keluarga bangsawan yang cukup berpengaruh karna salah satu putra mereka menikahi seorang putri dari kerajaan. Namun dia tidak mengingat bahwa keluarga Pedron di undang keacara ini dan memang tidak mungkin untuk mengundang bangsawan dengan level yang cukup tinggi seperti mereka.
"Benar, apakah ada yang salah?" Jawab Lerasya lagi dengan wajah penuh dengan senyumannya
Alice kembali memandang wanita itu, kali ini dia memandang dengan cukup intens. Dia merasakan perasaan aneh tentang wanita ini tapi dia tidak tau apa. Dia kemudian memandang pria kecil yang berada digenggaman wanita tersebut. Pria kecil itupun memandangnya dengan wajah penuh dengan kesedihan dan ketakutan seakan mengatakan padanya 'tolong aku'.
"Nona... acara belum selesai, kenapa anda pergi dengan cepat?" Tanya Alice yang berusaha menahan wanita tersebut
Dia tidak mungkin langsung mengatakan apa yang dia pikirkan. Menuduh seseorang tanpa bukti merupakan pelanggaran yang tidak termaafkan.
"Saya sedang terburu-buru. Saya baru saja mendengar ayah dari anak ini telah kembali" ucap Lerasya dengan wajah tenangnya
"Oh saya mengerti" ucap Alice dengan mengangguk. Wanita itu memiliki tata krama yang sangat tinggi, dia berbicara dengan tenang dan juga sopan. Mungkin ini hanya perasaan dia saja.
Namun..
'Kenapa anak itu gemetar'
"Jangan pedulikan dia nona Alice. Dia memang sering seperti ini" ucap wanita itu lagi semakin mengeratkan genggamannya pada anak itu ketika melihat raut wajah penuh curiga pada wanita dihadapannya
Wajah anak itu yang awalnya hanya gemetar dengan gugup kini menunjukan ekspresi kesakitan dan semua itu terlihat oleh mata Alice.
"Mis. Pedron bolehkan saya berbicara sebentar pada anak ini, saya memiliki sesuatu untuk anak ini"
"Tidak" jawaban cepat dari lawan bicaranya semakin membuat Alice curiga
Mungkinkah?
"Maafkan saya nona Alice, tapi saya sedang terburu-buru" ucapnya dengan penekanan. Kali ini tidak ada wajah yang ramah, yang ada hanya wajah penuh dengan kekesalan
"Saya hanya akan berbicara sebentar nona, itu tidak akan memakan waktu seharian penuh" balas Alice sembari melirik genggaman wanita itu
Alice sedikit meringis setelah melihat pandangan tersebut. Siapapun akan mengerti dengan melihatnya sekilas, wanita ini menyiksa anak tersebut.
Setelah lama melirik anak kecil tersebut dia baru menyadari pakaian anak tersebut terliha kotor seperti dia baru saja terjatuh
Apakah ini penculikan? Tapi kenapa bisa sampai ketempat pesta seperti ini?
"Nona saya hanya sebentar, saya mohon" ucap Alice yang kemudian melangkah maju hendak meraih tangan anak laki-laki tersebut
Namun belum sampai tangannya meraih, wanita bermarga Pedron tersebut melangkah kebelakang menghindari dirinya
"Nona Alice saya tidak mengerti apa yang sedang anda lakukan! Apakah begini sikap seseorang saat menyambut tamunya? Saya sedang terburu-buru dan saya tidak mengijinkan anda menyentuh anak ini" ucap wanita itu dengan suara nyaringnya
Keributan itu memicu beberapa tamu yang berada dekat dengannya terdiam dan memperhatikan kearah mereka. Alice menjadi gugup, dia tidak menyukai pemandangan seperti ini
"Maaf Nona tapi bisahk--" ucapannya terhenti begitu selusin pria berjalan ke arahnya dengan terburu-buru. Diantara para para prajurit tersebut terdapat seorang anak kecil dengan luka berdarah didahinya berada digendongan salah satu prajurit tersebut.
Hal ini semakin memicu ballroom menjadi sepi dan mengalih pandangan mereka pada kejadian yang aneh tersebut
"Ada apa ini? Kenapa para prajurit datang ketempat ini?"
"Bukankah itu prajurit dari Darknigt, lihatlah seragam itu"
"Benar...benar, mengapa prajurit seperti itu datang ketempat ini? Dan siapa anak yang berada di gendongan salah satu prajurit tersebut!!"
Suara penuh bisikan dan keramaian terdengar begitu selusin prajurit tersebu masuk. Beberapa tamu langsung memberikan jalan begitu prajurit melintasi jalan mereka.
Tidak sampai disitu jeritan yang sangat kuat terdengar dari salah seorang tamu . Jeritan yang cukup kuat itu memberikan beberapa tamu laiinnya mengalihkan pandangan mereka dari prajurit tersebut kepada sesosok pria yang baru saja masuk.
Pria itu memiliki tinggi sekitar 185 cm, dia menggunakan pakaian serba hitam dan sebuah jubah hitam yang memiliki lambang kepala singa tersampir dibahunya. Wajahnya sangat dingin dan beberapa tetes darah masih terlihat di wajahnya dan juga pedang yang telah terlepas dari sarungnya dibanjiri oleh cairan berwarna merah
Para tamu yang melihat itu menjerit ketakutan dan kemudian menjauh bahkan berlari ketika melihat hal itu. Kini acara yang seharusnya menjadi hari bahagia sekarang menjadi hari penuh dengan pertumpahan darah.
'Sebenarnya apa yang terjadi' batin Alice begitu melihat hal tersebut.
***
Berikan aku komentar 😕 Dan Vote 😌
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DUCHESS
RomancePria itu mengatakan pada Kepala Pelayan disampingnya "Aku membenci anak-anak, Jadi jangan bertanya tentang keturunan lagi padaku, karena aku akan menjadi keturunan terakhir di keluargaku" ucap pria itu dengan suara beratnya * Setelah Bertemu dengan...