Nala memarkirkan sepedanya di parkiran sekolah. Ya hari ini dia memilih memakai sepeda. Dari saat dia memasuki gerbang hingga Nala berjalan dikoridor banyak murid yang menatapnya dan tak sedikit juga yang membicarakannya.
"Emang hari ini kelas 11 IPS 2 ada pelajaran olahraga ya?" tanya salah satu siswi kepada temannya.
"Nggak ada. Emang dasarnya aja si Nala lagi ngelawak," jawab teman yang satunya sedikit tertawa dan menatap Nala yang sedang berjalan menuju kearah mereka.
Apa yang dikatakan siswi tadi memang benar adanya, jika kelas 11 IPS 2 hari ini tidak ada pelajaran olahraga.
"Lupa ingatan apa gimana tuh anak hahaha," siswi yang satunya lagi ikut menimpali apa yang sedang dua temannya bicarakan.
"Lawakkan lo lucu La," ucap siswi tadi saat Nala berjalan dihadapannya.
Nala memberhentikan langkahnya, "gue gak lagi ngelawak," ucap Nala dan melanjutkan langkahnya.
"Dengan lo berpakaian seperti ini, padahal dikelas lo gada pelajaran olahraga. Itu semua udah cukup jadi bahan lawakkan. Lebih tepatnya sih bahan ejekan," ucap siswi tersebut dan tertawa. Padahal disini tidak ada yang lucu.
"Paket lengkap ya La. Udah jelek, sekolah modal manfaatin temen, ditambah otak yang udah geser," tambah salah satu siswi dan berkompak dengan teman yang ada disebelahnya lalu mereka bertiga kembali tertawa.
Nala menghentikan langkahnya, sejenak ia memejamkan matanya. Bersikap seolah tak peduli dengan ucapan mereka. Tapi tak ada salahnya bukan, jika Nala membalas perkataan mereka dengan beberapa kata yang meluncur dari mulutnya.
"Mirisnya ucapan kalian tidak tepat dengan kenyataan yang ada. Ah mungkin tentang gue yang jelek itu memang benar, tapi untuk kata sekolah modal manfaatin temen dan juga otak yang udah geser. Itu semua, cuma omongan sampah yang keluar dari mulut kalian." Nala menekan kata yang siswi tadi lontarkan untuknya. Setelah itu ia kembali berjalan dan tak menghiraukan umpatan dari tiga siswi tadi.
"Bangsat tuh cewek."
"Jelek aja belagu."
"Pengen gue robek tuh mulutnya sih burik."
Sudah pernah dijelaskan bukan? Jika Nala adalah tipikal orang yang tidak diam saja saat dirinya direndahkan. Tapi bukan berarti juga dia membalas semua perbuatan dari orang-orang yang sudah merendahkannya, dia akan membalas jika memang itu perlu dibalas. Dan selebihnya Nala tidak peduli, toh yang menanggung dosanya juga mereka sendiri.
Buat apa mengurusi hidup orang lain, sedangkan hidup dirinya sendiri saja jauh dari kata baik dan sempurna. Terkadang manusia memang terlalu peduli dengan hidup orang lain, sehingga lupa dengan hidupnya sendiri yang belum tentu baik dan sempurna.
*****
Sama persis saat ia memasuki gerbang sekolah dan melewati koridor. Saat dirinya sampai dikelaspun ia menjadi pusat perhatian dan mulailah bisik-bisik dari murid yang ada diruangin ini. Adapun dari mereka yang menatap bingung kearah Nala dan ada juga yang memilih tidak peduli.Tentu saja ini menjadi sasaran empuk untuk seorang Diky yang sudah lama tak muncul dan membully Nala. Dan saat ini waktu yang tepat untuknya.
"Salah masuk kelas lo?" tanya Diky sembari menghampiri Nala yang tengah duduk dibangkunya, "kalo lo mau olahraga sana masuk ke kelas IPA 3 noh," lanjutnya.
"Apa lo mau belajar jadi badgirl. Tapi sayangnya cewek tampang kek elo itu nggak cocok jadi badgirl lebih cocok jadi the real nerdgirl," beberapa siswi ada yang mengangguk membenarkan dan ada juga yang tertawa karena ucapan Diky.
"Oh atau otak lo udah nggak berfungsi ya, sampe lo salah pake seragam dan nggak malu sedikitpun," tambah Diky terus menghujani Nala dengan ledekannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PANTAS KAH?
RandomCERITA INI MURNI HASIL PEMIKIRAN SAYA SENDIRI. Ini cerita cinta dan hidup seorang gadis. Gadis yang menyimpan banyaknya luka, dia mencintai salah satu pria di sekolahnya. Pria itu cukup populer di sekolahnya. Dan apakah gadis itu juga wanita yang po...