PART-11

11 7 4
                                    

Suasana malam yang tenang membuat Nala nyaman berada di luar rumahnya. Ya sekarang Nala tengah duduk di teras rumahnya, bersama dengan Chancan—kucingnya yang berada dipangkuannya.

"Liat deh Chan, bintangnya indahkan," ucap Nala sambil menunjuk langit yang dipenuhi oleh puluhan bintang. Kucing itu hanya diam.

Entah mengapa Nala suka sekali mengajak bicara kucingnya itu, padahal ia tau kalu kucingnya itu tak akan membalas ucapannya. Bahkan untuk mengerti apa yang diucapkannya pun kucing itu tak tau.

Saat sedang asik menatap langit sambil mengelus bulu lembut Chancan, tiba-tiba Nala teringat dengan kejadian dimana ia melihat ke akraban Vian dengan seorang gadis di parkiran sekolah yang berakhir dengan Vian pulang bersama gadis itu. Ada sedikit rasa sakit dihatinya.

"Vian dia pulang bareng sama Amara, gadis cantik yang menjadi primadona di SMA Perjuangan," ujar Nala mengenali gadis tersebut.

Tentu saja Nala mengenalinya, bahkan semua murid di SMA itu mengenali gadis yang bernama Amara.

Amara Fransita, nama lengkapnya. Gadis yang memiliki wajah cantik dan body yang goodloking, banyak para pria di SMA itu menginginkan dekat dengan Amara, walau hanya sebatas teman. Sifatnya yang mudah bergaul dan mau menerima siapa saja untuk menjadi temannya. Tapi jika ia sudah membenci seseorang, sifat ramahnya akan berubah menjadi amarah. Satu lagi, dia memiliki mulut yang sangat tajam.

"Pantes sih, mereka sama-sama goodloking. Gak heran juga gue liat kebersamaan mereka dan ke akraban mereka."

Ya, memang Vian dan Amara mereka memang dekat layaknya sepasang kekasih, tapi mereka tidak memiliki hubungan seperti itu. Hubungan mereka murni hanya sebatas sahabat tak lebih. Banyak yang menyangka bahwa Vian dan Amara mereka adalah sepasang kekasih, tapi Vian dan Amara menegaskan sekali lagi kalau mereka hanya sahabat tak lebih.

"Apa gue harus jadi Amara dulu biar bisa deket sama lo?" tanya Nala sambil menatap langit.

"Nala masuk ayok udah malem. Gak baik malem-malem ada diluar," ucap Sera diambang pintu menyuruh anaknya masuk.

Nala mengangguk. Ia berdiri dari duduknya sambil menggendong Chancan seraya masuk kedalam rumah bersama Ibunya.

"Kamu tidur ya udah malem, kan besok sekolah," ucap Sera mengelus rambut Nala dengan penuh kasih sayang.

Nala tersenyum, "iyalah Bu sekolah. Yakali mulung."

"Kamu ini. Udah sana masuk kamar dan jangan lupa kalo mau tidur baca doa dulu," suruh Sera sambil mencubit pipi Nala.

"Iya Ibuku sayang, selamat malam," Nala mencium pipi Sera. Sera mengangguk dan tersenyum setelah itu Nala masuk kedalam kamar, begitupun dengan Sera yang pergi ke kamarnya.

*****
Bulan telah pergi sekarang giliran matahari untuk berganti tugas menyinari langit.

Hari ini Nala berangkat sekolah memilih untuk tidak naik sepeda ia lebih memilih menggunakan angkot, Nala harus berjalan terlebih dahulu untuk sampai di jalan raya, tak jauh hanya membutuhkan beberapa meter saja.

Nala berdiri menunggu angkot yang melintas, saat ada angkot yang melintas Nala melambaikan tangannya dan angkot itu berhenti tepat dihadapan Nala, langsung saja ia memasuki angkot yang hanya terdapat beberapa orang saja. Nala duduk di dekat jendela, matanya lebih memilih menatap jalanan yang cukup ramai kendaraan.

Setelah beberapa menit akhirnya ia sampai di tujuan.

"Kiri bang," ucap Nala dan angkot itu berhenti tepat di sekolahnya.

Nala turun dari angkot dan memberikan selembar uang untuk ongkosnya, setelah itu ia memasuki gerbang sekolahnya.

Nala menatap dua orang yang berjalan di depannya ini dan yah Nala mengenalinya.

PANTAS KAH?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang