Pagi ini Nala dan Lidya berencana akan jogging bersama. Hanya lari- lari di sekiling kompleks perumahan Lidya. Setelah itu mereka pergi kelapangan olahraga yang memang ada di kompleks perumahan ini. Lapangan cukup ramai didatangi oleh penghuni kompleks perumahan ini.
Nala dan Lidya duduk selonjoran dilapangan setelah lari keliling kompleks, mereka meminum air mineral dan beristirahat sejenak.
"Habis ini kita mau pulang atau ngapain nih." Tanya Lidya mengusap keringat dengan handuk kecil yang melingkar di lehernya.
"Main bulu tangkis gimana?" Saran Nala.
"Boleh tuh. Yaudah yuk." Lidya berdiri dari duduknya.
Mereka berdua berjalan kearah lapangan yang sudah disediakan alat untuk olaraga seperti bola basket, tenis meja, raket, dan alat untuk olahraga lainya yang memang sudah tersedia. Namanya juga kompleks elit.
Mereka sudah siap dengan raket ditangan masing-masing. Lidya memulai permainan dengan memukul kok yang sudah ia lepar dan diterima baik oleh Nala.
Nala dan Lidya sangat menikmati permainan ini. Mereka berdua terus bermain sampai puas.
※※※※※
"Pagi Nala," sapa Lidya kepada Nala yang sedang berjalan memasuki gerbang sekolah, Lidya merangkul pundak Nala.
"Pagi juga Lidih." Nala membalas sapaan Lidya dan tersenyum.
"Aish, lo kira gue sapu apa." Lidya mendengus.
"Hahaha gak kok lo itu masih manusia." ucap Nala tertawa.
Lidya mencibikan bibirnya. Mereka berdua terus berjalan menuju kelas, sepanjang perjalanan menuju ke kelas mereka lalui dengan sedikit candaan yang cukup membuat mereka tertawa.
Kini Nala dan Lidya sudah sampai di kelas, mereka duduk dibangku masing-masing.
"Oh iya Lid gue mau kasih tau lo seseuatu." ucapnya.
"Apa?"
"Gue udah kasih nama buat kucing itu."
"Siapa namanya?" tanya Lidya penasaran dengan nama kucing yang Nala temui saat malam minggu, dan sekarang kucing itu sudah tinggal bersama Nala.
"Chancan." Nala memberitau nama kucingnya itu.
Lidya tersenyum, "wah namanya lucu."
Saat asik sedang mengobrol Nala dikejutkan oleh sampah plastik permen yang sengaja di lempar orang kepadanya.
"Sampah pantes bersanding dengan sampah, biar seimbang." ucap Diky pelaku yang membuang plastik permen pada Nala.
Sepertinya Diky ini tidak bisa jika satu hari saja tidak mengganggu Nala. Ah ya mungkin bisa saat ia tidak berangkat sekolah.
Nala menatap Diky datar. Jika sudah seperti ini Nala akan memasang sifat datar.
Diky yang kini sudah duduk ia malah tersenyum dan asik memakan permen.
Lidya mengambil bungkus permen itu dan melemparnya kearah Diky.
"Punya tangan sama kaki kan? Buang nih sampah lo," ujar Lidya setelah itu pergi dari hadapan Diky.
"Payah lo, cuma bisa berlindung sama temen." ucap Diky saat melewati meja Nala dan Lidya.
"Lo salah, karna sejujurnya gue terlalu males buat ladenin orang gabut kek elo." balas Nala tak merasa takut sedikitpun kepada Diky.
Diky berhenti di ambang pintu dia hanya berdecih dan membuang sampahnya, ia hanya melempar sampah itu tanpa berniat mendekati tempat sampah. Lantas ia langsung kembali ketempat duduknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PANTAS KAH?
RandomCERITA INI MURNI HASIL PEMIKIRAN SAYA SENDIRI. Ini cerita cinta dan hidup seorang gadis. Gadis yang menyimpan banyaknya luka, dia mencintai salah satu pria di sekolahnya. Pria itu cukup populer di sekolahnya. Dan apakah gadis itu juga wanita yang po...