PART-3

25 10 2
                                    

Kring kring kring

Bel istirahat berbunyi. Semua murid pun keluar dari kelas masing-masing. Menunju tempat yang ingin mereka datangi saat istirahat.

"Anterin gue keperpus dulu yuk. Mau ngembaliin buku" ucap Nala sambil membereskan alat tulis.

"Okeee." Lidya sudah siap berdiri dari tempat duduknya.

Mereka pun pergi keperpus yang jaraknya lumayan dekat dari kelas mereka.

"Udah yuk." Ucap Nala saat sudah menaruh buku di rak dan menghampiri Lidya. Pergi menuju kantin.

"Bagaikan tuan putri dan pelayannya" ucap salah satu siswi berambut pendek sebahu yang berpapasan dengan Nala dan Lidya dikoridor.

"Si Lidya kok mau ya temenan sama Nala."  Kini giliran siswi  yang rambutnya dikucir kuda dan menatap Nala jijik.

"Emangnya kenapa kalo gue temenan sama Nala?" Tanya Lidya kepada dua siswi itu.

"Ya karna lo mau jadiin dia budak lo maybe" kata siswi yang yang dikucir kuda. Siswi yang berambut sebahu hanya mengangguk.

"Udah Lid jan diladenin" niat Nala melerai perdebatan kecil antara sahabatnya dan dua siswi yang Nala taktau siapa namanya.

"Hufth bener juga lo. Yaudah yuk kita kekantin" akhirnya Lidya menuruti ucapan Nala dan mereka pun pergi. Sebelum itu Lidya menatap tajam kedua siswi itu.

Kedua siswi itu hanya tersenyum meremehkan.
****
Sesampainya dikantin. Lidya dan Nala sudah duduk dibangku kantin dengan minuman dan dua mangkuk bakso.

"La emangnya selama ini gue memperlakukan lo kek budak ya?" Tanya Lidya kepada Nala. Lidya ini tipekal orang yang mudah kepikiran omongan orang, karna bukan hanya satu atau dua kali ia mendengar ucapan para siswa/i yang mengatai bahwa ia berteman dengan Nala hanya untuk memperbudak Nala. Padahal kenyataannya tidak begitu.

"Gak sama sekali kok. Lo itu sahabat terbaik gue dan sahabat satu-satunya gue" jawab Nala jujur dan tersenyum tulus.

Menurut Nala Lidya itu sangat baik, kenapa ia bisa satu sekolah dengan Lidya tentu saja karna keinginan Lidya. Dan orang tua Lidya juga yang sudah sangat berbaik hati membiayai Nala bersekolah, karna jika tidak begitu mana bisa Nala bersekolah di sekolah yang elit dan banyak diisi oleh kalangan murid anak orang kaya. Keluarganya tak akan mampu.

Lidya membalas senyumuman Nala. "Lo juga sahabat terbaik gue. Gue minta maaf kalo selama lo berteman sama gue lo selalu dibanding-bandingkan  dengan gue." Ucap Lidya merasa tak enak hati.

"Jangan minta maaf sama gue Lid. Karna yang ngebandingkan kita itu bukan lo, tapi orang lain" balas Nala.

"Lo emang terbaik" ucap Lidya tersenyum.

"Lo juga" Nala membalas senyuman Lidya. "Jangan tinggalin gue ya. Karna lo satu-satunya sahabat yang gue punya" lanjutnya.

Lidya pun mengacungkan jari kelingkingnya ke depan muka Nala. "Janji".

Nala menautkan jari kelingkingnya dengan kelingking Lidya masih dengan senyuman. "Janji" ucapnya.

"Udah ah jan melow gini" ucap Lidya.

"Udahhh. Yuk makan" mereka berdua pun mulai menyantap makanan.

****
"Latah latah ooo latah" Ucap Nizart memanggil Arlata. Latah adalah plesetan dari nama Arlata.

Mereka bertiga kini sedang berada didalam kelas. Hanya mereka bertiga tidak ada orang lain, mungkin mereka sedang memanjakan perutnya.

Arlata menatap Nizart. Apa-apan dia, niat mengejek atau memanggilnya. Tak mau kalah Arlata pun balas memanggil dengan nama plesetan Nizart yang ia buat dengan khusus.

"Dasar Art ngecaprak mulu lo!" Akhirnya Arlata berucap. Art adalah plesetan nama Nizart. Niz-nya dibuang hingga yang tersisa hanyalah Art.

"Gue manggil lo" ucap Nizart.

Arlata hanya menaut kan sebelah alis, seolah berkata 'apa'.

"Kantin yok laper nih" Nizart berucap dan berdiri dari posisi duduknya. Arlata hanya mengangguk dan ikut berdiri.

Posisi mereka saat ini Arlata dan Nizart duduk dibangku paling belakang dan Vian duduk di atas meja.

"Gue nitip minum ya." Ucap Vian tanpa mengalihkan pandangan dari layar hp.

"Gak ikut aja nih?" Tanya Arlata.

"Males jalan. Gue nitip air mineral aja." Ucap Vian.

Mereka mengangguk dan segera pergi ke kantin.

"Tarik sis semongko" ucap lelaki yang kini tengah berada di jendela kelas 11 IPS 4.

"Kini tinggal Vian sendiri hanya berteman dengan sepiiii." Lelaki yg satunya pun menyahuti dengan nyanyian.

"Bangsat lo berdua" ucap Vian sambil melirik jendela kelas di sampingnya.

Kedua lelaki itu hanya tertawa dan masuk kedalam kelas.

"Ngapain?" Tanya Vian.

"Gue kesini cuma mau ngasih tau, habis pulang sekolah kita ada latian futsal" ucap Diky. Berdiri tepat dihadapan Vian yang masih setia duduk di meja.

"Bukannya hari ini gada jadwal?" Tanya Vian.

"Pak Ned yang minta" jawab Diky. Pak Ned adalah guru olah raga kelas 11, dan dia juga yg melatih tim futsal.

"Lo kan kapten masa hal begini gatau?" Celetuk Bemby.

"Gue jarang buka chat grup" jawab Vian. Memang dia ini jarang sekali membuka chat grup futsal, dengan alasan malas membaca chat.

Diky dan Bemby hanya mengangguk memaklumi ucapan kapten.

"Oke kalo begitu gue balik ke kelas ya" ucap Diky pergi bersama Bemby meninggalkan Vian.

"Yoiii thaks ya" ucap Vian. Dan mereka mengangguk.

Diky dan Bemby tiba di depan kelas mereka tepatnya di kelas 11 IPS 2. Bersamaan dengan Nala dan Lidya.

"Lidya makin cantik aja sih lo" ucap Bemby berniat menggoda Lidya.

Lidya hanya memasang wajah datar. Dan berjalan memasuki kelas.

Saat Nala ingin memasuki kelas ada yg menarik seragamnya dari belakang.

"Apa sih lepas!" Ucap Nala menatap datar wajah Diky.

Diky langsung melepaskan tanganya dan menatap Nala. "Gak insecure temenan sama Lidya?" Entah pertanyaan atau ejekan yang dilontarkan Diky.

"Kalo ngerasa insecure sih pernah" ucap Nala enteng dan jujur.

Diky hanya mengangguk dan pergi memasuki kelas. Sebelum itu Nala memanggil Diky. Diky pun berhenti dan berbalik badan.

"Kenapa lo benci banget sama gue?" Tanya Nala masih penasaran alasan Diky sangat membenci dirinya.



                        √TBC√

Maaf kalo partnya sedikit.

Jangan lupa vote dan comen💓

See you next part💓

PANTAS KAH?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang