"Ren, IPA 2 lagi jamkos?" tanya Alaska ketika sambungan telepon sudah menyambung dengan Renzo.
"Yoi, kelas lo lagi belajar."
"Pantes gak ada yang aktif hp nya. Gue titip pesen aja Ren, bilangin ke guru kalau gue gak masuk. Maaf gak bisa bilang langsung. Gue ada urusan—"
"Urusan apaan woi? Gue nyusul!" potong Renzo sebelum Alaska meneruskan ucapannya.
"Ada beberapa."
"Paan Ska? Kemarin juga lo masuk gak ada kabar."
"Aleena kemarin diserempet, Rangga dibantai."
"ANJRIT!"
"Tolong lo jangan bilang siapa-siapa dulu. Jangan ada yang tahu. Anak Harves di sekolah Rangga udah nanganin dia kok. Anak SMA Warsadaya udah buat semuanya aman dan pembantaian balik. Gue disini bertanggung jawab sebagai ketua Harves, Ren."
"Gue bertanggung jawab sebagai Harves III. Posisi dimana Ska?"
"Ren, jangan dulu," terdengar nada memohon dari suara Alaska yang tak mampu di tolak oleh Alverenzo Putra Aharon.
"Aleena gimana? Leon kalau tau pasti khawatir banget noh,"
"Makanya jangan sampai dia tau," helaan napas berat terdengar di telinga Renzo "Gue mau titip ke lu itu aja tadi. Thanks Ren, kalau udah kelar gue bakal cerita terus masuk lagi."
"Baek-baek dah Ska. Lu tau harus ngabarin sape kalau udah kepepet bener."
"Yoi Ren,"
Renzo memasukkan kembali handphone nya ke dalam laci ketika sambungan telah terputus. Mau tak mau ia memenuhi permintaan Alaska untuk tidak memberitahu hal ini pada anak-anak lain.
Renzo sebetulnya gelisah karena tidak tahan menahan rahasia seperti ini. Dirinya benar-benar khawatir pada Harves I tersebut dan juga Rangga sebagai korban pembantaian.
Cowok dengan tinggi 184 cm itu menghela napas panjang. Berusaha menahan hasrat untuk membocorkannya. Sabar, Renzo, bila Alaska sudah mengizinkan sudah tentu mereka semua akan tahu. Rangga sudah ditangani oleh anak Harves lain dan juga Warsadaya. Semua baik-baik saja.
Cowok itu memijit pelan pelipisnya, merasa pusing dengan masalah yang tiba-tiba mendatangi Harves.
𝕴𝕷𝖄
"Gak apa loh kalau lo nangis!" Zovan berkata dengan menggelegar membuat seluruh atensi mahluk yang berada di kantin mengarah ke arah mereka.
"Babi! Gue gak nangis," desis Grevin.
Tadi mereka semua di undang oleh Zyl menonton sebuah film tentang perjuangan untuk membangkitkan semangat mereka menjalankan dan mensukseskan event 2021 ini. Namun, hati Grevin begitu terenyuh ketika melihat salah satu scene. Tanpa sadar ia menitikkan air matanya dan tertangkap basah oleh Zovan.
"Cowok berhati lembut inceran cewek biasanya Grep, kaga ngapa aslian," Leon pun tak henti-hentinya meledek Grevin.
"Eh anjrit sumpah kagak! Jopan penebar hoax!" Grevin berkata heboh sampai tangannya memukul-mukul meja.
"Kalau gak ada santai aja kali, gak usah emosi," sahut Renzo enteng dengan senyum miringnya.
"GAK GUE TRAKTIR ES KEPAL LAGI LO!"
Renzo tersenyum manis, menyatukan kedua tangannya meminta ampun "Maafkan saya, paduka Grepe."
"Paan nih, kecil-kecil udah pinter nyogok," Reyga menggeleng-gelengkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ILY AT 00.00
Teen FictionTeruntuk kamu yang berhasil membuatku takluk tanpa isyarat, terima kasih sudah pernah menjadi bagian terindah yang pernah ada walau nantinya tak tahu akan seperti apa. Namun setidaknya rasa itu pernah ada. Bukan tentang perpisahannya, namun tentang...