ILY - 7

14 2 0
                                    

ALASKA belakangan ini jarang bergabung dengan teman-temannya yang lain. Entah sekedar duduk di kantin ataupun nongkrong di markas besar. Mengunjungi tempat lain pun amat jarang. Dia sibuk dengan mencari relasi sana-sini. Dan juga masalah itu.

Perusahaan yang mensponsori mereka juga harus ada. Me-lobby beberapa teman dari almarhum ayahnya juga ia lakukan untuk penggalian dana. Orang tua anak inti Harves bisa dikatakan lebih dari cukup semua, namun entah kenapa cowok itu lebih memilih penggalangan dana.

Padahal, Zovan bersiap menanggung semua biaya.

Namun Alaska menolak.

"Gue bilang juga apa, Alaska aneh belakangan ini!" Jovi dengan julid nya membicarakan perihal ketua mereka itu.

"Dari lo pada kelar rapat itu kagak sih dia anehnya?" tambah Reyga mengingat kejadian ketika mereka di kantin dan Alaska buru-buru pergi.

"Runut jing, dia aneh waktu kenal Zyl." Leon berkata dengan berapi-api penuh semangat berkobar, hingga tanpa sadar tangan kanannya memukul meja.

"Asu lu nuduh buk ketos." Grevin menyahuti lalu menegak kopi kaleng yang baru saja ia beli.

"Lebih dari Zyl, soal anak yang jaga keamanan waktu ada tamu kemarin," Alan menatap mereka satu persatu. Rahangnya mengetat mengingat suatu kejadian yang amat membuatnya terkejut kala itu.

Leon langsung melayangkan tatapan aneh melihat Alan "Maksud lo?"

"Kalem Yon," Reyga memperingatkan.

"Lo nyalahin gue?" tanya Leon dengan satu alis terangkat.

"Lo pada memang cuma duduk di parkiran doang kan? Gak sesuai sama apa yang diperintahkan Alaska," Alan menjawab dingin. "Gue inget, Grevin, Leon, Jovi. Itu tanggung jawab lo bertiga kalau sampe Alaska kenapa-napa."

Damn! Renzo tak mampu berkata, ia hanya diam menatap mereka satu persatu. Merasa bersalah tak mengungkap keadaan sebenarnya. Namun ia menemukan fakta lain. Tadi apa kata Alan? Tamu waktu itu? Siapa?

"Tamu waktu itu memangnya siapa Lan?" Reyga dengan keberanian lebih bertanya mewakilkan rasa penasaran yang lain.

"Bokap Agra."

"THAT?!" Zovan tak mampu berkata. Matanya membulat sempurna. "Gue yakin udah ada penyusupan kemarin."

"Lu jangan over thinking, Jop." Leon berkata dengan nada ketus.

"Logika aja Yon, kagak mungkin Agra izinin bokapnya kesini. Kumpulan anak inti Harves kalau kagak ada pengawalan secara rahasia dari Spades."

"Dan lo pada harus inget permainan anak Spades yang selalu nyelipin alat pendengar selama 3 hari setelah ada insiden bertemu mereka." Reyga menambahi membuat mereka semua langsung menjentikkan jari.

"Kita kagak ada bicara aneh-aneh soal Spades kan?" Renzo langsung geger sendiri.

"Takut lo? Semisal pun ada, Harves ama Spades ribut gue siap buat maju." Jovi berkata dengan tegas. Mempertegas kekuatan mereka. Harves bukan kalengan. Harves lebih dari hal tersebut.

(Harves Inti)

Alaska : [send location] kesini, bawa barang. Anak warsadaya udah nemenin kita. Relax, gak usah terlalu ngebut. Mereka belum datang. That's gonna be fun. See you boys.

Bunyi nya notifikasi bersamaan di handphone mereka langsung membuat mereka serempak mengambil handphone yang tergeletak di atas meja. Mata mereka beradu pandang beberapa saat sebelum serempak berdiri dan meninggalkan kursi masing-masing.

Gerakan mereka yang bersamaan memicu siswa lain untuk melihat ke arah mereka. Terlebih mereka sempat mampir ke salah satu Mbak kantin yang cukup dekat pada mereka. 'Barang' yang dimaksud oleh Alaska tadi adalah senjata mereka. Akan sangat membuang waktu jika mengambil barang yang terdapat di markas. Maka dari itu untuk berjaga mereka sudah menyimpannya juga di Mbak kantin kepercayaan.

ILY AT 00.00Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang