"GUE gak mau, Ska!" pekik Zyl tertahan karena ada beberapa guru yang sedang berjalan di lapangan. Ingin ia menyumpah-serapahi Alaska yang tak henti-henti membuntutinya.
"Lo kemarin bawain kotak ke rumah gue, ada cicak nya!" Zyl lagi-lagi berteriak mengingat kejadian itu.
Alaska tidak sengaja, sungguh. Ia membawa kotak berisikan sebuah hoodie---ia tak tahu dari mana cicak tersebut berasal. Alaska tidak mungkin sekurang kerjaan itu menaruh hewan berkulit kenyal yang begitu menggelikan di mata perempuan.
"Itu kesalahan teknis, gue gak tau sumpah," Alaska mengacungkan jari telunjuk dan tengah nya sementara kaki panjang nya terus berjalan mengikuti Zyl yang nampak nya sudah berlari.
Alaska pikir, cewek itu akan lelah kemudian berhenti. Ternyata tidak, ia tetap berlari menyusuri koridor IPA. Bodo amat karena salah alamat, Zyl tetap saja berlari mengindari cowok gila bernama Alaska.
"ALASKA DEVLIN! GUE GAK MAU TERIMA BARANG DARI LO!"
"Ini gak ada apa-apanya, Zylvechia," Alaska membalas dengan sabar.
Sumpah, Alaska hanya berniat baik ingin memberi minuman namun mengapa cewek itu tremor sendiri dengan pemberian Alaska? Cowok bertinggi 185 cm itu sama sekali tidak kelelahan karena ia masih mampu mengejar menggunakan kaki panjangnya. Namun Zyl? Ia membuat lelah dirinya sendiri.
"Alaska udah, capek tau!" Zyl ngos-ngosan lalu menyandarkan punggung nya pada dinding. Gadis itu mau berhenti karena jaraknya yang lumayan jauh dengan Alaska.
"Gak ada yang nyuruh lo lari, makanya udah berhenti."
"GAK!"
Zyl masih teguh pada pendiriannya, ia melanjutkan aksi lari dari Alaska lagi. Namun belum sempat dirinya berlari menjauh, sebuah tangan sudah lebih dahulu mencekal tangannya.
"Udah anjir, gue capek. Kelas gue udah lewat jauh," Alaska menoleh sejenak ke belakang. Melihat kelasnya yang sangat jauh dari tempat mereka berada.
"Apalagi gue?!" Zyl menyahut sewot seraya memelototkan kedua matanya.
"Makanya jangan lari lagi."
"Lo mau ngapain sih?" Zyl mengacak rambutnya kesal. Padahal ini masih pagi, namun dirinya sudah amat sangat kucel dikarenakan Alaska. Baju seragam nya sudah basah oleh keringat, juga rambutnya yang tidak ia kucir hari ini.
"Mau ngasih ini," Alaska menyodorkan sebuah botol minuman dengan isi berwarna ungu. Yap, mogu-mogu rasa anggur.
"Apaan nih?" Zyl menerima minuman tersebut. Aneh baginya karena pertama kali melihat minuman berwarna ungu. Ia tidak katrok juga sih, tapi minuman berwarna ungu termasuk jarang kan?
"Ubi jalar nih ye?" Zyl menuding dengan tatapan tajamnya.
Alaska menoyor pelan dahi gadis tersebut "Mana ada ubi jalar, itu anggur."
"Waw, tau darimana lo minuman begini? Selera lo manis juga," Zyl mengangguk-anggukkan kepalanya beberapa kali lalu menegak minuman tersebut.
"Not bad, rasanya lumayan."
Alaska tersenyum melihat respon gadis itu yang nampak nya suka. Alaska dapat mengakui bahwa mogu-mogu itu memang enak. Alaska jarang meminum sesuatu yang manis, namun mogu-mogu dapat menjadi kesukaannya.
Yah walaupun rasanya aneh saat pertama mencoba.
"Makanya jangan wine mulu,"
"Bodo," Zyl mengangkat kedua bahunya tak peduli lalu berlalu pergi meninggalkan Alaska. Namun saat beberapa meter menjauh, gadis itu membalikkan tubuhnya "Btw thanks,"
KAMU SEDANG MEMBACA
ILY AT 00.00
Teen FictionTeruntuk kamu yang berhasil membuatku takluk tanpa isyarat, terima kasih sudah pernah menjadi bagian terindah yang pernah ada walau nantinya tak tahu akan seperti apa. Namun setidaknya rasa itu pernah ada. Bukan tentang perpisahannya, namun tentang...