part 1

71 5 0
                                    

Matahari telah masuk melalui jendela kamar seorang gadis yang sedang tertidur lelap.

"Eggmm" tidur Delin terusik oleh cahaya yang memancar memasuki sela jendelanya.

Delin baru saja terbangun dengan keadaan yang kurang baik, sebab baru saja dirinya tertidur beberapa jam lalu. Delin pun bergegas untuk membersihkan diri.

Delin pun melihat dirinya yang begitu mengenaskan dari pantulan cermin, dengan rambut acak, mata sembab, kantung mata menghitam, dan kedua pipinya yang begitu merah bahkan terdapat lebam biru disudut bibirnya.

Semua itu karena dia bekerja sampai larut dan sesampainya dirumah tiba-tiba saja ayahnya memukul dirinya tanpa sebab bahkan dirinya tak tahu apa kesalahannya.

Setelah abangnya bicara dia barulah tahu apa kesalahannya, ralat Delin tak salah sama sekali dirinya hanyalah difitnah oleh saudara tiri dan ibu barunya.

Delin pun hanya menganggapinya dengan santai, karena respon Delin yang santai itulah ayahnya menjadi semakin marah lalu memukul dan menampar Delin.

"Hufft" Delin pun menghela napas kasar.

Setelah itu Delin segera bergegas untuk berangkat kesekolah, karena dia mau menghindari keluarganya.

"Delin apa kabar?" Tanya Dira salah satu teman Delina, lebih tepatnya sahabat dari Delina sendiri. Delina mempunyai dua sahabat yaitu Dira dan Ela.

"Baik kok Dir" jawab Delin berbohong sambil tersenyum.

"Baik gimana pipi merah gitu" ucap Ela tiba-tiba dari belakang Delin.

"Lin kita berdua tau kok, kalau ayah lu selalu nyakitin lu, apa lagi ibu dan saudara tiri lu itu yang selalu fitnah lu didepan ayah dan kakak lu. Jadi gak usah bohong sama kita, karena kita selalu tau masalah lu. Kan kita sahabat" lanjut Ela.

"Makasih La" ucap Delin sambil memeluk Ela.

"Iya Lin lu kan sahabat kita jadi jangan sungkan untuk meminta bantuan dan berbagi keluh, kesah sama kita" ucap Dira menambahkan.

"Iya makasih ya, kalian semua udah mau jadi sahabat gue walau pun kalian tau gimana gue mata keluarga dan orang lain" ucap Delin.

"Gak perlu bilang makasih kita kan sahabat, dan kita berdua bakal terus suport dan dukung lu selalu. Lagian kita tau lu gak mungkin lakuin itu" ucap Ela dan diangguki oleh Dira.

Delin tersenyum lalu mereka berpelukan, walau pun semua keluarga menjauhi dan membencinya tapi masih ada dua sahabat yang selalu mensuport dan mendukungnya.

"Yaudah kita duduk yuk, bentar lagi guru dateng" ucap Dira menyudahi pelukan mereka.

Sekarang Delina dan kedua sahabatnya sudah memasuki awal semester kelas XII.

Beberapa menit kemudian guru datang dan mengajar serta menerangkan pelajaran.

Kringg, kringg, kringg

Bel istirahat telah berbunyi waktunya para siswa dan siswi pergi mencari makan.

"Lin ayok kekantin" ajak Dira pada Delin.

"Bentar aku beresin buku dulu" ucap delin sambil memasukkan buku kedalam tasnya.

"Delin, Delin" teriak Ela dari depan kelas.

"Kenapa sih La, heboh bener lu" ucap Delin.

"Yeh, lu kayak baru tau Ela gimana aja, diakan selalu heboh setiap harinya juga" ucap Dira.

"Gue serius Dir, itu Lin" ucap Ela terbatah sambil menetralkan napasnya, karena dia tadi berlari.

"Ada apa La, coba ngomong pelan-pelan" ucap Delin dambil menyodorkan botol minum pada Ela.

Secrief Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang