Bab 8

4.4K 377 36
                                    

Davira menatap kepergian Kaivan dengan denyutan nyeri di dada. Ia berniat mengejarnya, namun Hiro menahannya ketika ia hendak melangkah.

"Kamu mau kemana?" tanya Hiro.

Davira menoleh dan mengerjap di detik berikutnya, seakan baru menyadari keberadaan Hiro disana. "Aku harus mengejarnya!" sahut Davira dengan tatapan yang sudah kembali terarah pada lorong--tempat Kaivan menghilang beberapa saat lalu.

"Untuk apa kamu mengejarnya? Kamu menyesal sudah menolak ajakannya?"

Davira sontak menoleh kembali pada Hiro yang tatapannya sudah di penuhi amarah, lalu menarik lengannya dari genggaman Hiro sesaat berikutnya.

"Itu bukan urusan kamu!" Davira mengurungkan niatnya untuk mengejar Kaivan, ia kemudian menghela kakinya menuju pintu apartemennya, berniat mengabaikan Hiro di lorong itu.

"Katakan, berapa si Fernandez itu sudah membayarmu?"

Pertanyaan itu sontak membuat Davira berbalik, sebelum melayangkan tatapan marahnya kepada Hiro.

"Apa maksudmu?"

Hiro tersenyum meremehkan. "Jangan berpura-pura! Aku tahu akhir-akhir ini kamu tinggal di rumahnya! Katakan padaku, berapa kali si Fernandez bersaudara itu menggilirmu disana?"

Sepasang jemari Davira mengepal, seirama dengan kedua matanya yang memanas saat kata-kata sarkas itu ia dapatkan dari pria yang dulu pernah ia harapkan untuk menjadi pendamping hidupnya.

"Pantas saja, kamu nggak mau kembali denganku, ternyata kamu sudah mendapatkan tangkapan yang jauh lebih besar!" Hiro mendengkus kembali. "Ternyata benar yang Mama katakan tentangmu, kau...."

Plakk

Sebuah tamparan mendarat di wajah Hiro sebelum ia sempat menyelesaikan kalimatnya. Davira melakukannya dengan cepat dan keras, seolah ia ingin Hiro merasakan kesakitan yang di rasakannya saat ini.

"Sekarang kamu sudah tahu aku wanita seperti apa, jadi ku harap ini terakhir kalinya kamu mendatangiku, karena jika kamu masih menggangguku ... maka tidak hanya tamparan yang akan kamu dapatkan!"

Usai mengatakan kalimat pedas itu, Davira kemudian masuk ke unit apartemennya, meninggalkan Hiro begitu saja yang masih bergeming di tempatnya sambil memegangi sebelah pipinya dengan kemarahan yang terpeta di setiap inchi wajahnya.

Sampai di kamarnya, Davira lalu menjatuhkan dirinya di atas pembaringan dan menelungkupkan wajahnya di sana. Ucapan Hiro masih terngiang-ngiang di telinganya. Meski saat berpacaran dengan Hiro, ia tak pernah melibatkan perasaan--mengingat selama ini ia hanya menjadikan Hiro sebagai tameng untuk menghindari gosip perihal dirinya dan Kiano yang membuatnya tidak nyaman--tapi tak ayal kata-kata yang di ucapkan oleh pria itu berhasil mengguncang jiwanya. Davira takut, kalau semua orang juga memiliki pemikiran yang sama padanya seperti Hiro.

Detik berikutnya untuk mengusir ketakutan-ketakutan itu, ia segera meraih ponselnya, menyalakannya dan seketika mendapati sederet notifikasi masuk kedalam nomernya. Pesan dan panggilan tak terjawab dari Kiano yang paling mendominasi, di susul oleh Kaivan dan Hiro. Davira memijit pelipisnya, ia teringat akan perdebatannya dengan Kaivan beberapa waktu lalu.

Ia tidak menyangka kalau permintaannya waktu itu membuat Kaivan tersinggung sedemikian rupa, padahal ia bermaksud baik. Yang membuatnya sedih adalah ketika Kaivan mengatakan kalau itu bukanlah urusannya, seolah menegaskan akan posisinya yang bukan siapa-siapa. Mendengar itu hati Davira merasa pedih. Ia pikir selama ini hubungan mereka begitu dekat. Dan sebagai seorang adik adalah hal yang wajar jika ia peduli dengan kehidupan Kakaknya?

Dengan hati pedih, ia pun memutuskan untuk berlari keluar, dengan harapan Kaivan akan menahannya, tapi ternyata pria itu tidak melakukannya.

Mendapati bahwa Kaivan tidak berusaha mengejarnya, Davira pun akhirnya memutuskan untuk pulang ke apartemennya. Namun tak menyangka disana sudah ada Hiro yang menunggunya di depan unit apartemennya, dia memang sudah tahu dari security bahwa Hiro selalu mendatangi apartemennya hampir setiap hari. Davira tentu saja mengabaikannya seperti biasa. Tapi di saat perdebatan di antara mereka sedang terjadi, Kaivan tiba-tiba muncul disana dan mengajaknya untuk ikut bersamanya.

DAVIRA (My Beloved Ex Brother in Law)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang