Bab 4

5.5K 432 46
                                    

"Tenang Ma, Davira udah tahu kok, Kalo hati Kiano cuma buat dia seorang."

Uhuk uhuk...

Usai jawaban itu di lantunkan, Kaivan terbatuk-batuk di tempatnya, membuat ketiganya yang terkejut reflek menoleh pada Kaivan yang tengah tersedak minumannya.

"Van, pelan-pelan dong minumnya! Kamu nih kayak udah lama nggak ketemu air aja!" gumam Alea, dengan raut cemas ia menoleh kepada Kaivan yang tengah mengusap-ngusap dadanya sendiri.

Sedangkan Davira yang juga menoleh ke arah Kaivan, tatapannya tampak cemas, tapi begitu Alea menatapnya kembali wajah Davira sudah biasa lagi, kendati pikirannya masih berfokus pada Kaivan.

"Udah Ra, kamu jangan dengerin gombalannya Kiano! Dia mah suka gitu kalo ada kamu! Tapi Tante heran kalo nggak ada kamu tuh ya, diemnya Kiano itu lebih parah daripada orang bisu!" kata Alea sembari menggandeng lengan Davira. "Kita makan dulu aja ya!" kemudian menghelanya menuju meja makan.

"Itulah kenapa tadi Ki bilang kalo hati Ki cuma buat Davira seorang, ya ini salah satu buktinya, karena cuma Davira yang bisa buat Ki banyak bicara!" seru Kiano sambil mengikuti keduanya dengan santai.

Sementara Alea menggeleng, Davira merasakan wajahnya memanas akibat ucapan Kiano, ia melirik Kaivan yang dengan tenang mulai menyeruput kembali kopinya, tanpa menoleh sekejap pun padanya.

"Jangan dengerin ya Ra, anggep aja Kiano nggak ada disini!" Alea berbisik keras di telinga Davira, seakan sengaja ingin Kiano mendengarnya.

"Mama tega banget sih ngomong gitu! Bujukin ngapa biar Davira mau terima cinta Ki!"

Mendengar protesan anak bungsunya itu membuat wanita berusia 50 tahunan itu menoleh kesal sembari berkacak pinggang.

"Ini nih yang bikin Vira males main kesini, kamunya kegatelan sih Ki!"

"Astaga, Mama tega banget ngatain Ki kegatelan!"

Sembari menahan senyum, Davira menoleh sekilas pada Kiano yang terlihat tidak berdaya. Ia sangat bersyukur di beri kesempatan untuk bisa melihat sisi lain dari bosnya yang tegas dan dingin itu. Apa jadinya ya jika rekan-rekan karyawatinya tahu tentang kelakuan bos mereka dirumah?

"Ya Abisnya, kamu malu-maluin! Jadi pria itu harus punya harga diri, kalo perempuannya nggak mau ya kamu cari dong yang lain. Kamu nih dari dulu hobby banget ngejer-ngejer Vira, bukannya luluh, yang ada Vira takut sama kamu!"

"Kata siapa Vira nggak mau, dia itu cuma malu-malu Ma!"

Davira yang sudah duduk di hadapan Kaivan yang begitu diam, sontak memicingkan matanya kearah Kiano yang tengah tersenyum manis padanya.

"Kamu ngejawab terus kalo di kasih tahu sama Mama! Nanti kalo besok-besok Davira kapok main kesini lagi, awas aja kalo kamu maksa-maksa Mama lagi buat bujuk Vira main kesini!" kata Alea sebelum mendudukan dirinya di sebelah Kaivan.

"Tenang aja Ma, sekarang kan udah ada Ka Ivan, jadi nanti kalo Vira marah lagi sama Ki, Ki minta tolong aja sama Kak Ivan buat bujukin Vira. Iya nggak Kak?"

Kiano menatap Kaivan dengan penuh harap, kemudian duduk di sebelah Davira yang tidak melepaskan pandangannya dari Kaivan, kursi mereka yang bersebarangan membuatnya leluasa untuk bisa menatap pria itu--yang sejak tadi terlihat acuh tak acuh. Ada noda kopi di kemeja pria itu, tapi ia seolah tidak peduli. Kaivan yang ada di hadapannya sekarang begitu berbeda dengan Kakak iparnya yang dulu--yang penuh kata dan bisa menghidupkan suasana. Sepertinya kematian Davina memberi efek besar di kehidupannya yang sekarang. Entah mengapa kesedihan yang samar seketika Davira rasakan dan membuat hatinya tersakiti.

Sementara dilain pihak, Kaivan yang tengah melamun sontak tersentak oleh pertanyaan Kiano tersebut, ia mengangkat wajahnya dari kopi miliknya untuk kemudian menatap sang adik dengan raut tak terpeta.

DAVIRA (My Beloved Ex Brother in Law)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang