2. 🍬 Mama

22.2K 3.2K 162
                                    

Pradipta Purnama

Satu kantong plastik berisi telur sialan itu akhirnya kubawa pulang juga. Telur ayam kampung pemberian Abah Karin, malah dioper Bram padaku. Lagian Abah ada-ada saja, ada anak dan menantunya mau honeymoon, malah dibawakan telur ayam kampung. Biar tokcer katanya.

Aku menyerahkan telur itu pada Mbak Mut yang ada di dapur. Dia adalah salah satu asisten rumah tangga yang membantu Mama selama ini. Mbak Mut menerima telur itu dengan heran, kukatakan saja kalau tadi diberi orang.

Tubuhku lelah, ingin segera istirahat. Begitu sampai kamar, rasanya sungguh nyaman saat punggung bertemu kasur. Heran, padahal tadi masih baik-baik saja, begitu sampai rumah rasanya tulang protol semua, kaki gempor. Rupanya benar, usia memang tak bisa bohong.

Saat mengantar Mey pulang, Abah memandangku penuh selidik. Pasalnya, kami pergi sejak pagi dan baru pulang lepas Magrib, menjelang Isya. Kusampaikan saja kalau tadi masih ada sedikit urusan di Surabaya, tapi sepertinya Abah tak percaya. Matanya memandang tajam putri bungsunya yang malah cengengesan. Benar-benar tak punya rasa takut. Aku mengeluarkan ponsel dari saku celana, lalu menyusun bantal dan bersandar.

 Aku mengeluarkan ponsel dari saku celana, lalu menyusun bantal dan bersandar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pesanku terkirim, dan langsung centang dua biru. Meysa terlihat mengetik.

 Meysa terlihat mengetik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jeda. Pesanku dibaca, tapi tak ada tanda-tanda dia mengetik balasan, padahal statusnya online. Ah ya sudahlah, mungkin Mey juga tengah chatting-an dengan lainnya, Ammar misalnya.

Aku meletakkan ponsel di atas nakas dengan sedikit kecewa. Apa-apaan aku ini? Kenapa berharap lebih? Padahal Meysa jelas-jelas melihatku sebagai seorang kakak. Aku menutup mata dengan lengan kanan. Sementara tangan kiriku berada di atas perut, dengan kedua kaki selonjor.

Yang namanya hati memang tak bisa diajak kompromi mau jatuh pada siapa. Tapi, kenapa harus dia? Usia kami bahkan terpaut jauh. Mey masih ingusan, anak kemarin sore yang masih pencarian jati diri. Sementara aku? Usiaku bahkan bisa dibilang kategori bujang lapuk.

"Mas!" Mama muncul di ambang pintu.

Ah ... pasti perjodohan itu lagi. Aku bosan jika Mama terus saja menyinggung soal rencana perjodohan dengan si ini atau si itu.

Taste! (Spin OFF JPB) [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang