"udah sampai kirimannya?", sesaat pesan itu masuk ke notifikasi hp milikku alias Ryana.Aku langsung membalas chat itu, dan senang dengan kiriman baju dari butiknya Linda. Dan Linda pun merasa senang dengan testimoni salah satu teman yang baru dikenalnya beberapa tahun yang lalu. Apalagi Ryana merupakan salah satu model di butiknya ketika masih berstatus mahasiswi di STIKES. Dan seingat memori yang ku jelajahi, Linda ini memiliki anak perempuan berusia 17 tahun yang bernama Lily Arielda. Semenjak menjadi janda, Linda memutuskan tinggal sendiri di kota ini dan mendirikan butik empat atau lima tahun yang lalu."bentar ya mbak Lin, aku memutuskan telponku", ternyata ada voice call dari anaknya Ryana. Langsung saja ku telpon balik kontak yang sempat menggangguku tadi, agar tidak curiga."iya sayang.... Besok mama pulang",ucapku dengan lagak seperti Ryana. Senyum yang manis terlihat dari wajah anak ini. Tidak tega rasanya jika anak kecil tadi tahu, kalau yang menelponnya bukan mamanya. Aku mencoba lihat jadwal & pikiran Ryana. Ternyata besok libur, & Ryana terlanjur janji bisa pulang. Apa daya, karena keisenganku tadi membuat badanku lemas. Hentakan & permainan ojol tadi benar-benar membuatku tidak berdaya. Apalagi Ryana ini sudah lama tidak bersetubuh dengan laki-laki, itu yang membuat libidonya menjadi tinggi.Aku langsung ganti pakaian yang diberikan Linda padaku tadi dengan satu stel piyama. Aku mengantuk, dan benar-benar lemas. Apalagi besok harus pulang ke rumah mertua, untuk menjenguk anakku alias anaknya Ryana. Memang sih tidak begitu jauh dari kontrakan milik Ryana. Mungkin 60 km, yang sebenarnya Ryana bisa saja pulang pergi namun badannya tidak terlalu kuat untuk hal itu. Jika dulu saat bersama suaminya, Ryana bisa saja melakukan itu. Namun kehendak berkata lain, Ryana harus terima dirinya menjadi janda di usianya yang masih 25 tahun dengan anak berumur 3 tahun."Besok jadi ke tempatku kan?", tiba-tiba chat dari Linda menggagetkanku. Aku hanya terdiam melihat chat itu. Karena tadii aku mengiyakan, padahal ku tahu kalo besok harus pulang. "Sebentar", aku melihat tulisan kotak yang dikirimkan oleh Linda. Ternyata satu arah dengan rumah mertuaku. Linda tinggal di Ambarawa, sedangkan rumah mertuaku ada di Salatiga. Untung saja masih satu jalur, batinku. Dan langsung tidur karena takut besok tidak kuat.....Alarm hpku berdering, ternyata sudah pukul empat pagi. Aku yang saat menjadi Atmaja, mungkin bangun tidur sepagi ini atau bisa dibilang subuh adalah mustahil. Itulah alasanku kenapa bertubuh gemuk, karena kebanyakan tidur. Namun, aku bisa bangun cukup pagi dibanding teman yang lain yakni jam setengah enam karena kebiasaan di toko roti yang memang harus berangkat jam 6. Aku memang jarang sarapan, toh sewaktu jadi Atmaja mencium bau roti sudah membuatku cukup kenyang. Tapi itu dulu, dan sekarang menjadi Ryana, seorang tenaga medis atau bisa dibilang apoteker di rumah sakit di dekat kosannya.."Hoaammmm...." ,aku menguap saat melihat jam kamar yang menunjukkan pukul 4 pagi. Dengan mata setengah, dan keliatan sempoyongan aku bergegas masuk ke kamar mandi. Muka kucel Ryana terlihat saat bercermin di dalam kamar mandi. Yang memang sudah terpasang di dinding kamar mandi. Ku lihat, meski kucel namun pancaran kecantikan Ryana tidak bisa dianggap remeh. Pantas saja, ojol kemarin menikmatiku dengan ganas, batinku dengan mengelus pipi Ryana. Antara mimpi dan nyata, aku menyukai hal ini.Karena ingat mau pulang menemui anak, akhirnya ku putuskan untuk cuci muka dan segera membereskan baju yang kemarin aku pakai, namun belum sempat ku masukan ke ranjang cuci. Masih mengantuk ku masukkan beberapa lembar baju, jilbab, rok dan dalaman milik Ryana ke dalam tas yang ku bawa nanti. Aku tidak tahu harus membawa apa lagi.Saat merapikan, terdengar jelas suara adzan & ketukan di pintu kosan. "Assalamualaikum.... Mbak Ryana? Mbak....", suara cewek terdengar mengetuk pintu kosan dan memanggil terus namaku. Langsung saja ku buka pintu kosan, ternyata ada cewek yang berusia jauh lebih muda dariku. Dia mengenakan mukena, dan mengajakku untuk berjamaah. Aku memang jarang subuhan, apalagi berjamaah. Masih menggenakan piyama semalam, aku minta cewek yang ku ketahui bernama Nanda ini untuk masuk ke kosan. Aku meminta dia menungguku sebentar."bentar ya dek?", ajakku untuk masuk dan menungguku selesai untuk merapikan baju. Dia menggangguk saja, dengan sabar menunggu."mau pulang ya mbak?", tanyanya sambil melihatku yang masih melipat baju."iyaa...Kasian dedek kalo mamanya ga pulang?", ucapku dengan gaya seperti Ryana biasanya."pantes aja mbak beres-beres baju", tanyanya padaku yang hampir selesai."Yukk....", Aku langsung mengambil jilbab instan yang masih nyentel di belakang pintu, dan memakainya. Aku bahkan tau letak dimana mukena milik Ryana, padahal sejak malam aku tidak menyentuhnya. Aku bersama Nanda langsung ke Masjid dekat kosan, yang kebetulan juga Masjid itu bagian rumah sakit.Aku seperti melihat pemandangan yang indah, saat masuk ke tempat wudlu putri. Aku melihat para perawat melepas jilbabnya, dan wudlunya membuat aura kecantikan mereka keluar. Meski aku cantik, rasanya melihat cantik yang lain membuat diriku iri. Apalagi status Ryana yang seorang janda."Eh...mbak mau kemana?", tanya Nanda di shaf cewek. Hampir saja ku masuk ke shaf yang lain. Nanda yang membawa mukenaku karena ku minta untuk menjaganya sewaktu wudlu tadi. Aku langsung masuk ke shaf cewek, terlihat seragam di shaf ini. Meski ada beberapa yang berwarna, namun dominasi warna putih membuat cahaya terbias dan wajah para jamaah terlihat lebih bercahaya.
ilustrasi ryana bermukena
"aamiin....", suara lirih pelan jamaah perempuan saat doa imam terdengar, dan ini pertama kalinya aku memakai mukena. Sekaligus di dalam shaf cewek, dan bersebelahan dengan jamaah perempuan. Mungkin tidak akan terjadi, kalau diriku tidak menjadi Ryana. Sambil menunggu Nanda menggaji, aku menyempatkan untuk foto sebentar. Nanda yang tinggal sebelahan denganku, adalah santriwati. Dan memang dia adalah tetangga kosan yang baru tinggal beberapa bulan yang lalu. Ryana selalu diajak subuhan, dan kebetulan suami Nanda ini sering keluar kota. Dan saat subuhlah, Ryana bisa menyapa Nanda."maaf ya mbak, Nanda tidak tahu kalau mbak sudah tidak bersuami lagi", ucap Nanda saat pulang dan bercerita singkat karena Ryana mau pulang kampung. Akhirnya aku pulang kampung untuk menemuimu anak Ryana, sebagai mama yang baik sekaligus tidak dicurigai kalau di dalam tubuh ini adalah seorang lelaki bujang.