Tepung
Telur
Coklat Batang
Baking Powder
Gula
Mentega
Dan essense pemberian babe, menjadi bahan terakhir ku bawa.
"Ehh... ini juga", ku taruh botol air yang tertulis embun mawar. Menjadi pelengkap bahan pembuat roti ini. Ku siapkan peralatan yang lain, meski di dalam salon. Dapur yang dipinjamkan untukku ini, ternyata memiliki peralatan yang termasuk lengkap. Termasuk loyang kue, yang berukuran panjang empat belas sentimeter.
Pertama ku oleskan mentega ke dalam pinggiran loyang, setelah selesai. Aku pun mulai memecahkan beberapa butir telur ,yang kemudian ku pisahkan antara kuning dan putihnya.
Kuning telur yang ku gunakan sebagai pengembang tekstur kue agar terasa soft di mulut. Sedangkan putihnya ku gunakan sebagai mayonaise, pikirku. Ku campurkan ke seluruhan bahan kue, ku kocok kuning telur tadi dengan gula yang sudah ku masukan sebelumnya.Jangan tanya soal berapa takaran bahannya, aku menggunakan bahan seadanya. Ku kocok bahan tadi dengan kocokan manual,
"ahhh.....", ku kocok dengan kencang...... hingga akhirnya sedikit mengembang. Ku masukkan terigu setelah bahan tadi tercampur. Ku tuangkan campuran bahan tadi ke dalam wadah yang berbeda. Yang satu ku tuangkan essense melati pemberian babe, dan yang lainnya ku campurkan dengan beberapa tetes dari botol embun mawar itu.
"Lhahh.... ko berwarna merah?", aku agak kaget ternyata tetesan embun mawar itu mengubah warna adonan kue yang akan ku cetak ke dalam loyang. Ku tuangkan adonan tadi ke masing-masing loyang, yang essense melati masih berwarna bersih sedangkan yang satunya malah berwarna.
"hoppp...", ku liat adonan yang ku tuang tadi udah mencapai setengah ukuran.
"ko masih sisa banyak ya?', adonan masih cukup banyak di antara keduanya.
"bentar.... aku cari loyang yang lain dulu", sambil ku masukkan kedua loyang ke dalam oven.
"Nah... ini dia", langsung ku oleskan sisa mentega ke dalam loyang ketiga ini.Melihat pekerjaanku beres, dan melihat ketiga loyang di oven. Aku tinggal ke depan, ke dalam salon tempat kerjanya mbak Yuni.
"udah beres kah?", tanya mbak Yuni melihatku keluar dari dapur
"iyaa mbak, udah beres... Tinggal nungguin matengnya doang", candaku
"boleh nyicip donggg????", goda mbak Yuni sambil membersihkan salonnya.
"Boleh... tapi bayar......", gurauku sambil ku tinggalkan dia ke arah dapur.
"Lhahh??? Ini coklat batangnya lupa ku masukin", aku teledor saat ku liat coklat batang masih tergeletak di samping wadah. Tak abis akal ku masukan ke dalam panci, dan ku lelehkan.
"hmmm... ko bau coklatnya kurang harum ya?", tanpa pikir panjang ku teteskan lagi ke dalam loyang embun dalam botol tadi.
"Gini nih baru mantap....", ku cium aroma coklat yang lumayan harum.Hampir empat puluh lima menit ku tunggu akhirnya ketiga loyang itu pun matang.
Dan ku dengar suara dentuman musik dj mulai terdengar di ruang salon. Ku intip dari balik korden, ternyata ada pelanggan salon yang datang, dan sepertinya akan menjadi tawaran yang bagus nih kalo ditawarkan pada pelanggan itu.Ku lanjutkan untuk menghias kue ini agar cantik, belum sempet dihias.
"Widih.. udah jadi nih", potongan pinggir mulai dimakan mbak Yuni.
"Enak juga bikinanmu, sayyy.....", puji mbak Yuni yang makan kue loyang pertama, sesaat kemudian memakan potongan kue dari loyang kedua."menggoda amat yang warna merah", ucapnya saat mencoba dan mencium kue aroma mawar.
"hmmm.. lumayan juga", dengan raut wajah bahagia menikmatinya.
"Mbak... mbakkk....", Saut pelanggan yang tadi memanggil, dan belum sempat mencicipi loyang ketiga. Sontak saja, mbak Yuni langsung bergegas ke salon. Aku belum sempat menghias, tiba-tiba kedatangan pelanggan salon yang lain, yang menanyakan toilet ke arah mana. Bukannya ke toilet, pelanggan salon malah minta icip kue, dan akan membayar kalo memang enak.
"boleh kan mas, kalo icip ini", ucapnya yang jelas ku abaikan.