Prepare to be (bab 2)

5K 51 4
                                    

'kamu jangan bersedih, ntar aku tanyain ke bos ya? Siapa tau bosku bisa minjemin peralatannya", ucap mbak Yuni sambil menenangkanku. Mbak Yuni langsung chat ke bosnya, dan beruntung aku diperbolehkan meminjam peralatannya.

"Tapi bahannya dibawa ke sana ya?", ucap mbak Yuni. Ternyata bahan roti tadi diminta untuk dibawa ke sana, karena peralatan milik bosnya sama sekali tidak bisa dipindahkan alias kitchen set.
"Okey deh",  senang mendengar kabar baik.

"Tapi aku mandi dulu ya",ucap mbak Yuni sambil memintaku mempersiapkan semuanya. Sembari menunggu aku langsung mempersiapkan bahan-bahan roti termasuk membawa gulungan dan botol kecil yang ada di dalam kotak. Semua sudah siap, dan tertata rapi di atas motor matic milik mbak Yuni. Setelah menunggu lama, akhirnya mbak Yuni keluar dengan mengenakan mini dress warna putih andalannya, yang tak kalah bikin takjub adalah dada yang menonjol seakan ingin keluar dan ingin unjuk gigi ke setiap mata yang memandang.

"yukk... capcuss..", ucap mbak Yuni yang genit, terkesan jablayyyyy....
"kamu depan gihh...." , aku masih bengong melihat mbak Yuni berpenampilan seperti itu
"aku ga bisa naik motor mbak", sejujurnya aku tidak pernah bisa naik sepeda motor.
Selain faktor tidak punya, aku sendiri punya kepayahan dalam keseimbangan terlebih berat badanku yang berlebih. Tinggi yang hanya lima kaki, dengan berat badan hampir seratus kilo. Rasanya mustahil kalo bisa menguasai kendaraan bermotor, didukung dengan usiaku sudah kepala tiga.

"yaudah... kamu bonceng aja", ucap mbak Yuni.
"maaf ya mbak", balasku karena sama sekali merepotkannya.
Aku berbonceng dengan mbak Yuni, motor yang ku tumpangi seakan tidak mau berjalan. Payah amat, batinku... Pelan tapi pasti, akhirnya sampai juga di tempat kerjaan mbak Yuni.
"lho, ko di sini mbak? Katanya ke tempat bosnya....", aku agak heran
"iya emang di sini, kamu bikinnya di dapur belakang salon ini",
"Cepetan masuk.... bawa semua bahan rotimu, bikin di sini", lanjut mbak Yuni.

Terlihat di tempat kerjaan mbak Yuni begitu sepi.
Aku melihat sekeliling salon ini,
'Iya keliatan sepi, baru akan rame ntar siang. Biasanya para pegawai PNS yang mampir",
"kamu juga bisa sekalian jualin ke mereka", lanjutnya sambil menawarkan.

Kemudian, mbak Yuni mengantarku ke area dapur. Di sini peralatan cukup lengkap, meski sebagian masih manual. Yang terpenting bagiku adalah ketersediaan alat.
"yaudah, ku tinggal dulu ya. Aku mau beres-beres bagian depan", ucap mbak Yuni.
Aku bergegas menyiapkan bahan-bahan roti yang ku bawa tadi.

ROTITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang