NEVERENDING HEART❤
...Sport Center
Minggu, 17 September, 20.00Hyunjae duduk di tengah-tengah tribun sendirian, sambil memeluk bola basket. Sinar bulan yang masuk dari atap adalah satu-satunya penerang di GOR yang gelap. Matanya yang bengkak sebelah menatap ring basket tanpa ekspresi. Hanya kosong.
Kejadian tadi sore tidak pernah ia duga. Saat pengawal ayahnya menyerang dia habis-habisan, saat ia dalam titik terlemah sekalipun Hyunjae hanya berharap segera mati saja. Teman yang selalu memujanya yang bahkan melihat langsung kejadian itu malah diam dan kabur. Hanya Younghoon yang tahu-tahu merengsek maju dan membelanya entah tahu dari mana.
14.15
"Gurumu bilang, nilaimu menurun." Ujar Donghae sambil membolak - balik berkas pekerjaan di tangannya. "Kau tidak boleh terus-terusan seperti ini, jika ingin masuk Cambridge."
Nada Donghae tampak tak acuh, tapi Hyunjae tahu dia sedang dituntut. Padahal dia masih menempati posisi satu di papan ranking sekolah. Tidak pernah sekalipun tergeser.
"Itu keinginanmu." ujar Hyunjae dingin. Matanya sibuk memandang aliran sungai Han yang terpampang dari balik jendela mobil ayahnya. Dia enggan menatap manik yang senantiasa memandang rendah dirinya. "Kau yang merencanakan masa depanku, padahal ini hidupku."
Dinginnya Hyunjae mengingatkan Donghae pada mendiang sang istri yang ia benci sampai sekarang. Kenapa semua hal dalam diri Hyunjae adalah tentang mendiang istrinya? Tidakkah sedikit saja anak itu mewarisi dirinya. Dugaan bahwa mendiang istrinya berselingkuh semakin besar.
Remasan Donghae pada kertas di tangannya mengerat sampai kertas itu berubah bentuk. "Ini semua ayah lakukan demi kebaikanmu." suaranya berupaya santai menahan geram. Padahal hatinya mendidih saat berpikir jika Hyunjae bukanlah putranya.
"Itu semua demi nama baikmu, aku hanyalah alat." sahut Hyunjae. Wajahnya sudah merah, kontras dengan sikapnya yang masih tampak dingin dan datar. Ia memang mirip ibunya, pintar mengendalikan wajah dan emosi.
"Kau tahu kau hanya alat, maka lakukan tugasmu dengan baik." Donghae tidak lagi membaca berkasnya. Pikirannya sudah tidak fokus, dia hanya ingin Hyunjae jadi anak penurut bukan pembangkang seperti ibunya.
"Keh, kenapa kau tidak membunuhku saja, seperti kau membunuh Ibuku?" tanya Hyunjae dengan nada jenaka. Seakan yang dikatakannya adalah suatu hal yang lucu, pemuda itu tertawa memandang wajah ayahnya yang sudah berubah keras. "Ibu mati karena kau mencintai wanita lain, kau membunuhnya agar bisa bersama wanita itu. Kenapa kau tidak mencari anak lain saja untuk jadi alatmu?"
"Kau anak kurang ajar!"
"Semua orang berkata seperti itu. Jika saja kau tidak membunuh Ibu, mungkin aku akan lebih terdidik." Hyunjae menyeringai menatap ayahnya.
Emosi Donghae sudah memuncak. Dalam keadaan kalut ia berkata, "Makanya kau tidak tahu sopan santun, aku bertanya - tanya pria mana saja yang Jessica tiduri hingga menghasilkanmu!"
Srek.
Hyunjae yang marah menarik kerah Donghae. Giginya bergemeletuk dan matanya memerah. Dia tidak lagi peduli kalau pria yang kini dia pelototi adalah ayahnya. "JANGAN BICARA SEMBARANGAN TENTANG IBUKU!"
Donghae terkekeh, anak itu hanya peduli tentang Jessica. Bahkan jika Hyunjae bukan anaknya, Donghae adalah orang yang merawat Hyunjae sejak kecil dan seharusnya Hyunjae punya rasa hormat terhadap dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEVERENDING HEART
Fanfiction❝Ku mohon biarkan aku berada di sisimu, jadi aku bisa mengembalikan segala cinta yang telah kuterima, sebelum hidup ini berakhir.❞ Hyunjae x Sohyun x Juyeon Terinspirasi dari lirik lagu SHINee : Life