BAB 8

44 7 2
                                    

"Sometimes it lasts in love, but sometimes it hurts instead." - Adele, Someone Like You
°•°•°•°

Saat bel pulang berbunyi, Sohyun pergi ke perpustakaan. Dia memilih beberapa buku cerita karena besok dia tidak akan pulang ke rumah. Daripada bosan di asrama, dia bisa membaca beberapa novel.

Sudah tiga minggu Sohyun mulai terbiasa menghabiskan weekend di Stellare Dormitory. Padahal bisa saja dia pulang dan Senin datang lagi. Tapi Sohyun mulai merasa tidak enak karena tidak ikut peraturan asrama yang berlaku. Meski berlagak tidak peduli dengan gosip, tapi tetap saja Sohyun sudah dengar tentang perlakuan spesial keluarganya.

Selesai memilih buku dan mendaftarkan peminjamannya, Sohyun berjalan ke gedung asrama. Biasanya dia lewat lapangan softball, tapi hari ini entah kenapa dia mengambil rute berbeda. Sohyun mengambil langkah santai di sepanjang lorong kesekretariatan. Sesekali membaca plakat klub yang tergantung di setiap pintu.

Buagh

Sohyun terkejut setengah mati.

Tubuh seorang pria tersungkur tepat di depannya dengan seragam putih bernoda darah.

"Hei." Sohyun berjongkok. Mengguncang pelan pundak laki-laki yang meringkuk kesakitan. Saat terdengar langkah-langkah kaki berlari mendekat, gadis itu segera maju pasang badan.

"Hei, kau kenal mereka?" Tanya Sohyun saat tiga siswa laki-laki berdiri menantang di depannya.

Anak yang meringkuk itu berlutut. Dia menarik ujung rok Sohyun, "Tolong aku...." lirihnya.

Sohyun berdecak. Dia melirik ke ruangan sebelah kanan di mana ruang kesekretariatan klub basket berada. Seharusnya seseorang dari sana mengenal Sohyun dan barangkali bisa membantunya. Namun, Sohyun tidak yakin ada orang di sana.

"Kalian tidak kenal aku?" Sohyun merasa geli sendiri. Dia sebal saat harus menggunakan kuasa ayahnya, tapi pada kesempatan seperti ini justru nama itu yang akan menyelamatkannya.

"Cih. Noonim, lebih baik kau pergi saja. Baj*ng*n tengik itu biar kami urus." kata salah satunya.

"Kalian yang pergi." Sohyun mengangkat ponselnya. "Jika tidak ingin berurusan dengan Kim Younghoon." Dia menekan tombol power dan terpampang gambar lock screen berisi dirinya dan Younghoon.

Tidak pikir lama, mereka langsung balik kanan. Sohyun mengumpat dalam hati. Fuck Kim Younghoon, pasang lock screen seenaknya.

.
.

"Terima kasih, Sunbaenim."

Sohyun mengangguk setelah menyerahkan plastik berisi plester, salep, dan obat merah. Dia duduk di kursi lain. Menatap anak laki-laki yang sedang berusaha mengobati dirinya sendiri.

Menjelang musim dingin, siswa-siswi mulai menggunakan cardigan seragam yang berbeda pada setiap angkatan. Jelas mereka bisa tahu kalau Sohyun adalah siswa kelas tiga.

"Eric. Siswa internasional?" tanya Sohyun membaca name tag biru siswa tersebut. Warna biru menandakan bahwa pemiliknya adalah penerima beasiswa.

Eric mengangguk. Dia mulai memasang plester di dahinya.

Saat dirasa Eric bisa mengurus dirinya sendiri, Sohyun lantas berdiri. Menaruh sebotol air kelapa di meja. "Minum ini dan kusarankan kau segera melapor."

Setelah mengatakannya, Sohyun berlalu pergi.

Kejadian bullying memang bukan hal aneh di Stellare. Kecuali mereka berada di kalangan atas, sudah pasti berpeluang menjadi korban. Untungnya sekolah adil terhadap sanksi, tapi sayangnya tidak banyak korban bullying yang berani melapor.

NEVERENDING HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang