Bab 11

26 6 8
                                    

Younghoon mondar-mandir di depan kamar Sohyun sejak setengah jam lalu. Namun, Sohyun tak lepas keluar dari kamarnya membuat Younghoon curiga kalau terjadi sesuatu di dalam. Padahal adiknya itu selalu rajin berangkat pagi, tapi sudah jam segini dia juga belum bersiap ke sekolah.

Dia sudah telepon berkali-kali, tapi nomor Sohyun tidak aktif. Gedoran di pintu juga tak ada yang memedulikan. Apakah Sohyun tak ada di kamar? Rasanya tidak mungkin. Younghoon sudah menyadangkan waktu 10 menit dari waktu Sohyun biasanya keluar kamar.

.
.

Sohyun mendesah lelah untuk kesekian kali. Lalu menatap Eric yang masih duduk bersimpuh sambil memegang pisau.

"Aku harus ke kelas." ujar Sohyun kesal.

Eric tersenyum sinis. "Kenapa?"

Alis Sohyun mengernyit, dia tidak paham arti pertanyaan Eric. Sampai Eric menjelaskan. "Apakah nilaimu lebih penting daripada nyawaku? Aku hanya minta tolong satu hal."

"Kau akan baik-baik saja, tidak perlu melakukan hal ini." jawab Sohyun, mengingat permintaan Eric yang tidak masuk akal.

Eric sengaja mengunci Sohyun dan dirinya sendiri di dalam gudang kolam renang sekolah, lalu melempar kuncinya ke luar fentilasi sehingga mereka tidak akan bisa keluar tanpa bantuan yang di luar. Gila. Itu satu kata yang bisa mendeskripsikan Eric menurut Sohyun. Sohyun padahal sudah berlari sampai napas tercekik karena mendapat foto Eric yang tengah di-bully lagi. Namun, ternyata dia ditipu dan berakhir menginap di sini semalaman.

Sohyun sudah lemas berteriak, jadi sekarang dia hanya mampu duduk bersandar di tembok, berhadapan dengan Eric.

.
.

Younghoon berlari ke kelas Jimin, kali saja Sohyun di sana. Namun, tidak ada. Dia lantas menghampiri setiap tempat yang mungkin Sohyun kunjungi—perpustakaan, unit kesehatan, ruang teater, rubanah—juga tidak ada. Bel masuk yang berdering sampai diabaikan oleh Younghoon.

Younghoon mendesah frustasi. Dia bersumpah. Sekali lagi dia mengitari seluruh komplek sekolah dan tidak menemukan hasil, dia akan langsung menelepon pamannya untuk menyisir keberadaan Sohyun.

Saat kakinya akan melangkah, malah ada dua gadis yang datang menghampirinya. Mereka tampak malu-malu dan saling menyenggol menyuruh yang lain bicara duluan. Younghoon yang tidak sabar, menghela berat dan menegur mereka. "Kalian bicara atau aku pergi? Aku tidak punya waktu."

"Aa..." seorang gadis berambut ikal yang dikuncir sebagian terdorong maju. Dia sedikit mendelik sebal sambil tersenyum ke arah temannya. "Anu, aku menemukan ponsel ini. Bukankah ini milikmu?"

Younghoon melirik sekilas pada benda yang ditunjukkan gadis tersebut, dia dengan cepat membalas. "Bukan. Ponselku tidak hilang."

Dia baru saja akan melangkah pergi lagi saat kemudian terpikirkan dengan satu hal. "Dari mana kau tahu itu punyaku?"

Gadis tadi terperanjat senang saat Younghoon berbicara lagi. "Em lock screen nya pakai fotomu. Ini juga bukan foto yang pernah kamu upload di sosial media."

Younghoon menjulurkan tangannya. Ponsel itu sangat basic tanpa diberi hiasan khusus atau apapun yang membuatnya langsung tahu siapa pemiliknya. Dia mengambil ponsel yang dimaksud dan menekan tombol powernya. Benar, ada foto dirinya di sana. Dia ingat pernah memasang foto itu saat menjahili Sohyun.

Jantungnya langsung bertalu cepat. Keringat sebiji jagung ikut menetes di dahinya. "Kau menemukan ini di mana?" Younghoon bertanya dengan upaya keras untuk tidak berteriak.

Melihat wajah Younghoon yang pucat pasi dan tampak panik, kedua gadis itu jadi tertular gugup. Mereka saling memandang sampai Younghoon pecah suara.

"Di mana!?" sergah Younghoon.

NEVERENDING HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang