Younghoon POV
Aku mengetuk pintu, berusaha keras agar tidak kesal karena si pemilik kamar yang sangat keras kepala. Ini bukan sebuah kisah yang aku inginkan. Dan aku enggan membayangkan itu berkali-kali. Ngeri.
Menunggu dengan tangan terselip di saku jaketku, aku berusaha tetap tenang. Tapi sialan semuanya. Ingatanku masih pekat dengan perkataan Hyunjae tadi siang. Berusaha keras aku menahan diri agar tidak menghampiri Sohyun ke kelasnya, dan menyiraminya dengan air dingin.
"Hei, adikku sepertinya salah paham denganmu. Katanya kau mengajak dia nonton teater?" Hyunjae baru saja menaruh nampannya di meja kantin dan terkejut oleh kehadiranku.
Dia sedikit tersentak dan sontak berdecak. Aku sendiri terengah dan masih berkeringat setelah mengolah tubuh di pusat rehabilitasi sekolah. Melatih otot kakiku agar kembali bugar.
"Hn, nanti malam." Hyunjae menyendok nasi dengan santai ke mulutnya setelah mengatakan tiga kata itu. Sial. Aku ingin menyodokkan benda itu ke tenggorokannya.
"Damn it. Jangan bercanda!" Aku memukul meja cukup keras. Orang-orang di kantin sempat melirik kami, tapi segera mencari pandangan lain. Aku yakin mereka tidak berani ingin banyak tahu tentang urusanku dan Hyunjae. "Hyunjae, kau cukup tahu kalau Sohyun adalah orang penting bagiku." Ucapku menggeram.
Hyunjae melirikku sekilas. "Aku juga mengundangmu, sialan! Apa Kim Sohyun tidak bilang?" tanya Hyunjae dengan nada ringan.
Sial, sial, sial. Aku tidak suka mendengar nama Sohyun terucap dari mulutnya.
"Bajingan, apapun yang kau lakukan, jangan dekati dia!" Aku mendorong nampan makan yang sejak tadi menjadi perhatian Hyunjae.
"Aku bisa melihat ketertarikanmu!" selidikku menelisik wajahnya yang balas menatapku.
Dia menghela napas. "Aku tidak bisa mengontrolnya."
Srek
Aku menarik kerah bajunya dan otomatis membuatnya berdiri. "Lee. Hyun. Jae."
Dia tersenyum tenang. "Perasaanku ini baru dimulai..." katanya berbisik, dan dia menambahkan. "Aku akan baik padanya."
Satu bogem mentah melayang di pipinya. Bukan Hyunjae. Jangan Hyunjae. Kenapa harus bajingan ini?
.
Aku bersandar lama di pintu kamar Sohyun. Setelah lima belas menit berlalu, gadis itu akhirnya datang dengan Jimin yang berjalan di sampingnya.
"Younghoon?" katanya. Sekarang hampir pukul lima sore. Sohyun sepertinya baru menyelesaikan kelas tambahan.
Aku menunggu Sohyun memasukkan pin di pintu. Jimin mencolek lenganku, menanyakan wajahku yang katanya sangat merah. Saat pintu dibuka, aku melangkah masuk, menahan tanganku tetap di saku jaket agar tidak menyiram air ke kepala Sohyun.
"Sohyun, aku ingin bicara." kataku. Jimin berdehem, dia kemudian mundur dan keluar dari kamar.
"Tiga menit." kata Jimin sebelum menutup pintu. Aku menyetujuinya.
"Ada apa?" tanya Sohyun menatapku. Dia mengerutkan kening.
"Kamu," Aku menghela napas panjang, entah bagaimana untuk mengatakan segala kecemasanku padanya. "Ingat perkataanku dulu tentang Hyunjae?"
Sohyun tampak berpikir, sebelum akhirnya menyerah dan bertanya. "Yang mana?"
"Jangan dekat-dekat dengan bajingan itu."
Wajah Sohyun berubah heran. Dia memalingkan wajahnya. "Tidak pernah dekat. Tentang teater, dia hanya ingin membalas perbuatanmu waktu itu."
"Keh, itu hanya alasannya. Dia bisa saja langsung menemuiku." ujar ku. Ayolah Sohyun, kau bukan gadis bodoh!
"Dia bukan orang baik." Dia ku sebut bajingan bukan tanpa alasan. Dia pemabuk, pemain wanita, dan penuh siasat. Aku bisa saja jadi temannya, tapi Sohyun bukan orang yang bisa berhubungan dengan bajingan itu.
Wajah Sohyun terlihat kesal. Dia menyergah, "Baik atau jahatnya orang itu abu-abu. Kakak tidak bisa bilang begitu!"
"Sial. Sohyun, aku mengenalnya bukan setahun dua tahun. Dia tidak cocok untukmu. Aku tidak setuju, bahkan jika kalian hanya berteman."
"Kim Younghoon, kau melewati batas! Aku tidak pernah berkomentar tentang siapa saja temanmu. Lalu, bukankah kalian hanya salah paham. Itu tidak ada kaitannya denganku." kata Sohyun.
"Kau tidak tahu siapa dia, Sohyun! Aku sudah sangat menahan diri sejak tahu kau masuk ke kamarnya."
"Younghoon, tolong. Aku juga ingin berteman dengan anak-anak lain. Aku tahu mana yang salah dan benar. Apakah kau akan terus begini?"
"Aku hanya ingin menjagamu," cetusku.
Sohyun mendesah kesal. Dia masih tidak tahu, seberapa bahaya Hyunjae jika berada di dekatnya.
Pembicaraan kami lantas terdistraksi ketika ponsel Sohyun berdering. Aku tidak tahu pesan masuk apa yang muncul, tapi setelahnya dia keluar dari kamar sambil membanting pintu.
Yang aku tahu rencana menonton teater dibatalkan. Jimin aku antar ke depan asrama dan menungguinya sampai dijemput supir.
Sebelum pergi Jimin berujar. "Kak, jangan sedih. Kak Sohyun pasti akan segera tahu maksud baik Kakak."
Jimin tersenyum dan melambaikan tangannya.
.
.
.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
NEVERENDING HEART
Fanfiction❝Ku mohon biarkan aku berada di sisimu, jadi aku bisa mengembalikan segala cinta yang telah kuterima, sebelum hidup ini berakhir.❞ Hyunjae x Sohyun x Juyeon Terinspirasi dari lirik lagu SHINee : Life