"Kau lembur lagi?" tanya Siwon sambil menyesap kopi yang ia buat sendiri beberapa menit sebelumnya. Hanya ada dirinya dan Jaemin di apartemen itu, sebab Yoona sudah pergi sejak pukul enam pagi untuk berolahraga kemudian berbelanja. Ten juga tidak ada di rumah; anak sulung Siwon itu 'kabur' entah ke mana bersama Lisa dan belum pulang sejak semalam.
"Hm," jawab Jaemin sekenanya sambil mencari sepatu yang hendak ia pakai. Ah, dia belum memberitahu orang tua atau kakaknya kalau ia baru akan pulang ke rumah setelah jam makan malam, jadi-
Tunggu. Dari mana ayahnya tahu kalau Jaemin hari ini lembur?
Jaemin buru-buru menoleh, mendapati sang ayah tersenyum separuh sambil menunjuk ke pakaian yang ia kenakan.
"Biasanya kau hanya memakai mantel, tapi sekarang kau juga mengenakan sweater yang cukup tebal. Kemudian, jarak dari halte bus terdekat ke gedung apartemen ini lumayan jauh, dan akhir-akhir ini hawa di malam hari terasa lebih dingin. Jadi, hari ini kau sengaja memakai sweater supaya kau tidak kedinginan selagi berjalan dari halte bus karena kau akan pulang lebih larut dari biasanya." Melihat tatapan menyelidik yang ditujukan kepadanya, Siwon tergelak. "Lagi pula, wajah kusut itu hanya muncul ketika kau harus bekerja lembur, Jaemin. "
Jaemin Choi tidak tahu apakah ia harus bersyukur atau kesal dengan kelebihan ayahnya yang sering memperhatikan hal-hal kecil sementara orang lain cenderung mengabaikannya. Jaemin pun memutuskan untuk merasa bersyukur saja, sebab kelebihan itu menurun kepadanya sehingga ia mampu membaca gerak-gerik Mark saat makan siang kemarin.
Ia bahkan tidak bisa melupakan ekspresi terkejut Mark ketika Jaemin tiba-tiba tertawa dan menjelaskan kalau ia senang bekerja di bidang yang sedang ia lakoni saat ini. Suatu momen langka bisa membuat seorang Mark Lee merasa terkejut, jadi Jaemin menganggap apa yang ia lakukan kemarin sebagai suatu prestasi yang membanggakan.
Kalau ia menceritakan hal itu pada Renjun atau Lucas, mereka berdua dengan senang hati akan membuatkan sebuah piagam untuk Jaemin.
Ide bagus.
"Kau senyum-senyum sendiri."
Air muka Jaemin langsung berubah, dan Siwon terkekeh sembari menaikkan sebelah alisnya.
"Memikirkan pujaan hatimu, ya?"
"Tidak!"
Saat Jaemin sedang dalam perjalanan menuju tempat kerjanya, Mark sudah berada di bagian belakang toko milik Kun Qian. Ia sengaja berangkat lebih awal untuk memeriksa ulang lokasi kejadian, berharap ia bisa menemukan petunjuk baru selagi pihak kepolisian berusaha mencari senjata yang digunakan oleh pelaku.
Mark mengamati posisi tubuh Kun saat ia ditemukan melalui chalk outline yang dibuat oleh petugas forensik. Dilihat dari percikan darah yang ada di lantai dan dinding, pukulan membabi buta itu dilakukan di tempat yang sama; dalam kata lain Kun sudah tidak bergerak saat pelaku mulai memukuli wajahnya.
Dan sepertinya Kun memang langsung dipukul sesaat setelah ia memasuki bagian belakang toko. Apakah ia diikuti oleh si pelaku, atau pelakunya malah sudah menunggu Kun di dalam toko?
Semua pertanyaan itu bisa dijawab kalau saja ada rekaman kamera pengawas yang mengarah ke Qian's Bakery. Sayang sekali, toko roti itu (juga kantor Mark) berada di area yang disebut-sebut sebagai area minim kasus kejahatan di Gangnam, sehingga tidak banyak kamera pengawas yang terpasang di beberapa toko.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Bullet in the Mist | MarkMin
FanfictionToko roti seharusnya mengeluarkan aroma khas roti-roti yang baru saja keluar dari oven, bukan? Aroma yang tentunya menarik perhatian calon pelanggan untuk mampir lalu memilih roti yang mereka suka sebagai teman minum teh atau kopi. Tapi, toko roti y...