Mark bisa mencium aroma hotteok saat ia kembali dari toilet. Benar saja, ia memang menemukan secangkir teh yang bersanding dengan hotteok panas diletakkan di meja kerjanya.
"Apakah kau membeli-" tanya Mark sambil menghampiri meja Jaemin. Detektif itu tidak bisa menahan ekspresi terkejutnya saat ia melihat si sekretaris sedang menyesap minuman yang warnanya nyaris sepekat oli. "Apa itu?"
"Kopi," jawab Jaemin enteng. "Dan tidak, saya tidak membeli hotteok. Pemilik toko roti sebelah yang memberikannya. Katanya, dia mencemaskan kebiasaan Anda yang sering melewatkan jam makan malam karena lembur selama menyelidiki sebuah kasus. Jadi, dia membelikan hotteok itu untuk Anda."
Entah sudah berapa kali pemilik toko roti sebelah, Qian Kun, 'merawat' Mark setiap kali detektif partikelir itu berkutat dengan kasus kejahatan yang harus ia selidiki. Meskipun sering merasa tidak enak hati, Mark sebetulnya merasa senang karena ada orang lain yang diam-diam mencemaskan kesehatannya selain orang-orang terdekatnya.
"Detektif Lee?"
"Ya?"
"Saya bisa membantu untuk mencari beberapa informasi selagi Anda beristirahat. Lagipula, Anda belum makan sejak tadi siang, bukan?"
"Aku-" Mark baru sadar, dia memang belum makan sejak tadi siang. Kalau diingat-ingat, dia juga belum menelan apapun selain teh dan bagel pagi tadi. "Kau tidak keberatan?"
Saat Jaemin hanya menatapnya, Mark sadar kalau pertanyaan yang ia ucap barusan terdengar bodoh.
"Itu adalah pertanyaan terkonyol yang pernah saya dengar, tapi tidak, saya sama sekali tidak merasa keberatan."
"Kalau begitu tunggu sebentar." Mark setengah berlari kembali ke mejanya, kemudian datang lagi dengan secarik kertas yang Jaemin duga baru saja ia sobek dari buku catatannya. "Tolong carikan latar belakang orang-orang ini. Kalau sudah, buatkan janji temu untuk besok sore dan lusa pagi."
"Baiklah."
Detektif Mark Lee lantas kembali ke meja kerjanya sendiri, mengistirahatkan tubuhnya sejenak setelah hampir dua minggu ini dia pergi ke sana kemari untuk menyelesaikan kasus orang hilang yang ia terima dari pasangan Jinwoo Kim dan istrinya, Jisoo. Ibu Nyonya Kim, Yuri Kwon, dikabarkan tidak pernah kembali ke rumah setelah pergi dari pesta dansa. Mark tahu kenapa dua orang itu meminta bantuan kepadanya; seorang warga tidak bertanggung jawab menyebarkan rumor terkait keterlibatan kakak Yuri, Jiyong, dengan salah satu kelompok kriminal terbesar di Korea, Gold Dragon.
Meskipun tidak ada bukti konkret mengenai keterlibatan Jiyong dengan Gold Dragon, hal itu sudah membuat pasangan suami-istri Kim memilih untuk menggunakan jasa Mark yang tidak terikat dengan lembaga atau instansi milik pemerintah. Keduanya tidak mau menarik perhatian media apalagi publik, mengingat betapa ributnya warganet saat rumor itu tersebar beberapa tahun lalu.
Dari tempatnya duduk, Mark diam-diam mengamati bagaimana sekretaris barunya itu dengan tekun mengerjakan tugas yang ia berikan tadi. Entah disadari atau tidak, pria yang berusia setahun lebih muda dari Mark itu selalu mengerucutkan bibirnya tatkala ia tengah fokus melakukan sesuatu. Menggelengkan kepalanya dengan pelan, Mark Lee mengalihkan pandangan ke arah salah satu jendela, memperhatikan bagaimana beberapa siswi SMA sedang menginjak-injak dedaunan yang jatuh dan menumpuk di pinggir jalan sambil bersenda gurau.
Korea sudah memasuki musim gugur, itu artinya sudah tiga bulan Mark dan Jaemin bekerja di dalam gedung yang sama. Bukan hal yang mudah bagi Mark untuk sedikit terbuka dengan orang yang tidak ia kenal sama sekali, meskipun sepupunya, Jeno, sudah berkali-kali mengatakan kalau Jaemin satu kampus dengan mereka semua.
Hubungan keduanya sangat canggung, bahkan sapaan 'selamat pagi' terasa begitu kaku. Untung saja Lucas membantu dua pria berzodiak Leo itu berkomunikasi lebih baik daripada sebelumnya. Ide makan siang bertiga di kantor dari Lucas yang awalnya tidak disukai Mark juga Jaemin, kini terasa biasa saja.
Saat Lucas mendengar Mark Lee melontarkan sebuah lelucon pada Jaemin pada suatu siang, ia nyaris menangis sambil memeluk kedua pria yang berada di sampingnya. Saking senangnya, ia bahkan sampai membelikan semangkuk pho dari restoran langganannya untuk Kun Qian guna merayakan keajaiban dunia yang baru saja ia saksikan.
Tindakan yang sangat tiba-tiba itu tentu saja membuat Kun tertawa, yang kemudian memberikan Lucas sebuah almond croissants yang sengaja ia buat sebagai hadiah karena polisi itu berhasil membuat Mark dan Jaemin bersikap lebih akrab dari sebelumnya.
Jaemin, yang saat itu menonton Lucas dan Kun dari jendela toko, bersumpah kalau ia melihat Lucas menitikkan air mata saat ia menerima 'benda langka' dari si pemilik sekaligus pembuat roti.
Omong-omong soal Kun, sepertinya Mark akan mampir ke toko roti itu untuk mengucapkan terima kasih atas hotteok yang saat ini sedang ia kunyah.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Bullet in the Mist | MarkMin
FanficToko roti seharusnya mengeluarkan aroma khas roti-roti yang baru saja keluar dari oven, bukan? Aroma yang tentunya menarik perhatian calon pelanggan untuk mampir lalu memilih roti yang mereka suka sebagai teman minum teh atau kopi. Tapi, toko roti y...