The Unexpected Suspect

1.4K 189 16
                                    

"Detektif Lee sedang pergi?" tanya Karina sambil melemparkan tubuhnya ke sofa di ruang kerja Mark. "Aduh, enak sekali."

"Aku rasa sebentar lagi dia kembali. Hari yang melelahkan?" Jaemin balik bertanya setelah memperhatikan wajah Karina yang terlihat lebih letih jika dibandingkan dengan penampilannya pada hari biasa. Wanita yang sebaya dengan Jaemin itu mengangguk sambil menyesap kopinya—hot mocha dengan extra single shot, pesanan andalan Karina setiap ia berada di Johnny Embracing The Moon.

"Aku baru bisa tidur tenang nanti malam, kali ini giliran Kak Lucas yang tertidur pulas di apartemennya."

"Yang bekerja hanya kalian berdua? Bukankah ada detektif lain di Tim Satu?"

"Kak Mino harus menyelidiki kasus lain bersama Kak Sehun karena Inspektur Kang menjadi penanggung jawab utama kasus ini. Untungnya kasus yang sedang mereka tangani itu sudah berhasil diselesaikan, jadi aku dan Kak Lucas bisa mencuri kesempatan untuk beristirahat."

Jaemin mengangguk mengerti. "Jadi?"

"Kami sudah memastikan dari mana senjata pembunuhan itu berasal—lokasi pembangunan apartemen yang berada tidak jauh dari TKP, dan sialnya tidak ada satu pun pekerja yang merasa perlu untuk memeriksa jumlah pipa besi itu. Pengawasannya juga tidak begitu ketat, tidak ada CCTV; jadi si pelaku bisa dengan bebas masuk ke area itu dan mengambil pipa. Laporan terbaru juga menunjukkan kalau korban bukan pengguna obat-obatan terlarang. Aku sudah menyisir tempat usaha sekaligus rumahnya dan tidak ditemukan benda-benda ilegal di sana. Catatan kriminalnya juga bersih. Selain kesaksian Tuan dan Nona Ning, tetangga di sekitar tempat tinggal mereka pun terkejut dengan kematian korban. Pidato 'Tuan Qian adalah pria yang baik' dari para tetangga sudah bisa kuhapal di luar kepala."

Saat Jaemin duduk di sebelah Karina sambil menyodorkan sepotong kue yang ia beli setelah acara beres-beres, Jaemin mencium aroma asap rokok yang begitu kuat.

"Rambutmu."

"Ha?" Karina melongo. Melihat tatapan yang Jaemin lemparkan ke arahnya, Karina mengendus rambutnya sendiri kemudian mengernyit. "Ah, benda terkutuk itu. Sepertinya aku nanti harus keramas."

"Benda terkutuk?"

"Rokok jenis baru, sudah mulai beredar di pasaran, tapi belum diperjualbelikan di mini market. Aku melihat beberapa pelanggan bar sudah asyik menghisap rokok aneh itu."

"Apakah ada hubungan antara Tuan Qian dengan bar yang kau datangi?"

"Secara langsung, tidak. Baik aku maupun Kak Lucas membutuhkan informasi. Bar yang aku kunjungi, Black Mamba, merupakan satu dari dua tempat minum yang tetap buka semenjak kabut tebal menyelimuti kota. Kami punya informan langganan di sana, Si Smash."

"Si—apa?"

"Smash. Penjaga pintu di Black Mamba. Dia dijuluki seperti itu karena beberapa kali memukul kepala pelanggan yang melecehkan pegawai mereka ke tembok gang, ditambah dia dulu pernah bermain untuk tim voli di SMA-nya dan kepala para pelanggan keparat itu mengingatkannya bola voli." Jaemin menatap lawan bicaranya itu dengan ngeri. Karina sendiri meringis geli, memaklumi reaksi Jaemin barusan. "Smash bilang kalau dia tidak melihat wajah asing di Black Mamba pada waktu kematian korban. Orang-orang yang datang adalah pelanggan tetap bar itu."

Sama halnya dengan catatan penyelidikan yang ditulis Mark (dan kemudian dibaca oleh Jaemin), tempat minum milik Nyonya Goo yang bernama 0 Mile pun hanya didatangi oleh pelanggan tetap saat pembunuhan itu terjadi.

Jaemin kemudian menjelaskan hasil penyelidikan Mark kepada Karina, termasuk hasil wawancara si detektif swasta dengan Jiwon Jang sekaligus agenda Mark hari ini.

"Nakamoto?" Karina mengernyit untuk yang kedua kalinya. "Aku harap kalian tidak bertemu dengan Ayumi Nakamoto. Kalau tidak salah, itu kakak perempuan Yuta."

"Kau tidak menyukainya." Jaemin menyimpulkan.

"Dia wanita yang mengerikan, tentu saja aku tidak menyukainya," jawab Karina dengan kesal. "Padahal aku sendiri belum pernah bertemu langsung dengannya, tapi aku harap kami berdua tidak akan pernah bertemu dalam situasi apa pun. Aku memiliki seorang teman di Divisi Lalu Lintas, dan atasan temanku itu pernah diserang oleh Ayumi karena memberikan surat tilang atas pelanggaran lampu lalu lintas."

Jaemin baru membuka mulut untuk bertanya, namun ucapan Mark kemarin membuatnya mengangguk pelan. "Dan kasus penyerangan terhadap petugas itu beres karena uang."

"Keluarga Nakamoto bisa sebersih itu di mata publik karena apa? Uang! Aku harap Winwin yang hendak kalian temui itu bersikap jauh lebih baik ketimbang keluarga suaminya."

"Kau tahu sesuatu soal Yuta?"

"Tukang pesta. Hidupnya liar sekali, entah sudah berapa cerita yang aku dengar tentang betapa hebatnya dia di ranjang. Kau tentu paham pria seperti apa dia. Tapi semenjak ia didapuk untuk mengurus tempat pementasan itu, aku rasa dia sudah bisa mengendalikan diri. Aku bisa mencari tahu soal catatan kriminalnya untuk kalian dan mengirimkannya lewat surel."

"Itu sangat membantu. Terima kasih, Yoo."

Karina mengangguk, kemudian mulai memakan kue yang ada di meja.

"Omong-omong, supir bus itu bilang kalau dia melihat dua cahaya dari arah yang berseberangan saat ia melihat ke arah mana korban berjalan di tengah kabut, benar begitu?"

"Betul. Kemudian menurut seorang informan milik Detektif Lee, ia diberi tahu oleh penjual dakkochi yang mengatakan kalau ada penjual bungeoppang bernama Ahreum yang tetap berjualan tanpa memandang kondisi cuaca saat itu—dia baru libur menjajakan dagangannya kalau cuaca sudah sangat buruk."

"Dan tempat dia berjualan berseberangan dengan Johnny Embracing The Moon." Anggukan kepala Jaemin membuat Karina buru-buru menelan kue yang sedang ia kunyah. "Berarti, ada kemungkinan kalau dua cahaya yang dimaksud oleh supir itu adalah lampu dari bangunan kafe dan gerobak milik Ahreum."

"Bisa saja."

Dua orang itu sibuk dengan pikiran mereka masing-masing, entah apa yang Karina pikirkan, tetapi Jaemin merasa ada sesuatu yang tidak ia sukai dari pembicaraan mereka sekarang.

"Hei, warna kue ini mengingatkanku pada rambut baru Kak Jungwoo-"

Jungwoo.

"Makanya aku menyarankan Detektif Wong sebagai referensi kalian, karena secara fisik, dia jauh lebih kuat dan lebih tinggi dari korban ketimbang kami berdua."

"Choi? Kau tidak mendengarkanku, ya?"

"Yoo." Jaemin menatap Karina lekat. "Postur tubuhnya."

"Hm? Postur tubuh siapa?"

"Pelakunya. Kau sudah membaca laporan dari petugas forensik, bukan?"

Karina mengejap kemudian mengangguk perlahan. Rasa letihnya perlahan sirna.

"Kak Jungwoo dan Bu Chaerin sudah memberikan jaminan kalau kami bisa memakai postur tubuh Kak Lucas sebagai referen..." Detektif kepolisian itu menelan ludah, menyadari maksud Jaemin. "Sial."

Benar.

Sial.

Sial sekali Johnny Suh si pemilik kafe dan pembuat roti isi terenak di Gangnam—tentu saja ini pendapat subjektif dari dua pelanggannya—masuk ke dalam kriteria itu. Meskipun ia terlihat ramah dan menyenangkan, baik Jaemin maupun Karina tahu benar kalau dengan postur tubuh seperti itu, Johnny bisa saja melayangkan pukulan maut ke kepala Kun Qian.

"Sekarang aku benar-benar berharap dia bertubuh pendek," bisik Karina Yoo, khawatir kalau ia akan kehilangan sumber kebahagiaannya di pagi hari (baca: roti isi).




•••




Pojok Kantor Detektif Lee with Ari
jadi... pemilik kafe idaman para ahjumma buat dijadiin cucu-mantu atau ponakan-mantu masuk ke daftar terduga pelaku :(
ada yang sempet nebak kalau Johnny bakal ikut keseret mengingat postur tubuh dia yang paling mirip sama Lucas, nggak? 🤔

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 19, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A Bullet in the Mist | MarkMinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang