A Day with Mr. Do and Mrs. Son

762 146 10
                                    

Berbeda dari hari kemarin, pagi ini Jaemin tidak menemukan Mark di kantor, tidak ada juga aroma teh hitam kesukaan Mark yang selalu menguar dari dalam ruangan pribadinya; sejak awal ia bekerja di kantor detektif itu, Mark tidak pernah menuntut Jaemin untuk selalu menyiapkan teh untuknya—Mark lebih suka membuat minumannya sendiri kecuali jika ia sedang sibuk mengerjakan sesuatu. Hal yang harus dilakukan oleh Jaemin setiap pagi hanyalah membelikan Mark almond croissant yang masih hangat dari Qian's Bakery.

Sayang sekali, rutinitas yang menyenangkan itu (karena Jaemin bisa menghirup aroma roti yang baru keluar dari oven) harus berakhir dengan cara yang mengerikan.

Omong-omong soal Mark, atasannya itu sudah memberitahu Jaemin kalau dia akan menemui Kyungsoo Do di pagi hari karena pemilik toko roti dan kue itu harus pergi ke Yongin sebelum jam makan siang tiba. Setelah menemui Tuan Do, Mark berencana untuk langsung datang ke kediaman Wendy Son.

Jaemin sendiri memutuskan untuk tidak ikut karena kemarin malam, Nyonya Goo sudah menghubungi kantor mereka dan memberitahu kalau dia akan datang sebelum jam makan siang. Tak hanya Nyonya Goo, Karina juga berencana untuk mampir sambil mendiskusikan beberapa hal terkait penyelidikan mereka. Untuk Winwin Nakamoto, asisten pribadinya sudah menginformasikan kalau Winwin baru memiliki waktu luang petang nanti setelah acara minum teh dengan kakak iparnya.

Sungguh hari yang sibuk bagi Mark dan sedikit membosankan bagi Jaemin, ya? Tidak juga, sebab Jaemin memang berniat untuk merapikan dokumen-dokumen yang ada di meja kerjanya maupun meja kerja Mark sebelum Nyonya Goo tiba. Sejak kasus Nyonya Kwon kemudian dilanjut dengan pembunuhan Kun Qian, Jaemin memang belum sempat membereskan segala macam berkas yang menumpuk di meja mereka.

Jaemin menggulung lengan kemejanya kemudian berkacak pinggang. Saatnya bekerja!




•••




Kyungsoo Do jelas bukan pria yang suka berbasa-basi. Kalau bukan karena ancaman Mark, dia tidak akan mau duduk manis di sofa rumahnya sambil mendengarkan omongan detektif partikelir itu. Kyungsoo terpaksa mengiyakan pertemuan itu; ia lebih memilih untuk diwawancarai di rumahnya sendiri ketimbang harus datang ke kantor polisi. Dia tidak suka dengan orang-orang berseragam yang suka pamer borgol dan senjata api itu.

"Kenapa aku harus ditanyai terkait kematian pemilik toko roti itu, Detektif Lee? Kau pikir aku pelakunya?"

"Mungkin?" Mark hanya mengangkat bahu sambil tersenyum. "Persaingan bisnis bisa menjadi salah satu motif untuk melakukan suatu pembunuhan, Tuan Do."

"Kau pikir aku akan melakukan hal serendah-"

"Anda kehilangan beberapa pelanggan setelah korban memulai bisnisnya, bukan begitu?"

Kyungsoo menutup mulutnya rapat-rapat. Mark tetap menyunggingkan senyum, namun kedua pria itu tahu benar kalau sorot mata Mark tidak seramah senyumannya saat ini. Dusta, sekecil apa pun itu, tidak akan dibiarkan saja oleh Mark Lee.

"Sepertinya kau sudah mengerjakan PR-mu, ya?" tanya Kyungsoo sinis. "Toko roti tak berkelas itu memang membuat beberapa pelanggan berpaling dariku. Yah, siapa peduli? Biarkan mereka mengunyah roti murahan dan tidak bergizi itu; kehilangan mereka tidak membuatku bangkrut."

Amarah jelas ada dalam diri Kyungsoo Do, batin Mark sambil menganggukkan kepalanya. Hanya saja, jenis amarah yang dimiliki oleh pria itu bukan sesuatu yang akan berubah menjadi dendam. Kyungsoo akan lebih memilih untuk mengomel dan melontarkan ujaran kebencian pada Kun (bahkan tidak segan untuk menyebarkan gosip miring supaya saingannya merasa terganggu), tapi untuk membunuh, rasanya ia terlalu pengecut untuk melakukan hal seperti itu.

"Bisakah Anda memberitahu saya di mana Anda pada hari Selasa lalu antara pukul 23:00 sampai pukul 03:00?"

Itu adalah perhitungan kasar Mark mengenai waktu kematian korban berdasarkan kesaksian Jiwon Jang; Kun diyakini turun dari bus sebelum pukul sebelas malam.

A Bullet in the Mist | MarkMinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang