Pernikahan yang digelar di salah satu ballroom milik Hotel Dream tetap terlihat ramai dan meriah meskipun beberapa tamu sudah meninggalkan acara resepsi itu. Seorang penyanyi masih setia melantunkan lagu-lagu romantis sebagai pengiring sesi dansa bagi kedua mempelai dengan beberapa anggota keluarga serta teman-teman terdekat mereka. Semua orang bisa melihat dan mendengar bagaimana si mempelai wanita tertawa terbahak-bahak ketika ia tengah berdansa dengan pria berperawakan tinggi dan kekar, juga wajahnya yang luar biasa rupawan.
Tidak jauh dari lantai dansa, salah seorang tamu hendak mengambil gelas sampanye ketiga untuknya ketika sang pramusaji melihat seseorang sudah melambaikan tangan ke arahnya, pertanda kalau ia harus berhenti melayani tamu itu. Saat orang yang melambaikan tangan sudah mendekat, si pramusaji buru-buru menyelinap pergi, mengabaikan decihan kasar seseorang.
"Aku menyelamatkan nyawamu dari Yerim." Doyoung Kim menarik lengan jas Mark Lee supaya mereka berdua bisa duduk di dua buah kursi kosong yang ia lihat sebelumnya. "Demi Tuhan, Mark, kau bahkan tidak bisa minum sebanyak itu."
"Aku baru minum dua gelas."
"Dan kau akan tertawa cekikikan atau menangis setelah gelas ketiga," balas Doyoung sedikit ketus.
Tapi, Mark tidak peduli. Matanya mengikuti bagaimana Yerim masih betah berdansa dengan Lucas Wong, teman Mark yang juga teman Yerim, mengabaikan si mempelai pria yang kini sibuk bercengkerama dengan ayah mertuanya.
"Kau menatap adikku seolah-olah kau baru saja ditinggal menikah oleh wanita yang kau puja."
Mark melirik Doyoung dengan malas, sementara kakak kandung Yerim itu hanya menjulurkan lidah.
"Sinting."
"Tapi banyak sekali orang-orang yang mengira kalau kau dan Yerim memiliki hubungan lebih dari teman." Doyoung terkekeh. "Menggelikan, ya?"
Tidak ada respons yang terlontar dari mulut Mark, tapi Doyoung tahu kalau pria yang berusia lebih muda tiga tahun darinya itu setuju dengan omongannya. Lebih tepatnya, Doyoung tahu sebenci apa Mark terhadap asumsi orang-orang yang merasa harus meromantisasi hubungan pertemanan lawan-jenis yang dimiliki oleh Mark juga Yerim.
"Mark, Yerim memanggilmu."
Ucapan Doyoung membuyarkan lamunan Mark, dan benar saja, ia melihat Yerim tersenyum ke arahnya sambil melambaikan tangan dengan girang. Lucas yang sudah berjalan ke arah Mark dan Doyoung juga menyeringai jahil.
"Aku benci dansa," keluh Mark meskipun ia kemudian beranjak dari kursi sambil merapikan setelan jasnya.
"Dan kita bertiga tahu Yerim sangat menyukai dansa." Lucas yang sudah tiba menepuk bahu Mark. Tangan Doyoung juga terulur untuk mendorong tubuh pria itu. "Ayolah, ini kesempatan terakhirmu untuk berdansa dengannya sebelum tuan putri yang bawel itu ikut suaminya ke Paris."
"Sudah berapa gelas sampanye yang kau minum, Mark?" Yerim mengendus sambil memperhatikan wajah sahabatnya yang sedikit memerah karena pengaruh alkohol. "Aku sudah minta tolong pada Lucas untuk mengantarmu pulang."
"Aku bisa pulang sendiri."
"Tentu, dan kau akan merusak rencana bulan madu sekaligus pindah rumahku karena kecelakaan yang kau alami." Mark memutar kedua bola matanya, yang tentu saja mendapat pukulan di kepala dari si mempelai wanita. "Aku serius. Aku akan membunuhmu kalau kau merusak hari bahagiaku."
"Seorang sekretaris detektif membunuh atasannya?" Mark bergumam kemudian mengangguk. "Itu akan menjadi lini utama yang bagus di surat kabar."
Serangan kedua kembali mendarat, kali ini di pipi si detektif, membuat ayah dan suami Yerim mencemaskan kondisi Mark dari kejauhan. Pria itu bisa-bisa pulang dari resepsi pernikahan sahabatnya dengan wajah babak belur.
"Kau harus berhenti bersikap seolah-olah kau kehilangan pekerjaan sekaligus warisan orang tuamu, Mark. Kau hanya perlu mencari sekretaris yang baru."
"Dan kau tahu betul kalau aku tidak semudah itu bisa bekerja dengan orang asing, Yerim." Mark sedikit merengek, dan tatapan Yerim sedikit melunak kepadanya. "Aku tidak mungkin merekrut Jeno, anak itu akan membawa tiga kucingnya ke kantor."
"Renjun?"
"Sekalipun aku sekarat dan kehabisan darah, dia akan lebih memilih menyelamatkan kue-kue yang sedang ia panggang daripada menghentikan pendarahan yang aku alami."
"Kak Doyoung?"
"Kau sinting?" tanya Mark sambil merengut. "Dia akan mengomeliku 24/7 karena tidak bisa mengatur pola tidur dan pola makan sedangkan kita berdua tahu bagaimana keseharianku sebagai detektif."
"Tapi kau tetap harus mencari sekretaris baru, Mark." Yerim mengusap bahu Mark lembut sambil tersenyum kecil. "Aku sudah harus berangkat ke Paris tiga hari lagi, dan sehari sebelumnya aku akan mengundurkan diri dari kantor."
"Aku tahu, kau tidak perlu mengingatkanku secara terus-menerus seperti itu."
Keduanya kini berdansa dalam diam, namun Yerim masih memperhatikan wajah Mark yang terlihat lebih lesu.
Keputusan untuk mengundurkan diri dari kantor milik Mark bukanlah hal yang mudah bagi Yerim. Ia sudah berada di sana sejak Mark memilih untuk berprofesi sebagai detektif partikelir, merasakan bagaimana keduanya masuk kerja hanya untuk menonton televisi dan membeli makanan karena tidak ada satu pun klien yang berniat memakai jasa Detektif Lee, sampai akhirnya kemampuan investigasi Mark diakui dan mereka kebanjiran permintaan jasa dari berbagai kalangan.
Bertiga dengan Lucas, mereka semua bekerja sama dengan baik dan mampu menutup beberapa kasus kejahatan.
Yerim tahu kalau kepribadian Mark yang tertutup suatu saat nanti akan menyulitkan pria itu sendiri, dan akhirnya waktu itu tiba; waktu di mana Yerim menikah dan akan ikut suaminya ke luar negeri. Mau tidak mau, Mark harus mulai bekerja dengan seseorang yang tidak dekat dengannya.
Dan Yerim Kim bisa membayangkan bagaimana Mark Lee di kemudian hari memutuskan untuk bekerja sendirian dan tidak membuka lowongan pekerjaan sekretaris yang baru selepas ia pergi.
"Mark."
"Hm?"
"Bagaimana kalau aku yang mencarikan sekretaris baru untukmu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
A Bullet in the Mist | MarkMin
FanfictionToko roti seharusnya mengeluarkan aroma khas roti-roti yang baru saja keluar dari oven, bukan? Aroma yang tentunya menarik perhatian calon pelanggan untuk mampir lalu memilih roti yang mereka suka sebagai teman minum teh atau kopi. Tapi, toko roti y...