(Umay Shahab in multimedia as Julius Gatot Wicaksono)
'tit tit tit tit!!'
"Gatot cepat itu diangkat!!!"
Suara seorang ibu menggelegar di dalam dapur pastry seluas enam belas meter persegi setelah mendengar suara oven berbunyi. Hal itu membuat Gatot langsung melepaskan pekerjaannya dengan karton-karton kemasan dan segera memasang sepasang sarung tangan tebal dan ia pergi menuju ke dekat oven. Dibukanya pintu oven dan seketika itu udara panas pun keluar dari dalamnya. Namun itu bukan sebuah halangan lagi karena ia sudah terbiasa dengan situasi itu.
Dengan hati-hati dikeluarkannya satu per satu loyang roti yang sudah matang, dan ditatanya dengan rapi pada pantry after-bake. Setelah itu Gatot menutup kembali oven tersebut, kemudian ia pergi menuju ke proofer. Terlihat sudah mengembang dua kali lipat roti-roti yang ayahnya sudah kerjakan dari dinihari. Tanpa bertanya lagi ia langsung mengeluarkan dan memasukkan dua loyang roti yang sudah mengembang dari dalam proofer ke dalam oven. Bagaikan sinergi yang sempurna, ayah Gatot langsung mengoles glaze manis ke atas roti-roti yang tadi Gatot keluarkan.
Kemudian jam menunjuk tepat ke setengah enam pagi. Ayah Gatot langsung menepuk pundaknya, "Nak, sudah jam segini! Cepet mandi!" Ucap ayahnya. Gatot yang hendak melanjutkan mengemas pun akhirnya menghentikan pekerjaannya dan ia segera pergi meninggalkan dapur roti. Yep, di rumah Gatot ada 2 dapur. Pertama dapur pastry bakery tempat orang tuanya bekerja, kedua adalah dapur rumah.
Saat melewati dapur rumah, Gatot melihat kakaknya, Celia, sedang memberi makan adiknya yang usianya baru 8 bulan. Namanya Juna. Dia seorang bayi laki-laki yang lucu, imut, dan amat menggemaskan karena pipinya yang sangat bulat. Adiknya sangat mirip dengan ayahnya, mulai dari bentuk kepala, hidung, bibir, namun ia masih memiliki mata ibunya. Harapan terakhir Gatot hanyalah si Juna tidak tumbuh dewasa menjadi cowok yang playboy seperti sifat tokoh pewayangan yang menjadi namanya. Yang pasti, ibunya yang sudah berusia 46 tahun bisa melahirkan anak lagi adalah sebuah mukjizat baginya.
Gatot tidak memakan waktu lama untuk mandi, di pukul 05.45 dia sudah bersiap di meja makan. Karena limabelas menit yang lalu karyawan ayahnya sudah datang, kini mereka bisa makan bersama di ruang makan. Bagi ayah Gatot, makan pagi dan makan malam adalah ritual yang wajib untuk dilakukan. Kehidupan mereka pun juga dibantu oleh seorang wanita paruh baya bernama Bu Jupri. Beliau adalah seorang wanita madura yang sudah mengabdi keluarga mereka selama 10 tahun di Surabaya.
"Le, mau susunya anget ato nggak?" Tanya Bu Jupri pada Gatot.
"Ga usah, Bi.. Lagi ga pengen susu.. aku minum the anget aja.." Pinta Gatot.
"Oke, le! Neng Celia mau apa?" Balas Bu Jupri kemudian menawarkan kakaknya.
"Wah, udah kelas sebelas aja kamu, Tot" ujar mamanya memulai pembicaraan, selagi menerima Juna dari gendongan si Celia.
"Iya mah.. Rasanya baru kemarin aja aku lulus SD" Ujar Gatot.
"Mah, aku keburu.. 1 jam lagi udah jam kerja, aku cabut dulu ya!" Ujar Celia.
"Eh nduk!! Ini jangan lupa!" Bu Jupri langsung berlari memberikan sebuah tas yang biasanya berisi kotak makan dan botol minum.
"Aduh bukk, thank you!" Balas Celia.
"Ya ati-ati,nak!" Kata mama Gatot, kemudian ia memberi cipika-cipiki kepada Celia.
"Ehhh kakak tunggu dulu!" Tiba-tiba papa Gatot menghentikan langkah si Celia.
"Ish apa sih pah" Ujar Celia datar.
"Papa cipika-cipiki juga dong"
"Iiiih!" Seru Celia, tapi ia tetap memberikan cipika-cipiki kepada ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet Liars
RomanceSemuanya dimulai dari sebuah keisengan. Dari hal sesimpel tersebut, Gatot menemukan banyak sekali koneksi yang kemudian membawanya ke suatu hal yang sangat tak terduga dan mencengangkan. Semua itu membawanya kembali ke sebuah pemikiran bahwa siapapu...