~ 06 ~

52 7 0
                                    

(Hamish Daud in the multimedia as Mr. Ferdinand, the daringly sexy English Teacher)

Gatot mengakui, dia kurang menyukai pagi hari. Hari itu orang tuanya kebetulan dapat pesanan sebanyak 500 box. Kerjaan banyak dan hari Senin adalah kombinasi energi yang Gatot kurang sukai karena selain orang tuanya pasti akan menuntut untuk bekerja lebih keras, dia punya tendesi untuk susah bangun. Tapi apa daya, karena ini hal yang memang Gatot dari awal setujui untuk mendapatkan uang saku tambahan. Dia percaya tidak ada salahnya untuk mencari uang untuk diinvestasikan suatu saat. Tapi kembali lagi, ada pengorbanan yang memang ia harus ambil. Namun syukurlah pagi ini berjalan sangat lancar. Kedua orang tuanya sudah bekerja sejak tengah malam untuk mengejar produksi roti manisnya.

"Whooh! Great job, guys!" Puji Ayah Gatot merasa senang.

Gatot menyeka keringat dari dahinya. Dia kaget karena jam sudah menunjukkan pukul 05.50. Mama Gatot juga memerhatikan jam tersebut. "Gatot cepet mandi!!" Perintahnya seketika.

Gatot langsung melepas apron dan meletakkannya ke gantungan apron yang kotor. Beruntung sekali Celia tampak tidak menggunakan kamar mandi lantai dua jadi ia segera menggunakannya. Biarpun ada empat kamar mandi di rumah Gatot, kamar mandi favoritnya tetap saja yang ada di lantai dua karena menggunakan shower berdiri. Dia tidak suka kamar mandi bawah karena menggunakan timba dan ciduk, menurutnya, tidak efektif dalam waktu.

Mandi pagi di hari Senin ini bukan ritual favoritnya. Karena membantu pekerjaan keluarga, ia sempat molor, sehingga ia tidak bisa menikmati mandinya. Setelah mandi, ia turun dan seperti biasa menjalani sarapan bersama keluarganya. Selagi makan, Gatot tidak banyak bicara pada pagi hari ini karena pikirannya yang sedang berjalan. Satu hal yang ia sadari setelah beberapa kali melihat profil IG dan FB seorang Peter Wijaya adalah kurangnya interaksi sosial dengan keluarganya. Hampir semua foto adalah fotonya sendiri dengan teman-temannya. Ia memikirkan apakah kehidupan seorang Peter Wijaya ini kurang harmonis dengan keluarganya? Bahkan untuk foto dengan kakaknya di bagian foto yang di tandai tidak terlihat ada satu pun.

"Jadi gimana nih, main detektifnya?" Tanya Celia dan seketika itu Gatot tersadar dari lamunannya. Hampir ia menumpahkan susu cokelat ke seragam putihnya. Jika terjadi, Gatot benar-benar berada dalam masalah.

"Lumayan kok, kak.. Petunjuk demi petunjuk baru mulai muncul" Jawabnya.

"Wih, hebat juga kamu" Tambah Celia.

"Ini ngomongin apa toh? Game?" Tanya Ayah Gatot.

Gatot terkekeh sambil berpikir apakah itu akan menjadi hal yang baik untuk diberitahukan kepada kedua orang tuanya? Ia hanya tidak ingin orang tuanya tahu bahwa ia mengisi waktunya untuk melakukan sebuah investigasi. Ia mengenal sekali bahwa ayah ibunya adalah sepasang orang yang sama-sama kolot.

".. Iya, pah.." Jawab Gatot. Celia sempat menatap Gatot, kemudian Gatot memberi kedipan sebelah mata sebagai sebuah kode.

"Ooh.." Balas ayahnya mengkonfirmasi.

"Adekmu ini diem-diem pinter marketing loh, Cel! Mama baru aja dapat kontrak ekslusif dari sekolah dia untuk menyuplai snack box setiap latihan drama di sekolahnya sampai hari H penampilan drama loh!" Kata Mama Gatot.

"Wuih, ngeri juga! Hahaha" Balas Celia. Gatot hanya tersenyum canggung, karena sebenarnya ia mendapatkan pesanan ini tanpa berbuat apa-apa.

"Cel, kamu masuk pagi kan hari ini? Anterin si Gaga sekalian ya" Pinta Papa Gatot. Gatot meringis seketika. Panggilan itu adalah panggilan guyonan Ayah Gatot kepadanya, atas dasar referensi penyanyi terkenal dan fenomenal bernama Lady Gaga. Hal yang membuat Gatot risih dengan panggilan tersebut adalah nama aslinya Gatotkaca, adalah karakter yang sangat berbeda dengan seorang Lady Gaga biarpun mereka sama-sama hebatnya.

Bittersweet LiarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang