( Stefan William in the Multimedia as Niko)
Hari Jum'at telah tiba. Kini anak-anak 11 IPS satu sedang menjalani pelajaran olahraga. Tentunya, olah raga adalah pelajaran yang mudah bagi anak-anak seperti Bagas, Nina, Lena dan Vincent dengan golongannya. Biarpun Gatot terbiasa ikut membantu pekerjaan orang tuanya di dapur pastry, Gatot tidak pernah menikmati olah raga selain senam. Bisa dibilang, ia lumayan takut dengan bola, terutama bola sepak karena ia memiliki pengalaman yang buruk dengan benda tersebut. Hari ini pelajaran olah raga lebih mendalami sepak bola, tentu saja, Gatot tidak menjalaninya dengan baik.
"Aduh Tot.. Namanya Gatotkaca, seorang ksatria.. Tendang bola aja keok.." Ujar Pak Heru dan itu membuat golongan Vincent bersorak.
"Iyalah orang dia kerjaannya bikin roti, mana ada orang bikin roti bisa main bola?" Sindir Vincent dan seketika Bagas memberikan tatapan tidak enak kepada mereka.
"Woy, gak usah kebanyakan cocot! Gitu-gitu Gatot bantu kerjaan orang tua, nggak kaya kon, duit pasti masih minta!" Balas Bagas, membuat cewek-cewek di kelas jadi menyorakinya.
"Uuuuhh Bagas, rahimku anget!" Seru Lena kegatelan.
"ihiiiiiiyyy" sahut cewek-cewek golongan Lena.
"Apa sih kalian ribut aja! Hahaha.. Dah ya anak-anak, materi praktek hari ini adalah shooting, minggu depan ujian ya, bapak ambil nilainya.. Dah kalian bebas mau ngapain, tapi DISIPLIN sama alat-alat dan fasilitas sekolah ya! Kalau cari bapak, bapak ada di ruang loker olahraga ya! Selamat pagi!" Kata Pak Heru.
Seketika itu, anak-anak sibuk dengan apa yang mau mereka lakukan. Golongan Vincent langsung bermain sepakbola, Lena dan teman-temannya sedang bergerombol ala ibu-ibu pasar. Dan sisanya ada yang langsung meninggalkan tempat untuk ke ruang ganti. Seketika itu Gatot memutuskan untuk menghampiri Bagas, memanggil Nina dan Niko.
"Gaes, aku rasa kita pencar deh.. Aku mau nemui Pak Heru, mungkin Bagas ikut aku lebih pas deh karena Bagas dulu dekat sama Kak Peter, jadi Pak Heru bisa lebih percaya gitu sama kita.." Kata Gatot.
"Yah, terus aku coba ngomong ke Lena gitu?" Tanya Nina.
"Yah gimana lagi Nin, masak Niko? Hello, mana mau Lena ngomong sama Niko.." Kata Bagas.
"Ih, siapa tahu dia mau.." Ujar Nina.
"Udah, santai aja.. Semuanya patut dicoba.. Semoga berhasil yo! Gas, ayo!"
Mereka berpencar dan kini Bagas mengikuti Gatot ke ruang loker. Tentu saja, Pak heru tidak mungkin berada di ruang loker dan shower perempuan. Sudah pasti melanggar peraturan kalau seperti itu. Saat mereka sampai, tampaklah Pak Heru sedang duduk di sebuah bangku sambil membaca sesuatu dari berkas-berkas yang diklip dari papannya.
"Pak Heru?" Sapa Gatot.
Seketika itu beliau mengadah dan melihat si Gatot. "Ada apa, le?" Tanya Pak Heru, kemudian membenarkan kacamatanya.
"Pak.. Maaf benernya kami cuma mau tanya-tanya sih.. Kalau Pak Heru ga keberatan.." Jawab Gatot.
"Oh.. Ya wes, ndang, mau tanya apa?" Balas Pak Heru bertanya.
Karena Gatot tiba-tiba ngeblank, ia langsung menyikut rusuk Bagas. "Hm.. Gini pak.. Bapak kan pelatih basket tim sekolah kita kan.. Kami yakin bapak setidaknya tahu satu atau beberapa hal lah soal pemain-pemain mereka, terutama yang terbaik.." Kata Bagas memulai.
Pak Heru nyengir seketika. "Ih, sombong betul kamu le" Katanya. Seketika itu Bagas memerah dan tertawa.
"Ah bukan saya maksudnya pak.. Tapi.. Kak Peter.." Balas Bagas. Seketika itu wajah Pak Heru dari yang hendak nyengir lebih tiba-tiba surut menjadi tenang dan tampak ia seperti ingin mengambil fokus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet Liars
RomansaSemuanya dimulai dari sebuah keisengan. Dari hal sesimpel tersebut, Gatot menemukan banyak sekali koneksi yang kemudian membawanya ke suatu hal yang sangat tak terduga dan mencengangkan. Semua itu membawanya kembali ke sebuah pemikiran bahwa siapapu...