Tidak ada hubungannya, jika aku mencintainya lalu aku menjaga jarak darimu.
~
Pukul 19. 34
Malam ini hujan. Hujan sudah turun sedari maghrib tadi. Tapi, Niken tak memperdulikannya. Ia tetap nekat pulang dari kafe tempat ia bekerja. Ia lelah. Tugas kuliahnya, kerjaannya, belum lagi arkan. Dan tentu saja tentang perasaannya tentang Wahyu. Ia meneteskan air mata diantara rintik hujan. Semoga saja hujan luruh membawa semua penatnya.
Ia terus berjalan menyusuri jalan menuju kosan nya. Karena berhubung kafe tempat nya bekerja sangat dekat dengan kosan tempat ia tinggal. Sesaat ketika ia sampai di pelataran kosannya, ia terkejut.
Ada seseorang disana. Menggigil. Kedinginan.
" Astaghfirullah, arkan". Teriak wanita itu. Sedetik kemudian ia bergegas lari dan menghampiri arkan.
Arkan menunduk dalam. Memeluk tubuhnya sendiri yang tampak basah kuyup. Niken lantas mendongakkan pandangan arkan agar menatapnya. Arkan pucat.
"Arkan ai maneh teu ideung huhujanan kieu!". Teriak Niken panik. Sundanya keluar. Ia lalu menarik lengan arkan untuk berdiri, " ayo masuk".
Arkan menatap Niken dengan mata yang sayu, " Ken, gue minta maaf". Lirihnya.
" Gue lagi males berantem sambil berdiri. Ayo masuk duduk dulu". Ucapnya dengan menarik paksa arkan, " Budak teh ogoan pisan". Gerutu Niken pelan.
~
" Nih minum teh anget dulu".
Niken menyodorkan segelas teh manis untuk menghangatkan tubuh arkan. Ia khawatir. Tentu saja. Arkan sudah ia anggap seperti adiknya sendiri. Umurnya pun terpaut 2 tahun dengan arkan.
" Ken, maafii ...".
" Lo udah lama kedinginan nungguin gue di depan?". Potong Niken.
Arkan mengangguk. Niken menghela nafas.
" Gue cuma mau minta maaf atas apa yang terjadi tadi siang".
" Dimaafin". Ucap Niken akhirnya, " Lo gak sepenuhnya salah. Lo bener. Gue emang bodoh karena terlalu berharap pada angin lalu. Tapi Lo juga salah menyalahkan gue. Emang ada orang yang bisa milih buat jatuh cinta sama siapa?". Tanya Niken seraya menatap arkan seksama, " enggak kan". Lanjutnya.
" Iya iya gue minta maaf". Lirih arkan.
Niken tersenyum. Arkan adalah teman yang baik. Dia bahkan terlalu baik. Dia yang memberi saran terbaik, dia pula yang meminta maaf.
Niken lalu mengajak arkan makan. Setelah kehujanan pasti arkan lapar. Mereka pun makan dengan diiringi tawa. Selalu begitu.
Niken berdecak, " dih dasar bocah, makan tuh yang bener". Ucap Niken seraya membuang nasi yang ada di pinggir bibir arkan.
Deg.
Sedetik kemudian pandangan mereka bertemu. Tentu saja arkan membeku. Perasaannya nyata. Dan bukan sekedar teman.
![](https://img.wattpad.com/cover/259818331-288-k78340.jpg)