hari yang normal..

5.4K 322 33
                                    

Jay bukannya pengangguran. Dia juga bukan orang pemalas. Tapi ya terlahir sebagai anak sultan jelas merupakan privilege sendiri. Dia tidak perlu bekerja keras cari uang, karena dia hanya perlu menikmati hasil jerih payah orang tuanya saja. Dan untuk menjaga hartanya tetap berlimpah, dia bermain saham dan segala jenis investasi yang dia bisa untuk mendapatkan pundi-pundi uang tanpa harus kerja keras.

Makanya dia sering tinggal di apartemen, dan hanya sesekali pergi ke kantor untuk menggantikan ayahnya ikut rapat dan sejenisnya.

Karena alasan itu pulalah dia harus terima dengan nasibnya sebagai tempat penitipan anak.

Iya anak 🙂

Bukan anaknya, tapi anak teman-temannya.

Maklum Jay masih single meskipun usianya sudah berkepala 3. Sedangkan teman-teman seusianya sudah pada berkeluarga, dan anak mereka dititipkan padanya.

Agak merepotkan memang.

Tapi Jay juga mau-mau saja sih, salah sendiri.

Sedang asyik bermain game di komputernya, siang itu Jay diusik dengan suara bel apartemennya yang dibunyikan dengan tiada akhlak. Terpaksa dia harus meninggalkan game nya untuk membuka pintu. Menahan kesal mendapati keluarga KB bahagia yang menjadi pengganggu siang harinya yang tenang.

"Kenapa? Mau titip anak?" katanya dengan judes, to the point.

Pasangan sesama di hadapannya malah cengengesan, bikin Jay merotasikan matanya.

"Memangnya alasan apa lagi kita kesini sambil bawa dua bocah ini, Jay," jawab pria paling tinggi yang sekaligus merupakan kepala keluarga KB bahagia itu, Park Sunghoon, teman sejak orok.

"Soalnya kami beneran banyak urusan Jay, khawatir aku kalau anak-anak ditinggal sendirian di rumah," sambung kepala keluarga nomor dua, Jake Sim yang marganya menjadi Jake Park setelah menikah. Jay juga kenal dia karena mereka teman sejak SMA.

Jay menghela napas.

Ia tak bisa berkata-kata lagi terlebih saat melihat dua kucing kecil, eh maksudnya dua bocah kecil yang saat ini sedang menatapnya dengan puppy eyes gemas mengandung pelet yang membuatnya tak bisa menolak mereka.

"Kurasa aku tidak punya pilihan untuk menolak," sarkasnya yang langsung disambut dengan "hore" dari kedua bocah imut itu. Dia membiarkan anak-anak melewatinya masuk ke dalam apartemen, kemudian menatap kedua sahabatnya yang masih saja cengar-cengir menyebalkan.

"Terus kalian berdua kenapa masih disini? Aku tidak punya uang koin ngomong-ngomong."

Masih sambil nyengir, Sunghoon pun menggerakkan bibirnya mengucapkan "Asu" tanpa suara.

"Iya ini mau pergi kok. Jaga anak-anak ya, seperti biasa nanti malam kita jemput mereka," kata Jake sambil menggamit lengan Sunghoon, mengajaknya pergi sebelum terjadi baku hantam antara dua sahabat Park itu.

"Dadah Jay~"

Jay tidak dadah-in balik. Dia justru langsung masuk ke apartemennya lagi, menyaksikan dua bocah lanang anak dari dua sahabatnya itu kini tengah rebutan bermain game di komputernya.

"Aku duluan yang pegang!"

"Tapi aku yang duluan lihat!"

"Ga bisa, ini aku duluan yang pegang kok! Kakak main lainnya aja sana!"

"Enak aja, ngga bisa gitu dong! Ini tuh mainan orang gede, kamu masih kecil mending main ular tangga sana!"

Dan berikutnya mereka saling tarik menarik keyboard gaming mahal milik Jay. Jay sendiri hanya memijat keningnya melihat kedua kakak beradik sama-sama masih kecil itu saling teriak-teriak berebut main komputer.

a normal day of Jay ParkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang