saturday

1.5K 180 17
                                    

Sabtu pagi. Heeseung membuka kelopak matanya dan merasakan sesuatu yang agak berat menindih perutnya. Tangannya bergerak menyentuh benda berat itu, ternyata setelah ditelusuri, rupanya itu tangan dari seorang pria yang tidur di sebelahnya.

Park Jay.

Oh ya, Heeseung baru ingat kalau Jay adalah pacarnya. Hampir saja dia mendorong Jay karena jarak wajah mereka yang terlalu dekat. Tapi untungnya tidak jadi setelah dia akhirnya teringat dengan status mereka.

Bukannya beranjak dari kasur, Heeseung malah balik tidur lagi sambil memeluk kekasihnya.

Tau-tau sudah siang. Ketika membuka mata, Heeseung hanya mendapati dirinya sendiri di kamar tersebut. Lantas dia pun turun dari ranjang dan berjalan keluar dari kamar. Pandangan langsung tertuju pada kekasihnya yang sedang berkutat dengan laptop di meja makan.

"Jay-a~" panggilnya seraya mendekat. Menduduki kursi di sebelah Jay, mengintip apa yang sedang ditekuni pria itu.

"Ngerjakan apa?" tanya Heeseung setelah dia tidak mendapatkan jawaban terhadap apa yang sedang dikerjakan Jay saat ini.

"Ayah memberiku tugas dadakan."

"Eung? Apa itu? Rapat lagi? Itu tulisan apa sih? Kayak bukan bahasa Korea, Jepang juga bukan, China juga tidak begitu."

"Ya, ini memang bahasa Rusia. Ayah menyuruhku pergi ke Rusia senin nanti untuk menggantikannya bertemu dengan direktur perusahaan yang akan bekerja sama dengan perusahaan ayah."

Wajah Heeseung langsung berbinar. "Rusia? Wah, kau akan pergi ke Rusia senin nanti? Asik dong!"

Tapi moodnya berubah drastis setelah dia menyadari sesuatu. "Ah ... Rusia. Jauh. Berapa lama kau akan di sana?"

Jay mengendikkan bahu. "Paling lama 2 minggu."

"Itu lama sekali!"

Jay langsung menoleh sambil nyengir. Dia pun mengusak rambut berantakan Heeseung, membuatnya semakin berantakan.

"Ya memang lama. Tidak pernah ada perjalanan bisnis hanya 2 hari ke luar negeri, Hyung. Aku juga harus mempelajari perusahaan mereka, tidak hanya asal bertemu lalu tanda tangan."

Heeseung mengerucutkan bibirnya. Apa itu artinya mereka tidak akan bertemu dalam 2 minggu? Membayangkannya saja Heeseung tidak sanggup. Bagaimana kalau dia kangen?

Melihat diamnya Heeseung, Jay mengulas senyum sambil merangkul pinggang yang lebih tua. Menariknya hingga tak ada jarak memisahkan di antara mereka.

"Kenapa cemberut, Sayang?"

Telinga Heeseung memerah dengan panggilan itu.

"Aku tidak cemberut."

"Lalu ini apa?" tanya Jay sambil menarik bibir Heeseung yang sedikit maju ke depan.

"Kalau memang iya aku cemberut, lalu kau mau apa? Mengajakku ke Rusia?"

Jay mengendikkan bahu dengan ekspresi menyebalkan di wajahnya. "Ya kalau kau mau, ayo ikut saja."

Wajah Heeseung berbinar. Namun itu tak bertahan lama sampai wajahnya muram kembali.

"Aku harus kerja.."

Jay terkekeh geli sambil menarik gemas ujung hidung yang lebih tua.

"Kau itu menggemaskan sekali sih? Apa ini, maju-maju bibirnya, nantang?"

Heeseung memukul pelan lengan Jay. "Berisik ah. Aku jengkel tidak bisa ikut denganmu."

"Ah ya benar juga. Sayang sekali kau tidak bisa ikut. Padahal aku sangat ingin pergi keluar negeri berdua saja denganmu."

Heeseung menghela napas. Berusaha berpikir positif.

"Toh aku tidak bisa meninggalkan Sunoo sendirian, jadi baguslah kalau aku tidak ikut."

Jay mengusak rambut yang lebih tua. "Tak apa, lain kali kau bisa ikut kemanapun aku pergi. Setelah ... cincin kawin baru tersemat di jari manismu."

Heeseung berusaha menahan senyumnya yang mendesak ingin menampakkan diri. Sialan Park Jay. Bisa-bisanya pria itu membuatnya luluh seperti ini.

"Jadi, bagaimana kalau kita nikmati 2 hari ini sebelum keberangkatanku ke Rusia? Seperti dengan melakukan...."

Jay tak melanjutkan ucapannya. Tapi tangannya yang nakal masuk ke balik kaos Heeseung sudah cukup menjelaskan apa yang dia mau.

Heeseung dengan pandangan yang berubah sayu, menatap Jay dengan penuh minat sambil merangkul bahu tegap yang lebih muda. Mendekatkan wajah, ia berbisik di telinga sang tuan muda Park.

"I'll give you everything, Sir. Please do me."

***

Hari sudah sore ketika Heeseung membuka mata untuk kedua kalinya di hari itu. Diiringi dengan erangan malas, dia bangkit dari posisi tidurannya menjadi duduk. Menggaruk rambutnya hingga semakin berantakan, menguap lebar-lebar, lalu menatap pria yang baru masuk kamar dengan mata berkaca-kaca.

"Tidurmu nyenyak, Sayang?" kata pria tersebut seraya duduk di hadapan Heeseung sambil memangku nampan berisi makanan dan minuman.

Heeseung mengangguk. Matanya masih setengah terbuka dengan jiwa yang belum terkumpul sepenuhnya. Bibir pout nya membuat Jay terkikik kegemasan.

"Kau langsung tidur tadi sebelum makan. Kuyakin kau lapar sekarang, jadi biar kusuapi saja."

Heeseung hanya manggut-manggut. Dia membuka mulutnya menerima suapan dari Jay. Sambil mengunyah, dia merem sampai tanpa sadar ketiduran. Melek lagi setelah pipinya ditepuk pelan oleh sang kekasih.

"Ck, kau itu gemas sekali sih. Sini biar aku kasih cium," kata Jay sambil menaruh nampan di atas nakas, lalu menerjang yang lebih tua dengan gerakan agresif. Memberinya kecupan-kecupan penuh rasa gemas di seluruh bagian tubuh Heeseung yang tidak tertutup pakaian. Tak terkecuali jejak-jejak kissmark nya di kulit Heeseung.

"Ah Jay! Pinggulku sakit!"

Seruan Heeseung membuat Jay berhenti. Dia memandangi ekspresi wajah Heeseung yang terlihat meringis kesakitan sambil memegangi pinggulnya sendiri.

Bukannya kasihan, Jay malah senyum-senyum tidak jelas.

"Masih sakit hm? Maaf aku terlalu bersemangat tadi. Habisnya ... kau gemas dan seksi sekaligus sih."

Heeseung menatap Jay kemusuhan dengan bibir pout berani.

"Tanggung jawab gak?!"

"Boleh. Aku harus bertanggungjawab dengan cara apa? Menikahimu? Oke saja ayo."

Heeseung refleks menepuk bibir Jay supaya berhenti bicara aneh-aneh.

"Gendong aku kemana-mana. Aku susah jalan tau!"

Jay tersenyum lebar. "Tentu, Sayang. Akan kulakukan apapun untukmu."

Heeseung pun menarik kedua pipi Jay. Kerutan di wajahnya berubah menjadi tawa kecil yang menggemaskan.

"Babuku nurut ya."

Jay mendengus. Dibalas dengan gelak tawa Heeseung.

"Tak masalah. Toh saat di ranjang, kau adalah little kitten ku yang penurut, right?"

Tbc

a normal day of Jay ParkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang