safe flight, love

459 45 3
                                    

Keberangkatan pesawat ke Rusia dijadwal siang hari. Sayang sekali Heeseung tidak bisa mengantar Jay ke bandara. Karena dia ada shift pagi hingga sore, dan tidak semudah itu mendapat izin meski hanya beberapa jam saja.

Usai mengantar Sunoo ke sekolah, Heeseung sempatkan diri mampir ke apartemen kekasihnya. Dia langsung masuk tanpa menekan bel. Mendapati pria bermarga Park itu sedang membuat sarapan.

"Sudah sarapan belum?" tanya Jay tanpa repot-repot menoleh. Dia sudah sangat menghafal langkah kaki Heeseung sampai-sampai dia tidak perlu melihat orangnya langsung.

"Sudah tadi dengan Sunoo," jawab pria bermarga Lee seraya memeluk sang kekasih dari belakang, menaruh dagunya di bahu pria itu.

"Aku membuat dua sandwich kalau kau mau. Roti, telur, selada, tomat, smoked beef," oceh Jay, mendata isian sandwich buatannya.

"Mana kenyang hanya makan satu," protes Heeseung saat melihat betapa tipisnya sandwich tersebut. Perutnya memang masih muat, tapi kasihan Jay kalau hanya makan satu porsi.

"Toh nanti di pesawat makan lagi."

Heeseung makin mengeratkan pelukannya. Jujur ia tidak rela Jay bepergian jauh. Kenapa sih tidak dibatalkan saja? Kenapa dia tidak bisa mengajukan cuti mendadak selama dua minggu untuk menemani kekasihnya? Kenapa Jake dan Sunghoon tidak becus mengurus anak sampai dia khawatir menitipkan Sunoo pada mereka selama 2 minggu? Dan kenapa harus dua minggu?

"Memangnya tidak bisa perjalanan dinasnya dipangkas jadi satu jam saja?"

Jay tergelak. Dia bahkan sampai menoleh untuk melihat wajah merajuk sang kekasih sebelum melanjutkan aktivitasnya.

"Mana ada perjalanan dinas hanya sejam? Itu bahkan lebih singkat dari durasi penerbangannya."

"Dua minggu terlalu lama," rengek Heeseung tak terima. Mereka baru saja menjalin hubungan sehingga berat rasanya untuk berpisah sejauh itu selama hampir setengah bulan.

"Sebenarnya itu lebih singkat dari perjalanan dinas umumnya, Hyung."

Jay mulai menyantap sarapannya. Dia mencoba menawari Heeseung, tapi pria yang lebih tua menolak.

Mereka bertahan dalam posisi itu hingga dua buah sandwich itu ludes, berpindah ke dalam perut Jay. Heeseung lantas melepas pelukannya saat yang lebih muda berbalik, menarik pinggangnya dengan mesra lalu mencium bibirnya singkat.

"Aku pasti akan merindukanmu."

"Kau pikir aku tidak?" desis Heeseung dengan ketusnya, mengundang tawa renyah dari sang kekasih.

"Ah, senangnya sudah tidak bertepuk sebelah tangan lagi."

Sebenarnya Jay salah. Heeseung juga memiliki rasa pada pria itu sejak lama, tidak begitu ingat kapan pastinya. Mungkin saja, andai kala itu Yeonsoo tidak hamil Sunoo dan membuat ia harus menikahi wanita itu, ada kesempatan dia dan Jay untuk bersama.

Tapi karena dia sudah menikah, memiliki Sunoo, bahkan mendapatkan pekerjaan yang sejak lama diimpikan orangtuanya, Heeseung semakin sibuk dan mulai melupakan perasaannya pada Jay.

Namun perasaan itu kembali muncul ke permukaan saat pertama kali dia dengan terpaksa menitipkan Sunoo pada Jay. Rasa itu tidak pernah hilang, hanya sengaja ditenggelamkan, dan pada waktunya, perasaan itu bergerak naik kembali.

Tigapuluh menit Heeseung menghabiskan waktu di apartemen Jay. Terlalu singkat buatnya, namun dia bisa apa? Dengan berat hati ia harus pergi ke rumah sakit. Berbagi ciuman yang intens selama semenit sebelum Heeseung benar-benar pergi dari apartemen itu.

"Kabari aku kalau kau mau berangkat," kata Heeseung dengan memberi gestur telepon dengan tangannya.

"Iya nanti aku pasti mengabarimu."

Jay sama sekali tidak melunturkan senyumnya hingga prianya itu menghilang di balik pintu. Bahkan dia masih sempat menggeleng geli sesaat setelah pintu tertutup.

"Manisnya," gumamnya seraya berbalik menuju kamarnya untuk lanjut beberes.

Karena jadwal take off pukul 1 siang, Jay berniat berangkat ke bandara sebelum pukul 12 siang. Agak kecewa sebenarnya saat tau Heeseung tidak akan bisa mengantarnya sampai bandara. Jay masih ingin berlama-lama dengan kekasihnya. Tapi mau bagaimana lagi, mereka bukan lagi anak SMA yang punya banyak waktu luang di luar jam sekolah. Keduanya sama-sama hampir kepala 4, sudah sibuk dengan pekerjaan dan kehidupan masing-masing.

Rencana perjalanan dinasnya akan ditemani oleh sekretaris ayahnya. Ning Yizhou, seorang wanita muda berdarah Tiongkok.

Sebenarnya Jay sempat protes kenapa harus dengan seorang wanita. Tapi ayahnya mengatakan kalau Ning Yizhou adalah sosok yang cekatan dan terampil berbahasa Rusia. Jelas kemampuan berbahasa ini akan sangat membantu Jay dalam perjalanan bisnis kali ini. Jadi mereka tidak perlu menyewa translator lagi.

Tapi daripada itu, Jay lebih percaya kalau sang ayah sengaja membuatnya ke Rusia dengan wanita itu dengan maksud mendekatkan mereka. Terlebih Jay belum memberitahukan hubungannya dengan Heeseung sama sekali pada kedua orangtuanya.

Jay menghela napas. Beruntung Heeseung sama sekali tidak menanyakan siapa rekannya dalam perjalanan bisnis kali ini. Jadi Jay tidak perlu repot-repot membuat alasan. Kekasihnya itu hanya mengalami sedikit perasaan separation anxiety.

Kasihan sebenarnya, tapi tidak menampik fakta bahwa di mata Jay itu sangat menggemaskan. Dia baru tau bahwa di balik penampilan dewasa, berwibawa, tenang dan gigihnya seorang Lee Heeseung ternyata ada sosok lelaki yang sangat clingy dan menyukai cuddle.

"Sial, apa kubatalkan saja perjalanan dinasnya ini?"

Tbc

Ternyata butuh waktu setahun buat ngumpulin mood ngelanjutin book ini

a normal day of Jay ParkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang