Eps 8 : Kalydonian Boar Hunt

9 4 0
                                    


Di sebuah ruang teater tak terpakai, Abi, Riza, dan seorang lelaki muda yang tinggi sedang menatap Riana. Mereka akhirnya mendengarkan kisah Riana dari mulutnya. Riza, terlihat sangat sedih saat mendengarkan apa yang dikatakan Riana. Mereka bertiga hampir mempunyai kisah yang sama. Tapi, tidak sedalam Riana apa yang dirasakan perempuan itu. Riana yang telah mengalami kekerasan fisik maupun psikisnya. Siapapun yang berada di posisi Riana, tidak akan sanggup menahannya. Ia tidak kehilangan tujuan hidup. Tujuan hidupnya hanya untuk memberikan 5 pendosa ini kematian menyakitkan.

Riza menatap mata Riana dengan penuh kasih. Abi tak banyak berkata dia hanya tersenyum. Dan seorang lelaki muda yang tinggi itu heran dengan apa yang terjadi. Riana begitu sadis, seakan kematian anak lelaki yang terikat itu tidak boleh tenang. Ia merasa Riana mengeluarkan semua emosinya yang telah ia pendam selama 7 tahun ini. Setelah mendengar apa yang Riana katakana, lelaki muda ini mengerti apa yang ingin dunia ketahui.

"Indah." Ucap lelaki muda yang tinggi itu.

"Ah, baru pertama kali dirimu melihatnya." Sahut Riza.

"Hey, Eka. Maniak game ini juga baru pertama melihatnya." Abi memperjelas kata-kata Riza.

Mereka bertiga pun tertawa. Mereka menyaksikan yang seharusnya mereka tidak saksikan. Lelaki muda yang tinggi ini bernama Eka. Eka adalah salah satu teman setingkat mereka saat berada di Panti Asuhan Matahari. Eka terlihat kalem, tapi dia adalah seorang jaksa yang tidak segan-segan untuk main hakim sendiri di jalan. Karena ia seorang Jaksa, rambut dan penampilannya selalu rapi. Sebenarnya ia tidak suka memakai baju formal.

Setelah Riana mengatakan baris kata terakhir, Riana mengisyaratkan Abi untuk mematikan siaran tersebut. Seorang perempuan yang Riana kenal datang kepadanya. Ia menyerahkan semuanya kepada perempuan tersebut. Perempuan itu memegang baju ganti, untuk dikenakan oleh Riana. Riana mengambil itu, dan melihat kearah tiga lelaki yang diam itu. Dengan tatapan matanya, Riana memperingati mereka agar tidak mengintip dirinya. Jari telunjuknya diangkat kearah lehernya dan mengisyaratkan "Mati". Riana berjalan, baju yang berwarna hitam tersebut tidak terlihat darah. Tiap langkah Riana, darah jatuh setetes demi setetes.

</s>

Didalam mobil Toyota ini, ada 4 orang berada didalam. Riana, Abi, Eka, dan Riza sedang membahas kelanjutannya.

"Jadi, Apa selanjutnya?" Tanya Abi.

Riana hanya diam, dia tidak mau menjawab. Pandangannya dialihkan ke luar jendela. Ia menatap malam rembulan. Setiap ia menatap langit malam, rasa dihatinya berkecambuk. Rasa tenang dan rasa sakit bercampur menjadi satu. Riza, Abi, dan Eka ikut diam. Mereka tidak ingin menganggu ketenangan yang dimiliki Riana. Mungkin itu adalah satu-satunya rasa tenang yang dimiliki Riana. Suasana di dalam mobil itu senyap hanya ada suara mobil yang bergerak.

"Baiklah, kita beristirahat." Ucap Riza.

"Tidak, Antar aku ke rumahku." Pinta Riana.

Mereka bertiga terkejut dengan permintaan Riana. Rumahnya yang telah menjadi tempat perkara ingin dia datangi. Mereka khawatir, tapi tidak ada satu orang pun didalam mobil ini menolak permintaan Riana. Mobil berjalan ke rumah Riana.

Rumah itu terlihat tak terurus. Tidak ada satupun yang mau mengurus rumah bekas pembunuhan sekeluarga itu. Mereka menganggap rumah itu sebagai pertanda sial dan kutukan. Tidak ada orang yang berani mendekat kerumah tersebut. Konon katanya, warga sekitar mendengar rintihan suara perempuan. Mobil itu berhenti tempat di depan gerbang rumah Riana. Riana turun, dan seraya berkata, "Pulanglah, jangan temui aku besok. Polisi akan datang mencariku." Ujar Riana. Riana menutup pintu mobilnya. Mobil berjalan dengan sangat cepat. Riana di tinggal sendirian.

SLECHT PERSOONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang