Eps 10 : Janji

8 2 0
                                    


"Oke, bersedia. Let's Start. Pemburuan Babi Kalydonian. Dimulai." Sahut Riza sebagai penanda kepada para temannya.

Eka dan Abi mendengar itu melakukan tugasnya masing-masing. Mereka mempunyai target yang harus mereka buru. Farraz juga bergerak mengarah kearah targetnya. Target mereka hanyalah untuk menangkap ikan besar. Eka dan Abi bergerak bersama. Farraz lebih nyaman untuk bergerak sendiri. Sedangkan Riza akan menjadi Umpan sementara. Mereka bergerak ke tempat tujuan mereka masing-masing.

Riza yang telah menyelesaikan tugasnya, pergi menemui Riana dan menjemput dirinya. Karena ia yakin, bahwa paman kedua yang tidak ingin di sebut paman. Pasti akan menyelesaikan tugasnya. Riza tidak akan pernah meragukan paman-pamannya. Paman-pamannya lebih professional daripada mereka. Riza bisa meraba-raba kekuatan para pamannya.

Diantara para pamannya, Riza secara khusus berguru dengan Paman Keenam. Paman keenamnya lebih-lebih maniak dari Riza dan Farraz. Riza tidak ingin membuat para pamannya marah. Mereka dilindungi oleh para pamannya dalam bayang-bayang. Riza membawa topeng-topeng yang telah di sediakan oleh Riana sebelumnya. Topeng-topeng itu adalah pengingat rasa sakit dirinya.

Riza menjemput Riana di tempat paman keduanya berada.

"Hey, Bisakah kalian lebih tenang. Karena kalian diriku mempunyai pekerjaan yang menumpuk. Jangan pernah meninggalkan bukti di TKP." Gerutu Paman Keduanya yang sedang menyamar.

"Baik, Paman." Riza menundukkan kepalanya. Riana mengikuti Riza dengan menundukkan kepalanya sebagai tanda bentuk hormatnya.

Mobil paman kedua sudah berjalan, ia menjauh dari mereka berdua. Riana segera masuk ke kursi depan penumpang.

Selama perjalanan, Riza menjelaskan rencananya. Riana kagum dengan apa yang direncanakan. Riana tau, bahwa Riza lebih bersih rencananya daripada mereka berempat. Mungkin, karena dia maniak game. Saat Riana bertanya berapa persen akan seperti itu, ia hanya menjawab.

"Mereka seharusnya sudah menelpon kita."

Tidak lama kemudian, telpon Riza berdering. Abi menelpon dirinya.

"Ikan bergerak sesuai rencana."

Riza tersenyum, Riana kagum dengan apa yang ia dengar.

"Lakukan sesuai rencana." Jawab Riza.

</s>

"Apa katanya?" Tanya Eka.

"Dia berkata, sesuai rencana." Abi menjawab dengan nada datar.

Eka tertawa, Riza ingin mereka mencegat Ikan besarnya. Sungguh brutal sekali. Jika Eka dan Abi tidak tau maksudnya, mungkin mereka akan melakukan pencegatan di tengah jalan. Abi mengangguk kearah Eka. Eka melakukan panggilan.

"Halo, Kepala. Aku sudah menemukan Salah satu korbannya. Saya sudah berada di dekat lokasi tersebut. Bapak orang pertama yang saya hubungi." Suara Eka.

"Benarkah, dimana?" Tanya Kepala Kejaksaan.

"Saya kirim lokasi ke Kepala." Jawab Eka. Kepala Kejaksaan mematikan panggilan tersebut. Eka mengirim alamat kepada Kepala Kejaksaan.

Eka dan Abi mendapatkan Strike. Mereka tinggal menarik tali pancingannya. Beberapa menit kemudian, mereka telah sampai terlebih dahulu. Mereka menunggu kepala kejaksaan datang. Mereka sangat tenang, tidak gugup dan merasa tegang. Bagi mereka sesuatu seperti ini sudah pernah mereka rasakan. Mereka kagum dengan situasi yang mirip seperti apa yang dikatakan Riza kepada mereka.

"Lelaki itu, pasti datang sendiri." Mereka mengingat perkataan Riza. "Karena, dia tidak ingin sesuatu mengambil prestasi tersebut." Ucap Riza saat menjelaskan kepada mereka. "Lalu, ia akan serakah. Dan mengatakan, dirimu tidak perlu tau. Lalu, ia mengangkat pistol kepadamu." Jelas Riza dengan jari telunjuknya mengarah ke Eka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 27, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SLECHT PERSOONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang