IV. Melakukan

175 98 211
                                    

Dia adalah ayahku,
Mungkin dia bukan laki-laki yang hebat,
Tapi dia ayah yang hebat,
Bukan laki-laki yang tegas,
Tapi dia ayah yang tegas,
Bukan laki-laki penuh tanggung jawab,
Tapi dia ayah yang bertanggung jawab,
Dia bisa buruk di mata orang lain,
Tapi ayah tidak akan buruk di mataku,
Dia ayahku, darahnya yang mengalir di tubuhku.

~~~

Milan menutup bukunya, setelah menulis sebuah puisi sebagai curahan hati ketika telah sampai di kedai milik ayahnya. Ia duduk sebentar, mengamati setiap pergerakan ayahnya. Menulis adalah cara Milan untuk meluapkan segala emosinya. Tak kenal waktu, setiap perasaan gundah, gelisah, bahagia, ia coba luapkan lewat tulisan. Entah hanya rangkaian kalimat indah penuh diksi atau bahkan bisa jadi puisi.

"Ayah, udah sepi ya pelanggan?" Milan bertanya di ambang pintu dapur kedai Merona Fried Chicken.

"Iya, tinggal beberapa pesenan yang perlu diantar Mil," kata ayah yang masih sibuk menggoreng ayam.

"Ayah, aku bantu antar pesanan ya?" Milan menawarkan diri karena tahu kak Dimas pegawai di kedai ayam goreng pak Adhi masih belum kembali dari mengantar pesanan.

"Enggak usah Mil, kamu makan aja dulu. Baru pulang sekolah 'kan?" tanya pak Adhi khawatir.

"Milan belum laper yah. Tadi udah makan di kantin sekolah kok," katanya sambil melihat daftar pesanan. "Deket juga ini alamatnya, Milan yang antar aja ya, Yah?" bujuk Milan.

"Itu seragam ganti dulu, kalau mau bantuin," Pak Adhi memasukan ayam yang telah di goreng dalam kotak pesanan yang sudah di tata.

"Oke siap pak bos!"

Pak Adhi, ayah Milan adalah owner kedai Merona Fried Chicken. Sudah 5 tahun Kedai itu berdiri, sejak neneknya Milan meninggal dunia. Sebelumnya Pak Adhi hanya sales panci setelah kena PHK dari perusahaan pabrik makanan. Setelah mendapat warisan dari nenek, pak Adhi putuskan untuk membuka usaha sendiri untuk menyambung hidup dan membesarkan anaknya.

"Ayah, mana barangnya?" tanya Milan setelah berganti seragam.

"Udah sama Maya di depan Mil," kata Ayah sedikit kencang karena sedang memasukan ayam ke dalam wajan.

Kedai Merona Fried Chicken menjual ayam goreng dengan varian level pedas dan beberapa sambal. Pak Adhi hanya memiliki dua pegawai, Maya dan Dimas. Maya bagian menyajikan makan dan kasir, sedangkan Dimas bagian pengantar pesanan, jika tidak ada pesanan tentu Dimas membantu Maya.

"Mil yang ke jalan Jeruk duluan ya, soalnya dia baru telpon lagi suruh buruan kirim. Jadi kamu kirim muter jalan dulu enggak apa-apa kan?" kata Maya menjelaskan. "Kalau yang jalan Salak terakhir enggak apa-apa, dia pesennya juga terakhir kok." Maya menyerahkan pesanan kepada Milan.

"Oke. Atasnya udah ada nama pembeli kan mbak?" tanyanya memastikan lagi.

Maya mengangguk. "Hati-hati ya Milan." Milan mengangguk sebagai jawaban.

🍗🍗🍗

A Million Dream

I close my eyes and I can see
The world that's waiting up for me
That I call my own
Through the dark, through the door
Through where no one's been before
But it feels like home

They can say, they can say it all sounds crazy
They can say, they can say I've lost my mind
I don't care, I don't care, so call me crazy
We can live in a world that we design

SAY! (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang