“Hey, kau melamun?”
Kevin tersentak saat sebuah tangan menepuk bahunya dan mendapati Natalie sudah berdiri di depannya.
“Kau baru masuk?” tanya pria.
“Aku baru saja selesai memeriksa kakakmu. Kau tidak menyadari keberadaanku?”
Kevin terperanjat karena sepertinya ia cukup lama melamun sampai-sampai ia tidak menyadari bahwa Natalie masuk dan sudah selesai memeriksa sang kakak.
“Kau tidak biasanya melamun seperti ini. Ada apa?”
Bukannya Natalie penasaran hanya saja ini baru pertama kalinya ia mendapati Kevin termenung hingga tidak sadar bahwa ada orang lain yang datang.
“Aku menemukan orang itu, Nat.”
Kening Natalie mengerut bingung tidak mengerti, “Siapa yang kau temukan?”
“Orang yang aku ceritakan padamu. Kau mengingatnya?”
Flashback
Kota itu semakin sunyi saat malam semakin larut ditambah lagi dengan guyuran hujan yang mampu menahan orang-orang untuk tetap berada di rumah atau di atas kasur untuk menikmati waktu istirahat yang lebih panjang di sana. Tapi tidak semua orang mengalami titik kesangan itu.
Di salah satu gang kecil di kota besar itu, seorang pria tengah berlari menembus dinginnya malam dengan seorang wania yang sudah tidak sadarkan diri di atas punggungnya. Dengan perasaan kalut, cemas dan takut pria itu berharap bisa segera menemukan atau mendapatkan rumah sakit terdekat untuk menyelamatkan wanita yang tengah dalam gendongannya.
“Bertahanlah, Nuna. Demi aku, kumohon bertahanlan.”
Masih dengan berlari pria itu meminta wanita itu untuk tetap bertahan. Kaos putihnya sudah berubah menjadi warna merah karena darah yang mengalir dari kepala dan bibir wanita itu. Untung saja ia menaruh GPS pada salah satu barang miliki kakaknya itu, jadi dia bisa menemukan keberadaan sang kakak yang tidak segera pulang karena malam sudah larut.
Rasa cemas dan khawatir pria itu berbuah pahit. Pelacak itu membawa dirinya pada sebuah bangunan tua di pinggir kota Manhattan dan ia mendapati kakaknya sudah tidak sadarkan diri di sana.
“Tolong!” teriaknya setelah menemukan sebuah rumah sakit.
“Kumohon, siapapun selamatkan kakakku!”
Teriakan itu benar-benar memanggil mereka yang berkeja di sana. Salah seorang perawat menarik ranjang darurat untuk membantu pria itu meletakan kakaknya di atas sana. Seorang lagi membawa sebuah alat medis yang bisa digunakan untuk menyalurkan udara langsung. Kini mereka bergerak cepat membawa kakaknya masuk dalam sebuah ruang pemeriksaan.
“Maaf. Anda tidak diperbolehkan masuk.”
“Tapi dia –”
“Ini prosedur rumah sakit.”
KAMU SEDANG MEMBACA
ENTWINED - destiny is tied up
Fiksi PenggemarPercayalah, tidak ada yang bisa merubah atau melawan semesta, bahkan jika kamu mencoba untuk lari, bersembunyi dan menghilang. Semua itu akan berakhir sia-sia. . Gadis itu berpikir bahwa ia pandai dalam melarikan diri, bersembunyi dan menghilang. Ma...