11. Friendship or Love (Fake) 2

19 4 0
                                    

Krisan merasa hari-hari normalnya sudah kembali. Tak lagi jadi perhatian, enggak digosipin, juga enggak ditunjuk-tunjuk sembarangan. Namun, kenapa pagi ini sejarah terulang, ya?

Waktu masuk gerbang memang masih biasa, tetapi begitu jalan di koridor arah kelasnya, anak-anak melihatnya dengan aneh. Karena risih juga penasaran, Krisan mempercepat langkah agar segera sampai di kelas. Dengan begitu, ia bisa tanya pada Amy apa yang sebenarnya terjadi. Secara, Amy itu paling up to date masalah beginian.

"Krisan!" Amy tiba-tiba saja muncul dan berseru dari pintu kelas.

"Mi!" Krisan tersentak sesaat lalu buru-buru menarik tangan Amy. "Kok gue dilihatin ama anak-anak, ya?" bisik Krisan.

Amy malah memberi tatapan heran. "Lo, nggak tahu?"

"Hah? Tau apaan?" balik Krisan makin bingung.

Terlihat Amy menghempas napas. "Lihat, nih," ujar Amy sambil menyodorkan ponselnya.

Krisan mengambil alih. Di layar pesan Amy ada broadcast dengan headline 'Kembang sekolah ternyata berhati busuk', di susul gambar Anis di bawahnya.

Seketika mata Krisan terbelalak. "Apa-apaan, nih?!" serunya tak terima.

"Lo, baca deh bawahnya," saran Amy.
Krisan men-scroll layar pesan.

[Guys, tahu nggak, kalau kembang Bakti Nusa, murid teladan, sang Dewi Etika. Galuh Anis Pratama, yang sok polos, sok yes, ternyata tukang tingkung. Ya ampun. Gila nggak, sih? Bukan gimmick, bukan hoax. Mau bukti? Nih!👇]

Pegangan Krisan menguat. What the f***? Bisa-bisanya, Anis diginiin, batinnya tak terima.

Pesan itu diikuti rekaman yang dikatakan sebagai bukti. Dengan gemetar, Krisan menyentuh layar, setelah memastikan volume suara hanya bisa didengar olehnya.

[Elo udah putus 'kan? Sama Krisan?]

[Gue nggak inget pernah putus dari Kei, kok.]

[Gue bakal bilang sama Kei, biar dia minta putus dari lo." ]

Rekaman itu seolah Anis tengah menginginkan putusnya Hita dan sahabatnya. Memang. Memang itu yang diinginkan Anis, tetapi alasan sesungguhnya berbeda 180° dari persepsi orang-orang. Anak-anak terlanjur menganggap, jika Anis ingin merebut Hita dari Krisan.

Krisan limbung. Amy memegang lengannya. Menopang agar Krisan tak jatuh. Ia menatap penuh simpati. Sejujurnya ia sendiri tak ingin percaya. Namun, suara itu jelas milik Anis.

"San, elo nggak papa? Sabar ya ... gue nggak nyangka deh Anis setega itu."

Krisan menggeleng. Ia mengenal Anis. Dia pun tahu kejadian aslinya pasti tidak seperti itu. Apa yang membuat dia lebih syok adalah, Anis menemui Hita tanpa mengatakannya lebih dulu. Padahal dia sudah berulang kali mengatakan untuk tidak memancing kemarahan Hita.

"KEI!" Sebuah teriakan bergaung. Si peneriak langsung menjadi sorotan. Tak lain, ialah Anis yang berlari seperti kesetanan.

"Kei, denger! Itu nggak bener!" ucap Anis terburu-buru dengan napas yang masih susah. Wajahnya memerah dan berpeluh. Terlihat sekali jika Anis berlari sekuat tenaga.

"Nis," bisik Krisan gamang.

"Nis, elo ... suka sama Hita?" Amy turut berkata. "Tapi biarpun elo suka, nggak semestinya—"

 Snowdrop Untuk KrisanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang