sebelas

829 124 10
                                    

Kai memasuki apartemen Diana dengan perasaan khwatir. Kehawatirannya bertambah saat mendengar suara muntah-muntah berasa dari kamar mandi, membuat Kai langsung berlari dan menemukan Diana tengah mengeluarkan isi perutnya ke wastafel.

Kai langsung memijat leher Diana dengan pelan, Kai juga membasuh mulut Diana dengan air saat Diana menyelesaikan muntahnya. Kai menuntun Diana menuju kamar untuk berbaring, lalu dengan cekatan memberikan minum.

"Ke dokter yuk?" Kai sekarang sudah duduk di atas ranjang menatap Diana yang berbaring, tangannya dengan lembut mengusap pipi Diana.

Diana menggelengkan kepalanya dengan lemah, dia menggenggam tangan Kai yang mengusap pipinya.

"Krystal gimana?" Tanya Diana.

"Gak usah mikirin Krystal, dia udah tidur tadi. Dia juga gak akan apa-apa kok aku kesini."

Diana tersenyum, dia mengecup tangan Kai dengan lembut membuat senyum Kai semakin lebar.

"I love you Di." Kai mendekat mengecup bibir Diana dengan kilat.

"Kamu tuh jangan nyium tiba-tiba aku lagi sakit," protes Diana.

"Gak apa-apa." Kai tersenyum manis.

***

Krystal terbangun dari tidurnya merasakan sinar surya pagi menerpa permukaan wajah cantiknya, hawa panas mulai terasa menerpa tubuhnya bersamaan dengan terbukanya balkon kamar. Krystal menggeliat malas menutup wajahnya dengan bantal.

"Bangun kebo!" Suara Kai berhasil membuat Krystal membuka matanya dan menyingkirkan bantal. Krystal tak tahu kapan Kai pulang, karena ketika pura-pura tidur, selanjutnya dia benar-benar tertidur. Krystal juga mengira jika Kai akan menginap, mengingat Diana sedang sakit.

Kai duduk di tepi ranjang dengan dua gelas cokelat panas lalu diberikan kepada Krystal.

"Sorry ya, gue semalam ninggalin lo," ucap Kai tulus.

Krystal tak menjawab hanya menerima gelas yang di sodorkan Kai. Tak dipungkiri bahkan hatinya masih kesal kepada Kai yang meninggalkannya seenaknya, namun harus bagaimana lagi. Perasaannya bukan perasaan cemburu, Krystal hanya ingin dihargai sebagai seorang istri, dia ingin Kai meminta izin semalam, bukan malah pergi tanpa memberi tahu, setidaknya Kai harus memandang dia sebagai seorang istri sekarang agar tak berprilaku seenaknya.

"Lo marah?" Tanya Kai.

Krystal menatap Kai.

"Lo sariawan ya?" Tanya Kai lagi.

"Enggak, gue gak apa-apa, santai aja." Krystal membuat suaranya setenang mungkin, lalu meneguk cokelat panasnya.

"Jorok, sikat gigi dulu sana." Kai mencubit keras hidung Kai.

"Apaan sih, kan lo yang langsung kasih," protes Krystal kesal.

Kai merebut gelas ditangan Krystal.

"Sana langsung mandi aja."

Krystal memanyunkan bibirnya, namun tetap mematuhi yang Kai perintahkan, mengambil handuknya yang sudah Kai siapkan di atas kasur, lalu pergi ke kamar mandi.

Kai keluar dari kamar, pergi ke meja makan, dia membuka lemari makan mengambil roti dan selai yang hanya tersisa sedikit lagi, lalu membuka kulkas dan hanya menemukan minuman kaleng beserta camilan. Kai lupa dia belum belanja bulanan. Dan pada akhirnya Kai hanya menyiapkan roti dengan selai kacang.

Sekitar 15 menit dia menunggu, akhirnya Krystal keluar dari kamar, bajunya telah ganti dan wajahnya terlihat segar.

"Gue cuma ada roti," ucap Kai.

SymfoníaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang