lima

995 145 7
                                    

Pada akhirnya Ayah dan Bunda mengajak Kai dan Krystal untuk berbicara di ruang keluarga, tentu saja dengan orang tua Krystal yang sekarang sudah terhubung di video call.

Papi dan Mami Krystal tentu saja terkejut mendengar kabar ini, bukan hanya karena Kai adalah keponakan mereka, namun tak pernah terbayang jika anaknya dan keponakannya bisa memiliki hubungan yang jauh dari pikiran mereka, mereka bahkan saat ini tak tahu harus berkata apa.

"Gimana Om, Tante, saya mau menikahi Krystal, menjadikan Krystal istri saya," ucap Kai disertai keyakikanan.

Terlihat dari telepon seluler Papi membenarkan posisi duduknya, melepas kacamatanya mengusapnya dengan tisu karena merasa kotor, lalu memasangkannya kembali. Papi masih tampak berpikir, tidak langsung menjawab niat baik Kai.

Krystal dengan penuh kecemasan menunggu jawaban Mami dan Papinya, dia benar-benar tak sabar, jika hanya di diamkan seperti ini, dia merasa sangat gila, dia butuh jawaban, dan tentunya jawaban penolakkan.

"Kita sebenarnya kaget sekali, bingung ingin menjawab seperti apa, tapi Mbak Anita dan Mas Herman sudah setuju, kita juga setuju untuk kalian menikah," ucap Papi tenang.

Kai tersenyum penuh kebahagiaan, rencananya berjalan dengan mulus.

"Tapi Kai, Mbak Anita, Mas Herman, kalian tahu bukan bagaimana anak saya. Saya tentu saja senang, jadi tak perlu repot-repot memilihkan calon suami untuk Krystal, karena saya tahu bagaimana kamu, tak masalah kamu seorang duda."

Sekarang Krystal hanya bisa pasrah, biarlah semua ini berjalan seperti air mengalir, toh ia subur pasti akan sangat gampang untuk hamil, dan saat itu ia dan Kai bisa segera berpisah. Tentang yang akan terjadi selanjutnya, bialarlah Kai yang mengatasi semuanya.

"Saya gak masalah sama sekali, justru jika seperti ini, kejadian yang dahulu tidak akan terulang lagi, saya tidak akan salah milih menantu," Bunda berucap membuat Kai seketika terdiam.

Perlu digaris bawahi, Bunda sudah sangat membeci Diana, ia sakit hati ketika Diana memperlakukan anak bungsunya seperti itu, menuduh Kai mandul tanpa alasan yang jelas, tanpa pemeriksaan yang jelas.

"Untuk masalah pernikahan silahkan atur saja semuanya, jika perlu sesuatu hubungi kami. Beritahu saya jika tanggal pernikahan sudah ditentukan."

"Tentang Roby, saya akan mengurus semuanya, kamu hanya tinggal perlu datang."

***

Pada akhirnya sesi lamaran dilakukan pada hari itu juma melalui video call, tanggal pernikahan sudah ditentukan, jika dihitung dari sekarang, mungkin sekitar 3 bulan lagi, dan itu jatuh tepat pada hari ulang tahun Krystal. Bukan Krystal yang meminta pernikahannya dilakukan pada hari lahirnya, namun Kai lah yang menentukan.

Sejauh ini, dua keluarga kecil ini baru mendiskusikan tanggal, belum membahas yang lainnya. Mereka memberi Kai dan Krystal untuk memikirkan pernikahan seperti apa yang mereka inginkan, walupun Kai sudah pernah menikah, namun Bunda dan Ayah tetap menuntut jika acara pernikahan Kai yang kedua juga harus dibuat semeriah mungkin. Pasalnya, ini adalah pernikahayan yang akan Krystal lakukan sekali dalam hidupnya, dan tentu saja Bunda dan Ayah tak mau jika hanya ijab kabul, Krystal harus mendapat yang sebanding agar pernikahannya dapat dikenang dengan indah.

"Kenapa sih lo harus nentuin tanggal pas hari ulang tahun gue?" Tanya Krystal setelah Bunda dan Ayah meninggalkan mereka.

"Ya anggap aja sebagai kado terindah dari gue, dan lo bisa mengenangnya seumur hidup lo," jawab Kai santai.

Krystal benar-benar tak habis pikir dengan Kai. Untuk dikenang? Ia bahkan tak berniat melakukan itu, lagi pula ini baginya hanya sebuah lelucon, dan tentu saja keterpaksaan. Jika agar tidak meninbulkan kecurigaan, Krystal sebenarnya ingin menikah siri saja, karena itu juga sudah cukup, toh pernikahannya dengan Kai bukan untuk seumur hidup, untuk apa membuat surat nikah dan segala macamnya, jika hanya menikah siri, kan jika berpisah nanti mereka tak perlu susah payah mengurus semuanya.

"Lo jangan banyak cemberut deh, mending pikirin pernikahan impian lo kaya apa, lo atur aja semuanya, tinggal kasih tagihan aja sama gue," sahut Kai dengan santai.

"Terus lo gak bakal ngurusin apa-apa, cuma bakal tumpang kaki, sedangkan gue repot ngurus ini itu. Enak amat."

"Gue gak mau ngurus kaya gitu, ribet, lagian udah pernah juga."

"Gak bisa gitu dong, Kai. Kita harus buat acara pernikahan kita sama-sama, walau pun kita nikah karena perjanjian, gue tetep mau apa yang gue bayangin ketika ngurus pernikahan itu terlaksana." Krystal kesel, benar-benar kesal. Bukankah di sini Kai yang begitu kukuh? Seharunya Kai yang mengurus semuanya, mengapa harus Krystal yang tak menginginkan semua ini.

"Lo ribet amat sih." Kai mulai kesal.

"Lo kan yang maksa gue, kalau lo gak mau, gue batalin aja semua ini, masih banyak orang yang bisa bantuin gue, gak cuma lo." Krystal berucap dengan angkuh, walau sebenarnya tak tahu siapa yang bisa menolongnya.

Kai berdecak kesal. Jikalau saja ia tak malas mencari wanita lain, dalam hati kecilnya ia tak mau melibatkan adik sepupunya dalam rencana gilanya, ia tahu semua risiko-risikonya. Namun bagaimana lagi, kehadiran Krystal bagaikan sebuah makanan untuk Kai dikala lapar, dan tentu saja dari pada mencari, ia memilih yang memang berada di depan mata.

"Okay, gue bakal ikut urus semuanya."

Krystal tersenyum penuh kemenangan. Mudah sekali untuk membuat Kai menuruti keinginannya, ia bisa memutar semuanya seolah-olah Kai yang paling membutuhkannya.

"Gue mau ada prewedding," ucap Krystal.

Kai mengerutkan alisnya, "lo--"

"Apa? Gue bilang kan, walau pun ini settingan, gue tetep mau semuanya sesuai impian gue, gue pengen prewedding, pengen gaun yang bagus pesta yang meriah, gue mau semuanya sempurna." Krystal memotong ucapan Kai.

"Gue kabulin yang lainnya, tapi buat apa prewed sih? Lo mau bikin kenangan sama gue? Atau sebenernya lo nih yang suka sama gue."

"Gila amat gue suka sama duda karbitan kaya lo, mending gue nikah sama om-om dari pada sama lo, lo kali yang suka sama gue sampe ngebet banget pengen nikah sama gue, sampe-sampe mau nyamperin nyokap bokap gue." Krystal nyolot, ia benar-benar kesal, "Pokoknya, gue mau prewed gak mau tau, gue mau prewed lo harus mau."

"Gue gak mau."

"Gak bisa gitu dong, kan lo bilang pernikahan sesuai impian gue, ya impuan gue gitulah lo harus terima."

"Okay prewed, tapi gue gak ikut ngurusin buat pernikahan."

"Ya gak bisa gitu dong, kita nikah juga kesepakan berdua, lo juga harus ikut ngurus lah, enak aja lo mau terima jadi."

"Kan gue bayar ngeluarin duit nanggung semuanya."

"Jangan mentang-mentang lo yang nanggung lo seenaknya dong."

Kai jengah, ternyata sulit sekali, Krystal sangat keras kepala.

"Iya-iya, puas?"

***

SymfoníaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang