Krystal baru saja selesai mandi saat Kai membuka pintu kamar, masuk begitu saja dan berbaring di atas ranjang tanpa beban.
Krystal membuang nafasnya kasar, mengambil baju tidur dari dalam lemari, berniat kembali lagi kedalam kamar mandi untuk memakai pakaian, namun langkahnya terhenti mendengar ucapan Kai.
"Lo tuh emang niat menggoda gue apa gimana?" Kai sekarang tengah memiringkan tubuhnya menatap Krystal dengan lekat.
Krystal menatap Kai tak percaya, lalu tertawa hambar, "gue? Lo kali yang kegoda, cuma liat gue kaya gini aja lo kegoda gimana kalau telanjang."
"Yaudah telanjang," tantang Kai.
Krystal terdiam, namun tangannya dengan perhalan menarik tali bathrobenya.
Kai bangkit dari tempat tidurnya, berjalan mendekati Krystal, "lo tuh makin lama makin bikin gue mandang kalau lo tuh istri gue bukan adik gue."
"Kan bukannya harusnya emang gitu?" Ucap Krystal cuek.
Kai tertawa meledek, mengusap pipinya, sementara matanya tak lepas menatap Krystal.
Kai merasa setelah pernikahan semuanya berbeda, Krystal yang dulu seakan hilang, dan Kai yang dulupun rasanya hilang.
Kai mendekatkan wajahnya kepada wajah Krystal, bersiap meraup bibir manis Krystal dengan bibirnya, namun diluar dugaannya, Krystal justru menolak, mendorong pelan tubuh Kai dan menjauh.
"Inget ya, kalau lo masih nyebut nama Diana pas kita lagi bercinta, gue gak mau lo sentuh dulu!" Krystal memberi peringatan.
"Lo cemburu?"
"Gue? Gak sama sekali. Itu karena gue juga butuh dihargai, walaupun lo cuma Kakak bagi gue dan akan tetap jadi itu selamanya, tapi tetep aja sama siapa lo masukin burung itu."
Kai terkekeh menanggapi Krystal. Kai pikir Krystal akan cuek tentang semua ini, ternyata dugaannya salah, bahkan dalam hal bercinta saja dia banyak mengatur.
"Yaudah coba dulu gimana?"
"Terserah."
"Lo nantangin?"
Tangan Kai mengusap pipi Krystal, dengan lembut, lalu selanjutnya bibirnya mendarat meraup bibir Krystal dengan lembut, dan perlahan-lahan ciumannya menjadi kasar dan penuh gairah.
Merasa sudah kehabisan nafas dan butuh oksigen, Kai melepas ciuman itu, namun ciumannya menjalar ke leher Krystal, membuat Krystal meleguh ketika menerima gigitan kecil di titik sensitifnya.
Sudah merasa puas, Kai menatap Krystal yang sekarang tengah mengatur nafas, membuat Kai terkekeh geli. Kai lalu melepas handuk yang ada di kepala Krystal, gadis itu selalu menjadikan handuk sebagai pengering rambut sebelum di hair dryer.
"Kebiasaan." Kai menyentil pelan dahi Krystal membuat Krystal meringis kesal.
Kai mengangkat tubuh Krystal, lalu dibaringkan diatas tempat tidur, perlahan membuka tali bathrobe, lalu terpaku saat melihat tubuh Krystal tanpa sehelai benangpun.
Damn! Krystal punya tubuh yang sangat mulus, area kewanitaannya sangat indah ditumbuhi bulu-bulu halus, payudaranya kencang dan berukuran sangat pas, tak terlalu kecil tak terlalu besar. Kai benar-benar tergoda.
Kembali menindih Krystal, Kai langsung mencium bibir Krystal dengan kasar, tengannya dengan lembut mermas payudara Krystal.
"Ugh ... Kai ...."
Ini pertama kali untuk Krystal, tubuhnya begitu sensitif, setiap sentuhan di tubuhnya seperti sengatan listrik yang memabukkan. Melupakan status lain Kai sebagai seorang Kakak, Krystal yang sudah diselimuti nafsu mulai menggerayangi tubuh Kai. Walaupun ini pertama kali, Krystal tak bodoh karena dia pernah menonton film dewasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Symfonía
General Fiction"Kai please ...." "Gue bantuin lo, tapi lo nikah sama gue." "Lo gila?" "Gue waras."