Enam

861 126 11
                                    

Malam hari ini cukup indah dengan hamparan bintang kerlap-kerlip, bulan pun terlihat begitu terang dan bulat sempurna, suhu yang bisanya masih terasa panas walaupun malam hari, terasa sejuk. Namun nyatanya semua tak sesuai dengan suara hati Kai. Dia terlalu pening, keindahan kota tak membuatnya lebih baik setelah seharian terus bergulat dengan berbagai urusan pekerjaan, belum lagi si calon istri yang terus menghubungi tanpa henti.

Ini kali kedua untuk Kai mengurusi acara pernikahan, namun rasanya tak semerepotkan ini. Mungkin karena jika bersama Diana, perempuan itu memilih menyerahkan semuanya kepada WO, kecuali untuk gaun. Sedangkan Krystal, dia mengurus semuanya sendiri, dari mulai dekorasi, gedung, makanan untuk prasmanan, souvenir, gaun, bahkan hingga design untuk undangan. Walaupun sebagian dibantu oleh WO namun tetap saja Krystal lebih bawel dan banyak meminta, banyak mengoreksi. Dan disaat pusing, Kai lah yang akan kena sasaran, padahal sejak awal dia sudah menyarankan untuk menggunakan WO, namun Krystal bersikukuh.

Kai memijat pelipisnya, sebelah tangannya digunakan untuk membelokkan stir ke sebuah parkiran mobil apartemen, dia menghentikan mobilnya, melepas sabuk pengamannya, tersenyum mengambil bunga yang sejak tadi tersimpan rapi di jok samping.

Kai turun dari mobil, masuk kedalam lobi apartemen, lalu memencet lift dan menekan angka dua puluh, hingga akhirnya dia sampai tepat di depan pintu apartemen seseorang.

"Loh kamu?"

Sebelum Kai berhasil memencet bel, seorang perempuan berambut panjang sudah berdiri di hadapan Kai, dengan pakaian yang sangat rapi.

Kai tersenyum dengan manis melihat sosok yang dicintainya itu, Diana.

"Malem Di, ini buat kamu." Kai memberikan sebuket bunga yang dipegangnya kepada Diana, yang langsung diterima oleh mantan istrinya itu.

"Kok kamu gak ngabarin aku sih, aku mau pergi, aku kira kamu gak akan datang," ucap Diana.

"Aku agak telat, tadi agak sibuk. Kamu mau kemana?" Tanya Kai.

Memang sudah bukan suatu hal yang aneh lagi, walaupun sudah lama bercerai, dalam seminggu, 2 sampai 3 kali Kai pasti akan mengunjungi Diana, dan perempuan itupun menerimanya. Ya, setidaknya, walaupun tak bisa seperti dulu, namun Kai masih dapat berkunjung dan berhubungan baik dengan Diana, siapa tahu bisa membuat Diana mau kembali menjadi istrinya.

"Aku ada urusan," jawab Diana.

"Bisa masuk sebentar dulu gak Di? Ada yang mau aku omongin penting banget," ucap Kai.

Diana mengangguk sembari tersenyum, lalu masuk diikuti Kai dibelakangnya. Mereka duduk di sofa berdampingan, saling menatap.

"Di." Kai menggenggam tangan Diana.

Diana hanya menatap laki-laki dihadapannya itu membiarkan dia untuk mengucapkan apa yang ingin diucapkannya.

"Aku akan menikah lagi."

Diana tersenyum, dia tahu betul hal ini akan terjadi. Dan Kai melakukan itu untuk dirinya. Diana sangat tersentuh karena Kai benar-benar mencintainya.

"Sama Krystal," ucap Kai lagi.

Mata Diana membulat, hal ini sangat tak terpikirkan olehnya. Krystal? Adik sepupunya sendiri? Apa Kai sedang membuat lelucon?

"Krystal? Yang bener aja dia kan--"

"Kita bisa menikah, kita gak satu air susu, dan kita udah nanya sama ustadz yang sering datang buat pengajian bulanan di rumah." Kai memotong ucapan.

Namun tetap saja Diana sangat terkejut, dari sekian banyak wanita di dunia, Kai memilih adik sepupunya sendiri. Apakah hubungan mereka akan tetap normal jika nanti pada akhirnya berpisah? Namun Diana tak peduli, toh itu pilihkan Kai, dan lagi tak ada hubungannya dengan dia.

SymfoníaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang