tiga belas

1K 144 16
                                    

Krystal memeluk Maminya dengan erat, lalu mengecupi wajah malaikat hatinya itu, setelah itu pindah kepada cinta pertama seumur hidupnya, sang Papi yang langsung memeluknya dengan begitu erat.

"Sehat selalu ya, tunggu Papi dan Mami." Papi berucap, lalu mengecup kedua pipi Krystal.

"Kabarin kalau udah sampai ya," pesan Krystal.

"Mami Papi titip Krystal ya, Kai."

Kai mengangguk seraya tersenyum.

"Bye."

Mami dan Papi lalu berjalan masuk karena sebentar lagi pesawat akan take off.

"Krystal, Kakak duluan ya." Jisella memeluk adiknya.

Memang yang mengantar Mami dan Papi ke bandara hanya Krystal, Kai, Jisella, Satrio, dan Natan. Rencananya Jisella setelah dari bandara akan pergi ke Bandung lebih dulu ke rumah orang tua Satrio karena lusa akan ada acara lamaran adik Satrio.

"Kai, Kakak duluan ya."

"Kita duluan, Kai, Krystal."

"Bye Natan."

Setelah Jisella, Satrio dan Natan tak ada, Kai menatap Krystal, istrinya itu masih mendiamkannya sejak tadi pagi, bahkan tak mengucapkan sepatah katapun, membuat Kai kebingungan harus bagaimana. Kai sangat sadar betul dia sudah keterlaluan, namun bagaimana lagi, mulutnya dengan refleks menyebut nama Diana tadi malam.

"Mau sarapan dulu? Lo belum sarapan kan?" Tawar Kai.

Krystal tak menjawab, dia berjalan meninggalkan Kai ke arah parkiran, mengisayaratkan jika dia hanya ingin pulang, karena sama sekali tak punya selera makan. Sejujurnya Krystal masih kesal dengan keterlambatan untuk makan malam, kalau untuk kejadiam semalam tentang menyebut nama Diana, Krystal sepenuhnya sangat mengerti, pasti tak akan mudah untuk Kai, berbeda dengannya tak pernah punya bayangan masa lalu tidur bersama lelaki, jadi sebagaimanapun Krystal memiliki mantan yang tak pernah bisa dilupakan, namun ketika tengah melakukan tetap Kai yang dia lihat.

Kai mengikuti langkah Krystal dari belakang, dia memikirkan cara agar drama ngambek ini cepat selesai. Ayolah ini baru hari ke 2 setelah pernikahan, seharunya mereka bisa harmonis, mengapa ini baru 2 hari saja sudah penuh konflik dan amarah.

"Mau belanja?" Tanya Kai ketika mereka sudah di depan mobil.

Krystal langsung menatap Kai, namun tatapannya tetap sinis, "boleh sepuasnya gak?"

"Emm ... Boleh," jawab Kai. Biarlah tagihan kreditnya melambung untuk bulan ini, yang penting Krystal tak marah.

Krystal dengan seketika tersenyum, "yuk."

***

Kai rasanya sudah tak rela lagi ketika akan memberikan kartunya kepada Krystal. Krystal sudah berbelanja dari satu outlet ke outlet lainnya, masih baik jika itu outlet produk lokal, ini yang Krystal kunjungi semua adalah outlet dari brand-brand ternama, dan tentu saja ketika sekali belanja bisa menghabiskan belasan hingga puluhan juta. Dan sialnya ketika mereka menginjakkan kaki disana, tengah ada produk keluaran terbaru, yang tentu saja berhasil membuat tagihan kartu kredit Kai membengkak.

"Udah?" Tanya Kai.

Krystal tersenyum sumringah, dengan sekali gerakkan mengecup pipi Kai.

"Makasih."

Kai mendelik malas, "udah gak marah kan sekarang?"

Krystal menggelengkan kepalanya. Krystal memang paling sulit menolak jika sudah ditawari belanja, belanja adalah bagian dari hidupnya, dia harus melakukannya selama uangnya ada.

SymfoníaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang