7. Firasat

358 47 10
                                    

.
.
Part 7
.
.

Nash benar-benar tidak menemui Kise. Sedangkan pemuda itu masih memikirkan tentang malamnya bersama Aomine. Ini sudah dua minggu ia dirawat tapi Nash tidak pernah datang.

"AHH AKU TIDAK TAHAN SSU!!"

Kise dengan kesal beranjak dan membuka pintu. Tepat di hadapannya ada pria yang ia cari-cari sedang menatapnya terkejut. Nash datang membawa kantong berisi makanan dan juga oleh-oleh.

"Kau mau kemana?"

"Me-Mencarimu ssu" Kise menelan ludahnya, gugup. Ia perlahan mundur ketika Nash masuk dan menutup pintu. "Aku hanya menemui orang tuaku. Dan ini oleh-oleh untukmu" Jawab pria itu.

"Selama dua minggu ssu?"

"Iya. Kukira kau butuh waktu untuk sendiri makanya aku tidak bilang padamu"

Kise menatap Nash terharu. Benar ia membutuhkan waktu tapi dua minggu terlalu lama untuknya menyendiri. Hampir saja ia mati kebosanan di tempat ini. "Nacchi jangan meninggalkanku lagi ya ssu" Katanya. Ia memeluk pinggang pria itu.

"Loh bukankah kau marah padaku?"

"Marahnya udah selesai ssu! Sekarang Nacchi boleh memarahiku lagi"

Nash tertawa mengingat betapa polosnya anak ini. Ia pun mengusap rambut Kise, namun terhenti karena beberapa helai menempel di tangannya.

"Ryouta.. ini.."

"Ahh tidak apa ssu. Sudah seperti itu sejak dua hari yang lalu"

"Apa kata sensei?"

"Aku baik-baik saja ssu"

Bohong

Nash tahu Kise berbohong karena takut membuatnya khawatir. Ia akan bertanya pada dokter jika Kise sudah tertidur nanti.

Ia melihat pemuda itu tengah melahap makanan yang ia bawa, namun tak lama kemudian ia menutup mulutnya dan berlari ke toilet. Dengan segera, Nash menyusulnya sambil membawa tissu.

"Kau baik-baik saja?"

Kise menggeleng. Ia merasa sangat mual dan pusing. Nash pun membantu Kise agar kembali merebahkan diri di ranjang.

"Aku akan panggilkan dokter. Kau tunggu saja di sini"

Kise menatap kepergian Nash, ia memegangi perutnya. "Ada apa denganku ssu? Kenapa aku malah kepikiran Aominecchi?" Gumamnya. Ia kembali teringat tentang kejadian itu. Sungguh, ia takut jika Aomine saat itu dalam rut nya. Hidungnya sudah tidak bisa berfungsi normal, bahkan ia tidak bisa mencium bau kentutnya sendiri.

.
.
AoKise
.
.

Aomine merebahkan dirinya dan menatap langit dari atap sekolah. Ia tidak bisa mengingat apa yang terjadi dua minggu yang lalu. Yang ia ingat adalah ia keluar dari bar lalu saat sadar sudah di kamar apartemennya.

"A-Aomine-san, wa-waktunya latihan!"

Teriakan seseorang yang sangat ia kenal terdengar, ia menoleh dan melihat Sakurai sedang berdiri di sampingnya. Ia sangat paham kenapa Momoi tidak menghampirinya seperti biasa. Bahkan perempuan itu sudah mengundurkan diri dari tim basket.

"Bukankah sudah kubilang kalau aku bolos?" Tanyanya. Sakurai tersentak, ia sangat takut dengan Aomine. "Ma-Ma-Maafkan aku!! A-Aku hanya diperintahkan oleh ka-kapten. Maafkan aku!!" Katanya.

Aomine menghela nafas. Ia memang tidak peduli dengan sifat Sakurai yang seperti ini. Ia pun berdiri dan berjalan mendahului pemuda berambut cokelat itu.

"Naa, Ryo. Malam ini kau ada acara?"

.
.
AoKise
.
.

Nash merasa kecewa pada Kise. Sangat kecewa. Penjelasan dari dokter membuatnya ingin memarahi pemuda itu.

Change (AoKise)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang