8. Balikan

381 40 16
                                    

.
.
Part 8
.
.

Mereka bergegas ke apartemen Kise. Nash terpaksa membawa Sakurai yang pingsan, sedangkan Akashi menyeret Aomine. Begitu mendengar penjelasan dari Midorima yang menelepon Akashi, mereka langsung melesat ke sana.

Sesampainya di sana, sudah ada Dr. Midorima yang tengah memeriksa nadinya. Saat ini Kise tidak sadarkan diri, wajahnya sangat pucat. Bahkan Momoi yang berada di sampingnya sudah menangis sejak tadi.

"Apa yang terjadi?!" Tanya Nash pada Midorima dan Takao. "Saat kami baru sampai, Kise chan terus meringis lalu diperiksa oleh Shin chan. Aku ke dapur karena disuruh buat teh hangat untuk Kise chan. Lalu saat aku kembali ia berteriak sambil memegang dadanya, bahkan ia batuk berdarah... Aku.. Aku tidak tahu apa yang terjadi saat aku di dapur tapi yang kudengar dia tak ingin kembali lagi ke rumah sakit. Makanya aku langsung menelepon paman untuk memeriksanya" Jelas Takao. Akashi menoleh ke Midorima, meminta penjelasan.

"Inti hatinya kembali retak bahkan sudah ada beberapa serpihan yang hancur nodayo. Aku tak tahu ada apa tapi kemungkinan ada hubungannya denganmu, Ahomine. Biasanya, inti hati omega akan semakin hancur jika alpha nya mengkhianatinya, apalagi sampai berhubungan badan dengan orang lain. Dan untuk virus itu... semakin meluas di daerah organ dalam yang lain nodayo. Kurasa... kau harus memilih salah satu di antara mereka, Aomine" Jelas Midorima. Aomine dengan mata terbelalak menatap Kise yang masih diperiksa papanya Midorima.

"Aomine kun" Panggilan dari Kuroko menyadarkan Aomine, pemuda itu mencengkram kedua bahu Midorima dengan erat. "Kau jangan bercanda, lumut!!" Geramnya. "Sejak kapan aku bisa bercanda nodayo?!" Bentak Midorima. Hampir saja mereka bertengkar jika Dr. Midorima tidak melerainya.

"Sudah hentikan! Aku ingin bicara dengan kalian"

Mendengar perkataan pria itu, mereka semua mengangguk. Momoi menutup pintu kamar Kise lalu duduk di samping Kuroko. Sedangkan Dr. Midorima duduk di single sofa.

"Sebelum aku jelaskan, boleh aku menanyakan satu hal padamu, Aomine kun?" Tanya pria itu.

"I-Iya"

"Bisa kau jelaskan apa yang terjadi padamu sebelum tiba di sini? Kise kun pasti tidak akan seperti itu jika bukan karenamu. Dan ngomong-ngomong... Itu siapa?"

Aomine menundukkan kepalanya, ia melakukan kesalahan fatal lagi. Lagi-lagi ia membuat Kise sakit hati. "A-Aku berniat menguengue temanku" Lirihnya. Dari nadanya terdengar jelas jika ia sangat menyesal.

"Kenapa dia bisa pingsan? Apa kau melakukan-"

"TIDAK!! Emm.. Ma-Maksudku belum. Aku baru mencium Ryo lalu Nash datang dan langsung menghajarku!" Bantah Aomine. Midorima terlihat sangat marah, ia tidak bisa mengontrol emosinya. Ia pun bangkit dan mencengkram kerah baju Aomine.

"APA MAKSUDMU MELAKUKAN ITU, BODOH?!"

Baru kali ini Midorima berteriak sambil membentak. Akashi menatapnya datar lalu menghela nafas. "Shintaro, kendalikan emosimu" 

Tentu dengan nada Akashi yang dingin membuat Midorima sadar. Ia melepas genggamannya lalu menaikkan kacamatanya. "Maaf, aku kelepasan nodayo" Katanya.

PLAKK

Semua termasuk Akashi bahkan terkejut melihatnya. Tak disangka pipi Aomine terdapat tanda merah dengan bentuk telapak tangan. Siapa lagi kalau bukan Momoi. Air mata gadis itu bahkan sudah kering. "DAI CHAN JAHAT!! BUKANKAH KAU SUDAH TAHU KALAU KI CHAN ITU OMEGAMU?! KENAPA KAU MALAH MENGKHIANATINYA, HAH?! DAN LAGI APA HUBUNGANMU DENGAN SAKURAI KUN?! BUKANKAH KAU MASIH MENCINTAI KI CHAN?!" Bentak Momoi.

Mencintai?

Benar. Ia masih mencintai Kise.

"Kau benar, Satsuki. Aku masih mencintainya. Sakurai hanya... pelampiasan saja" Lirih Aomine. Ia masih menunduk. "Ahh apa yang kulakukan? Aku menghancurkan orang yang kucinta" Gumam pemuda itu, air mata pun mengalir deras dari kedua matanya.

Change (AoKise)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang