Bab 9 : Ketahuan

1 1 0
                                    

Siang itu Ellen ditemani Samuel mendatangi kantor Oma Dini di sebuah gedung perkantoran elit di tengah kota. Dengan penuh tekad, Ellen menjalankan rencananya yang sudah disusun dengan matang.
Dan sangat kebetulan sekali, saat masuk ke dalam ruang kantor Oma Dini setelah meminta ijin pada sekretarisnya, ternyata Oma Dini sedang rapat. Dengan secepat mungkin Ellen menukar kunci kamar tidur Oma Dini yang tersimpan di dalam tasnya yang ditinggal Oma Dini di kursinya sementara Samuel mengawasi keadaan.

"Sam, kamu cepat pergi duplikasi kunci ini. Aku akan menunggu Oma di sini. Semoga kamu cepat datang sebelum Oma Dini kembali lagi dari rapatnya," harap Ellen.

"Oke, tadi aku lihat di seberang perkantoran ini ada tukang kunci. Aku pergi dulu ya," kata Samuel yang sudah berjalan cepat keluar ruangan kantor.

Sambil menunggu Oma Dini dan Samuel kembali, Ellen pun manfaatkan waktunya untuk bertanya pada sekretaris Oma Dini mengenai jadwal Omanya. Ellen berharap ada hari di mana Omanya pergi ke luar kota sehingga Ellen dan Ethan punya banyak waktu untuk menemukan rambut iblis itu.

Ellen bertanya sambil lalu dan mengobrol santai agar sekretaris omanya tidak menaruh curiga. Namun akhirnya Ellen berhasil mengetahui jadwal Oma Dini. Besok malam menurut jadwal, Oma  Dini akan mengurus perjanjian bisnis di Surabaya dan tentu saja menginap selama sehari.

Rasanya Ellen ingin berteriak meluapkan kegembiraannya. Mungkin nasib sedang berpihak padanya. Ellen dalam hati hanya bisa bersyukur karena recananya bisa berjalan dengan baik. Tak lama kemudian, Samuel sudah kembali. Lalu Ellen dan Samuel dengan cepat mengembalikan kunci kamar tidur milik Oma Dini sebelum Oma Dini kembali dari rapatnya.

Setelah semuanya beres, tak lama sesudahnya Oma Dini terlihat kembali dari rapatnya. Ellen kemudian berbasa-basi hendak mengantarkan Samuel yang ingin magang di salah satu hotel milik oma Dini. Oma Dini pun menyambut baik dan menerima Samuel magang di hotel miliknya.


***

Malam yang ditunggu pun tiba. Ellen, Ethan dan Samuel sudah bersiap malam ini. Sebenarnya Ellen sudah melarang Samuel datang, namun Samuel bersikeras untuk ikut mencari rambut iblis itu. Ia berkata kalau yang mencari bertambah satu orang maka siapa tahu ribut iblis itu bisa cepat ditemukan.

Ellen pun sudah mengecek keberadaan Oma Dini agar yakin jika Omanya tidak pulang malam ini.

Jam menunjukkan pukul 9 malam. Dengan berhati-hati, Ellen, Ethan dan Samuel masuk ke dalam kamar tidur Oma Dini dengan menggunakan kunci duplikat.

"Kita harus hati-hati," peringat Samuel yang tidak ingin aktivitasnya ini menimbulkan kecurigaan. Ellen dan Ethan pun mengangguk setuju.

Hampir satu jam mereka mencari di semua sudut kamar tidur namun tidak juga menemukannya. Bahkan Ellen sudah mencari di kamar rahasia Oma Dini namun tidak menemukan rambut iblis itu.

"Kak Ellen, apa kita melewatkan satu bagian dari kamar ini? Kok Dimana-mana nggak ada," ucap Ethan yan terlihat sudah kelelahan.

"Memang rasanya sudah semua tempat kita cari, mungkin kita harus memeriksanya lagi. Ethan, kalau kamu lelah lebih baik tidur dulu saja, biar Kakak dan Kak Sam yang mencarinya," kata Ellen.

"Benar, Ethan. Kamu tidur dulu saja, Kakak yakin kita pasti bisa menemukannya," ucap Samuel menenangkan.

Saat Ethan hendak menjawab, mereka dikejutkan oleh suara pintu kamar yang dibuka. Tak dapat berbuat apa-apa, mereka semua terbelalak ngeri melihat siapa yang masuk ke dalam kamar.

"Kalian! Oma sudah mengira apa yang akan kalian lakukan!" teriak Oma Dini memggelegar.

"Oma .... " Mulut Ellen terasa kelu hendak bicara. Sementara Ethan dan Samuel hanya terdiam mematung di tempat.

"Apa kamu kira Oma tidak tahu apa yang kalian rencanakan? Kalian kira Oma sebodoh itu?" Oma Dini menatap mata Ellen dengan galak.

"Oma ... Tolong lepaskan kami. Aku janji tidak akan menjadi beban Oma lagi. Biarkan aku dan Ethan pergi dan lepaskan kami dari kutukan itu," pinta Ellen memelas.

"Kamu ini memang anak tidak tahu diuntung," ucap Oma Dini sinis.

"Kenapa ... Kenapa Oma tega? Untuk apa banyak harta jika tidak memiliki keluarga?" Ethan bertanya bingung akan sikap oma Dini.

"Kamu ini masih kecil, tahu apa kamu tentang hidup?!" Oma Dini berbicara dengan wajah mengerikan yang Ellen sudah tak mengenalinya lagi.

"Tolong jelaskan pada kami, Oma. Aku janji akan rela menjadi tumbal Oma berikutnya jika Oma mengatakan apa alasan Oma sebenarnya," ucap Ellen akhirnya.

"Ellen ... " Samuel mendekati Ellen lalu menggenggam tangannya, ia tidak setuju dengan apa yang telah Ellen ucapkan. Namun semua sudah terucap, tak dapat ditarik kembali.

"Haha ... Kamu janji, Ellen?" tanya Oma Dini memastikan. Ellen hanya mengangguk.

"Kau tahu, dulu waktu kecil hidup Oma sangat susah. Untuk makan saja tidak bisa, mungkin hanya sehari sekali. Ayah Oma meninggalkan ibuku karena wanita lain. Oma dan adik Oma terpaksa mengais di tong sampah untuk mencari sisa-sisa makanan. Seperti tikus saja. Lalu Oma bertekad agar kelak Oma harus kaya raya, sukses."
Oma Dini berhenti sesaat untuk mengingat kehidupan masa kecilnya.

"Kemudian Oma menikah dengan opamu. Awalnya kami hidup berkecukupan hingga hotel yang opamu kelola mengalami kebangkrutan. Oma tidak mau hidup susah lagi, maka satu-satunya jalan Oma membuat perjanjian rambut iblis," ucap Oma Dini dengan senyum tipis di sudut bibirnya.

"Lalu papaku yang menjadi korban pertama Oma?" tanya Ellen dengan sakit hati yang jelas terlihat dari sorot matanya.

"Haha ... Tebakanmu salah, sayang. Oma mengorbankan opa kamu karena dia tidak setuju akan apa yang Oma lakukan. Lalu kemudian papamu, Reza, Rosa lalu Gilang. Berikutnya tentu saja kamu Ellen, tapi tidak tahu kenapa kutukan itu tidak mempan kepadamu. Maka dari itu Oma mulai menyelidiki apa yang telah kamu lakukan," ucap Oma Dini santai.

"Jadi selama ini Oma sudah tahu?" tanya Ellen memastikan.

"Tentu saja, Nak. Kemudian terpaksa Oma memberikan Ethan sebagai ganti dirimu karena iblis itu sudah tidak sabar meminta tumbal," jelas Oma Dini.

"Oma, untuk apa banyak harta jika anak cucumu mati? Lalu siapa yang akan mewarisi semua kekayaanmu, Oma?" tanya Ellen tidak mengerti.

"Tentu saja semua sudah Oma pikirkan, Ellen. Oma sudah memilih Gendhis sebagai pewaris satu-satunya kekayaan Oma karena Oma tahu jika Gendhis anak yang penurut dan Oma akan mengajari dia ritual rambut iblis agar kekayaan selalu berlimpah di sepanjang hidupnya." Oma Dini mengatakan dengan yakin.

Ellen terduduk lemas. Ia syok memdengar semua penjelasan Oma Dini. Sungguh teganya omanya sendiri mengorbankan anak cucunya demi kekayaan yang tidak akan abadi. Ellen melihat omanya kini sudah seperti iblis yang siap menelannya.

"Kalian tidak mungkin bisa menggagalkan rencana Oma dan kalian tidak mungkin bisa menemukan di mana rambut iblis itu. Karena kalian bertiga sudah mengetahui semuanya, maka dengan kebaikan hati, Oma akan memberikan kalian bertiga sekaligus sebagai tumbal. Haha." Suara tawa Oma Dini terdengar kejam.

"Lalu di mana Oma menyimpan rambut iblis itu?" tanya Ethan dengan suara pelan.

Oma Dini menanggapi pertanyaan Ethan dengan tersenyum sinis, lalu ia berjalan ke arah kamar mandi. Ternyata rambut iblis itu ia simpan di sela cermin yang ada diatas wastafel di kamar mandi.

"Inikah yang kalian cari?!" Oma Dini memegang sebuah bungkusan kain mori dengan sebuah bunga kantil berada di dalamnya.

Kutukan Rambut IblisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang