Chap 7, the unspoken truth

933 116 36
                                    




.
.
.

Gulf tak pernah membayangkan dirinya bisa menginjakan kaki di taman bermain, padat, penuh wahana dan penuh warna.

Mata bulat miliknya bergantian menatap dekorasi maupun wahana yang berada di taman bermain tersebut. Sesekali ia berjalan cepat saat menemukan wahana yang ingin ia naikan, kemudian menatap takjub pada beberapa wahana yang belum pernah lihat sebelumnya.

mulut manisnya hanya bisa mengeluarkan kata "wow" dan "aww" membuat lelaki yang lebih tua menggelengkan kepalanya.

Rasanya persis seperti membawa anak kecil.

tapi tanpa sadar senyum yang lebih tua perlahan merekah.

*********

"Ada yang ingin kau naiki Gulf?" tanya Mew pada Gulf yang masih menatap takjub beberapa permainan yang ada disana.

"Hmm.."Gulf mengerutkan alisnya tampak berfikir, sebenarnya ia ingin menaiki beberapa wahana yang cukup ekstrim,


Tapi itu cukup menyeramkan...


Sebenarnya, dengan hanya berjalan berputar putar di taman bermain sudah cukup untuk Gulf, asal bisa bersama dengan Mew. Hufth,kalau boleh berbicara sedikit, Gulf sedikit kasian pada Mew, lelaki tampan itu harus terus terusan mengikuti apa yang ia inginkan. Mungkin lain kali iaakan membiarkan lelaki itu memilih tempat kencanya, hehe.


Lagi pula...


"Gulf?" tanya Mew memastikan, sebab anak itu belum menjawab pertanyaanya, apakah keadaan anak bungu Traipipattanapong tak apa?


Oke, kenapa Mew harus khawatir?


Gulf mengerjapkan matanya, tanpa sadar ia melamunkan lelaki yang ada di sebelahnya itu, "Hmm... aku mau naik bianglala"

*****

Kalau boleh jujur, Gulf itu takut ketinggian, rasanya cukup mengerikan melihat benda - benda yang seharusnya besar itu semakin lama semakin mengecil, seiring dengan semakin naik keatasnya badanmu.


Tapi , hari ini pengecualian.


Entah kenapa rasa takutnya itu semakin lama semakin kecil seiring dengan tingginya bianglala itu membawa mereka, ditambah wajah Bahagia Mew yang memandang pemandangan lewat jendela itu.

Ah ya, mungkin Gulf lupa bilang, Mew itu menyukai ketinggian, sangat menyukai malah.

"Kau menyukai ketinggian ya phi?" tanya Gulf, tentu saja ia berbohong, jelas jelas anak itu sudah mengetahui apa saja yang di sukai dan tidak disukai orang di hadapanya itu, hapal malah.

"Aku pikir kamu sudah tau" Mew terkekeh kecil, "Ya, aku sangat menyukainya" seru Mew sembari menatap berbinar pada pemandangan di luar jendela, "Mengingatkanku berbagai hal" lanjut lelaki tampan itu.

Gulf hanya ber 'Oh' ria, kemudian mencoba menatap pemandangan degan takut takut, yang tentu saja terlihat jelas di mata Mew yang kebetulan tengah memandang lelaki tersebut.

"Kau takut?"

Gulf menengok gelagapan. "Tidak" serunya panik, membuat tabung yang mereka naiki sedikit bergoyang karna Gulf yang bergerak tiba tiba.

"Aaah--" teriak Gulf panik, jantungnya berdetak cukup kuat membuat dadanya sakit, ia menutup matanya kuat kuat dan memegang dadanya.

Mew yang melihat itu jadi ikut panik, ia mengelus telapak tangan Gulf, berusaha menenangkan lelaki tersebut.

Kalau kalian menanyakan kenapa Mew tidak duduk di sebelah Gulf atau memeluk lelaki tersebut? Jawabanya adalah, ya Mew cukup pintar mengetahui Gulf akan lebih panik jika tabung mereka bergoyang lebih lagi, maka dari itu Mew harus tetap menyeimbangkanya dengan dudu di sisi sebrang Gulf.

Freesia (slow update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang