Chap 2. Dia sang pengganggu (Mew pov)

1.1K 119 6
                                    

.
.
.
.
Bukan mauku jadi dingin seperti ini, terutama padanya. Lagipula, hey! Siapa yang tak terpikat dengan lelaki berwajah manis itu? plus dia adalah salah satu anak kolongmerat se- asia.

Tapi disini aku, selalu bersikap dingin padanya, berusaha membuat dia menyerah dan pergi dariku.

Sebagian dari kalian mungkin berfikir aku cukup kejam bukan?

Ya, kalian bebas berfikir seperti itu.

Tapi... kalian tau?aku sudah memiliki seorang kekasih, wanita manis dan tangguh yang selalu menemaniku terutama di saat saat terberatku.

Bukankah sangat tidak etis jika masih menanggapi anak itu?

Hei, aku tidak bodoh, kita semua pasti tau anak dari keluarga Traipippatanapong itu memiliki perasaan lebih padaku.

Bukan mau sombong, lagi pula apa yang harus kusombongkan? Aku hanya anak dari guru honorer yang di berhentikan secara sepihak dan seorang ibu penjual makanan di pinggir jalan.

Aku hanya punya prestasi yang bisa membuatku bertahan dengan beasiswa ini, dan badanku yang mengharuskanku part time.

Ah, kadang aku bahagia memiliki dia, Alice. Wanita yang bahkan banyak membantuku dan tidak pernah mengeluh sedikitpun tentangku.

Tanpa sadar senyumku mengembang. Merasa sangat bahagia telah mengenal wanita hebat itu.


"Phi Mewwwww sedang melamunkan apa sih???"

Aku sedikit tersentak, kemudian menoleh malas pada sosok di sebelahku, anak  ini memang benar benar keras kepala rupanya.

Aku menopang kepalaku dengan malas kemudian menghelai nafas.

"Seperti yang kau lihat Gulf"

Lelaki yang ku sebut Gulf itu mengerutkan dahinya, seperti menunjukan pose berfikir.

Sebenarnya, dia memang benar benar manis.. hanya saja sikapnya yang sedikit keterlaluan.

Aku tau sekali ia memang meminta dosen dosen disini untuk membuatku dan Alice tidak memiliki jadwal yang cocok, ia juga membuat klub yang di ikuti Alice mendapatkan project besar yang mengharuskanya lembur.

Yah bukanya aku tidak senang sih, terlebih, itu baik untuk Alice dan klubnya.

....... Hanya saja terkadang, Gulf memang sedikit keterlaluan, seperti menyembunyikan barang milik Alice jika ingin bertemu denganku, atau memonopoliku seperti sekarang ini.

Kedoknya sih ingin di ajari, tapi sampai sekarang, ia bahkan belum membuka bukunya.

Oh ya, jika kalian bertanya kenapa aku bisa berada bersama Gulf sekarang, dan menjadi 'guru les'nya,

Tentu saja karna dia memaksaku dan tau aku membutuhkan uang, ia juga menjanjikan gaji yang cukup besar.

Ah.., kelebihan jika kau orang kaya.

~~~~~~~

"Jadi Gulf, bagian mana yang kau tak mengerti?" Tanyaku memandang malas kearahnya.

Mata besarnya menatap kearaku, kemudian cepat cepat ia membuka bukunya, seperti mencari sesuatu yang ingin di bahas.

"Ini phi bagian ini!" serunya antusias menunjukan salah satu bab di buku itu.

Aku membacanya sedikit, hmm memang bagian disitu cukup sulit.

"Jadi.." seruku sembari mengambil note dari dalam tasku, meletakan di meja dan mulai mencoret note itu.

Sekilas aku bisa melihat wajah lelaki disebelahku yang mengkerut kemudian membulatkan matanya, kemudian mengangguk anggukan kepalanya

Dan mungkin aku sudah mengatakanya lebih dari tiga kali, tapi dia memang benar benar menggemaskan.

"Ada yang ingin ditanyakan?" Tanyaku setelah selesai menjelaskan beberapa hal pada anak disebelahku.

"Ada Phi"

"Apa?" Tanyaku cepat.

"Ayuk kita ngedate!"

Aku menaikkan alisku, pertanyaan macam apa itu? Bahkan itu lebih terlihat seperti pernyataan dibading pertanyaan.

"Phi Mew?" Tanyanya lagi.

"Serius Gulf" seruku.

"Aku tidak bercanda phi, aku ingin mengajakmu kencan" serunya dengan tatapan bersemangat.

"Tidak tertarik" seruku malas.

"Aww kenapa phiii??" Tanyanya sembari memanyunkan bibirnya.

"Apa masih kurang jelas?aku sudah punya pacar" seruku datar.

Aku masih tidak mengerti, kenapa dia masih dengan sangat mudahnya mengajaku kencan, padahal jelas jelas aku sudah memiliki Alice.

"Memangnya kenapa phi?? Memang kalau sudah punya pacar, tidak boleh mengajak kencan?" Tanyanya,

...... yang entah kenapa terdengar sangat polos itu.

Aku menghelai nafasku, "tidak bisa Gulf, lagipula aku tidak tertarik padamu" seruku cepat.

Ia terlihat menundukkan kepalanya, dan entah mengatakan apa aku tidak mendengarnya, itu terlalu lirih untuk bisa kudengar.

"Kau berbicara sesuatu?" Seruku memastikan.

Ia mengangkat kepalanya kemudian menggeleng cepat, "aku cuman kesal Phi Mew lebih memilih wanita itu dibandingku" serunya sembari melipat tanganya di dada.

Tanpa sadar, aku menatap cukup tajam padanya, merasa perkataanya sudah kurang sopan.

Wanita itu katanya? Padahal jelas jelas Gulf telah mengetahui namanya.

"Aku harap kau lebih sedikit menjaga ucapanmu, Kanawut" seruku dingin kemudian beranjak pergi.

Sekilas aku bisa melihat tatapan matanya yang berubah nanar, ada sedikit perasaan tidak enak sebenarnya, hanya saja menurutku prilakunya, terutama belakangan ini sudah sedikit keterlaluan.

"Phi Mew sama sekali tidak ingat ya..."

Aku bisa mendengar lirihan suaranya saat aku beranjak pergi, hanya saja moodku sudah cukup buruk, aku takut akan berakhir membentaknya.

Dan perlu ku ingatkan lagi, dia anak keluarga kolongmerat, lecet sedikt saja, mungkin nyawa yang jadi taruhanmu.

~~~~~~~

Aku membuka pintu kondoku, terlihat Alice yang sedang mencuci piringnya.

Dengan langkah cepat aku berjalan mendekatinya, kemudian mendekap tubuh mungil itu.

"Ada apa?" Serunya lembut sembari mengelus pergelangan tanganku.

"Aku lelah" ucapku sembari mengeratkan pelukanku. Ia terdiam, jemarinya masih mengelus pergelangan tanganku lembut.

Kalian taukan kenapa aku sangat mencitainya? Dia benar benar mengerti diriku.

To be continued.

Bagaimana perasaan kalian setelah membaca chapter ini?? Tulis di komen ya ^^

Oh iya, mungkin disini Mew sedikit kasar ya? Sebenarnya bukan kasar, hanya saja dia berusaha membuat Gulf menyerah, karna dia sendiri juga sudah memiliki orang yang di sayangi ^^

Jangan lupa like dan comment ya^^

Freesia (slow update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang